Part 1

245 2 0
                                    

Anta yang udik, entah bagaimana, berhasil menjadi sahabat baik Tania. Bahkan, ketika Anta yang yatim piatu harus kehilangan pamannya yang meninggal dunia, Tania  dengan suka rela mengajak Anta untuk tinggal di paviliun rumahnya. Sejak saat itu, Tania dan Anta tidak terpisahkan bak saudara. Ketika Tania telah menjadi seorang pelukis, Anta bekerja sebagai asisten Tania membantu Tania untuk mencari pembeli yang ingin membeli lukisan Tania.

     Anta yang setia lalu memperkenalkan Tania pada seorang lelaki blasteran asal Swiss bernama Pierre. Pierre ternyata, selain menyukai lukisan Tania, juga menyukai Tania. Pierre justru menyukai keajaiban tingkah Tania dan dengan sabar menghadapi kekasaran Tania. Kini, selain Anta, ada satu pria lagi yang tahan menghadapi sifat Tania. 

 Walau judulnya terkesan bahwa cerita menitikberatkan pada sosok Anta, tapi buat saya sosok Tania justru menjadi pusat cerita, sementara sosok Anta justru hadir dalam posisi yang setara dengan Pierre sebagai tokoh sekunder. Entah mengapa dipilih judul Ananta Prahadi, seakan-akan Anta akan menjadi tema cerita. Buat saya sih lebih tepat jika buku ini diberi judul Tania atau apapun yang tidak terlalu menunjuk ke tokoh Anta seorang.

   Sosok Tania, dalam novel Ananta Prahadi ini, sungguh merupakan pribadi yang unik. Tania di awal cerita terlihat sebagai contoh orang yang menjadi dirinya sendiri justru dijauhi oleh orang lain. Sikap straight-to-the-point ditambah caranya mengekspresikan perasaan secara meledak-ledak membuat orang lain di sekitarnya tidak nyaman dan bahkan keluarganya sendiri memutuskan untuk tidak mencari masalah dengan Tania. Padahal, bukan berarti Tania tidak punya sifat positif, dia sangat setia dan mengasihi orang yang mau tahan menghadapinya, misalnya Anta ataupun Pierre.

Ananta PrahadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang