saya tahu semua orang
akan meninggalkanku
suatu saat nanti.
tapi sungguh,
ini semua terlalu cepat.termasuk dirimu.
kehadiranmu perlahan memudar.apa karena saya menggenggammu
terlalu kuat
hingga kau terluka?
ah, maaf.
saya memang egois.untukmu disana yang kini telah berada di rumah yang berbeda.
saya tak bisa singgah di rumahmu lagi sebab
sudah ada puan yang baru.
puan yang akan kau jaga dengan sepenuh hati
seperti yang kau lakukan padaku, dulu.terimakasih sempat hadir dalam hidupku.
terimakasih telah berbagi luka dan pilu.
terimakasih telah menggenggam tangan ini
saat badai menyelimuti.terimakasih karena telah melenyapkan egomu
untuk kembali memaafkan diriku
yang jauh dari kata sempurna.saya tahu kau lelah, Tuan.
tidak masalah.
saya ikhlas melepaskanmu.kau pantas mendapatkan puan
yang membuatmu bahagia dan
hidupnya indah seperti
tuan putri di dongeng.saya sadar.
saya tidak pantas menjadi puanmu.
berbalik dari dongeng,
saya hanya mimpi buruk bagimu.
penuh luka dan pilu.Tuan,
Senang bertemu denganmu.Sampai ketemu nanti.
Bila Tuhan mengizinkan.Tertanda,
Puan.menulis ini di ruang yang menjadi tempat
dimana kita berbagi luka dan pilu
untuk pertama kalinya.
ruang dimana kau mendengar
isak tangisku pertama kalinya.
ruang dimana kau mengatakan bahwa
saya perempuan berhati malaikat
sedangkan saya terus mengelak
dan mengatakan sebaliknya.Tuan,
Izinkan puan menyampaikan ini dalam doa.🕊🕊
29 May 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Funeral For The Feelings
PoetryPOETRY BOOK. [read at your own risk] ❞ She's using the ink from her veins to write poetry about her feelings. ❞ ⚠️ this poetry is dedicated to those who have been impacted by mental health concerns, suicide, lost, failure, and grief ⚠️ if you are st...