IX

12.5K 768 36
                                    

2 tahun kemudian...

Setelah semua yang di lalui oleh keduanya, happy ending rasany terdengar terlalu muluk. Sad ending pun seperti sudah sering terjadi di cerita cerita bertema gay yang pernah aku tahu. Tapi hidup yang Nanon dan Ohm jalani adalah kenyataan yang tidak pernah mereka tahu akan berakhir seperti apa. Hanya sejauh ini mereka menjalaninya dengan bahagia, bisa tetap bersama dan menyelesaikan kuliah dengan bersama juga.

Dukungan keluarga juga teman - teman adalah sebuah bonus akan hubungan mereka. Kalau di katakan beruntung Nanon dan Ohm sangat mengakuinya, bagaimana tidak? Keluarga dan teman teman dekatnya mau menerima mereka dengan baik. Tuhan sungguh sangat baik karena memberikan yang lebih dari bayangan Nanon dan Ohm.

Begitupun dengan hari ini, Ohm menemani kekasihnya yang sedang membereskan pakaian miliknya ke dalam koper. Sebulan yang lalu, Nanon mengatakan pada Ohm bahwa dirinya mendapatkan beasiswa dari kantor tempat dirinya bekerja, untuk melanjutkan kuliah magister ke luar negeri. Awalnya Nanon ragu untuk mengambil kesempatan tersebut tetapi setelah berdiskusi dengan Ohm dan juga dengan kedua orang tua Ohm, akhirnya Nanon memutuskan mengambil tawaran tersebut. Ohm tentu saja mendukung apalagi ia tahu ini kesempatan yang bagus untuk kekasihnya. Jika Nanon bahagia maka Ohm pun juga akan bahagia.

"Kamu pasti bakalan sibuk banget dan jarang ngehubungin aku", ujar Ohm membuka pembicaraan setelah beberapa saat mereka hanya terdiam.

"Mungkin", jawab Nanon masih dengan kegiatan merapihkan pakaian miliknya ke dalam koper. "Maaf ya pacarmu sekarang sibuk dengan pekerjaan juga pendidikan", kata Nanon jujur, kemudian tersenyum lucu pada Ohm.

Ohm mendengus kesal, dan menekuk wajahnya.

Nanon yang menyadari perubahan ekspresi wajah Ohm tersenyum hangat kemudian mengacak rambut kekasihnya dan dengan lembut mengecup hidung bangir milik Ohm.

"Jangan ngambek gitu, atau kamu ikut aja yuk aku malah seneng".

Ohm tersenyum kecut pada Nanon

"Nggak usah ngeledek ya, aku mana ada dapet beasiswa dari kantor", ketus Ohm.

"Kamu bisa izin kantor buat liburan sama aku di sana".

"Kerjaan aku di sini banyak banget, mana bisa aku izin", lagi - lagi Ohm menjawab dengan agak ketus.

Pekerjaan Ohm sebagai manager di perusahaan milik ayahnya memang cukup menyita waktu, awalnya Ohm berniat untuk menjadi pengacara yang handal, hanya saja ayahnya meminta dirinya untuk melanjutkan estafet kekuasaan atas kepemilikan perusahaan yang sudah di rintis sejak ayahnya masih muda. Mau tidak mau Ohm menyetujui hal tersebut, walaupun sekarang ia di tempatkan sebagai manajer tidak langsung sebagai direktur utama, dirinya cukup tahu diri kalau belum ada pengalaman memimpin perusahaan, jadilah ia sambil belajar.

"Oh iya.. inget bulan depan kak podd dan kak gawin mau nikah", kata Nanon.

"Iya inget aku", Ohm kemudian membantuk Nanon menutupkan kopernya.

"Aku bakalan usahain pulang buat dateng ke nikahan mereka", ucap Nanon sambil menaruh kopernya di samping lemari pakaian.

"Awas aja kamu nggak dateng, bisa - bisa kamu di bakar hidup - hidup sama mereka".

"Kan ada kamu yang bakalan matiin kobaran apinya", goda Nanon pada Ohm.

Ohm kemudian mendekatkan dirinya pada Nanon yang duduk di pinggiran tempat tidur, Nanon dengan reflek memeluk pinggang Ohm dengan erat.

"Kamu jangan ganteng - ganteng ya selama aku nggak ada", kata Nanon dengan nada manja.

"Mana bisa aku nggak ganteng", jawab Ohm bercanda kemudian di hadiahi cubitan kecil oleh Nanon, membuat Ohm meringis kesakitan.

OhmNanon ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang