🐞PART 04🐞

47 1 0
                                    

🍑🌹🍑

Makan Malam

🍑🌹🍑

Sekarang sudah menunjukkan pukul 18.30 malam. Suasana pun perlahan berganti menjadi semakin gelap setiap detik waktunya.
Sinar jingga juga memancar melalui celah jendela rumah. Sangat cocok untuk dinikmati bersama orang terkasih. Tapi apalah daya para jomblo diluaran sana.

Pelukan sayang dari hati
Kini tak terbendung lagi
Yang telah lama aku nanti
Kau pujaan hati

Kau genggam erat tangan ini
Seakan tak ingin kau pergi
Kau peluk erat tubuh ini
Kau pujaan hati

Biarkanlah kata sayang yang slalu terucap
Biarkanlah kata cinta yang slalu kudengar
Karna kau lah kekasih hati, yang selama ini, yang aku cari

Kau genggam erat tangan ini
Seakan tak ingin kau pergi
Kau peluk erat tubuh ini
Kau pujaan hati

Biarkanlah kata sayang yang slalu terucap
Biarkanlah kata cinta yang slalu kudengar
Karna kau lah kekasih hati, yang selama ini, yang aku cari

Biarkanlah kata indah yang slalu terucap
Biarkanlah kata mesra yang slalu kudengar
Karna kau lah kekasih hati, yang selama ini mengisi hati

(Pujaan Hati-Yangseku)

Petikan gitar mengalun indah berpadu sempurna dengan suara lembut nan merdu dari arah balkon kamar seseorang, ditambah lagi cuaca cerah dengan senja di ufuk barat yang mendukung lagu tersebut.

"Masih sama," puji seseorang dari arah belakang.

"Why?" tanya orang itu heran.

"Ya masih sama seperti dulu. Halus, lembut, dan merdu," kata pria itu lagi sembari duduk disebelah orang yang menyanyi tadi.

"Hanya pelampiasan semata," sahutnya sendu.

"Ah iya, gue hampir aja lupa, besok akan ada acara penyambutan CEO baru di perusahaan bokap gue. Gue harap lo mau dateng jadi tamu spesial gue nanti. Ya, hanya berharap," jelasnya panjang lebar dengan mimik wajah memelasnya.

"Siapa?"

"Siapa apanya?"

"Dia?"

"Lo ngomong yang jelas maemunah!" Geramnya pada lawan bicaranya yang seperti bunglon itu.

"Ck! Siapa yang ngegantiin bokap lo dodol," desisnya, ia paling jengkel dengan sikap lemot teman masa kecil prianya itu, sudah berumur masih saja lemot.

"Ngemeng dong," kekeh nya geli.

"NGOMONG FADIL!" Pekikan frustasi menjadi awal kehancuran masa depan pria yang bernama Fadil itu.

Bugh!

"Mati aja lo," dengusnya marah.

"Heh Antena sakit koplak," sungutnya tak terima.

"Nama gue Atheena bukan Antena tuan Fadillah Malik Akbar," tekan gadis itu yang ternyata adalah Atheena.

"Ye sabodo teuing," jawabnya acuh.

"Lo ..."

"Eral! Fadil! Ayo makan dulu!"

Ucapan Eral terhenti ketika sebuah suara menginstrupsi perdebatan dua sejoli ini.
Karna saking kesalnya ia pada Fadil hingga lupa bahwa sekarang sudah waktu makan malam, uh, memikirkan nya saja sudah membuat perutnya berbunyi.

"Dil?" Panggilnya.

Namun, setelah beberapa saat menunggu tak kunjung juga ada yang menyahuti panggilannya, ia menoleh kesamping dan tidak mendapati seonggok daging pun selain dirinya.
Ia bergumam, "Loh kemana orangnya?"

"Heh kunyuk, lo kagak mau makan?"

Eral, gadis itu menoleh kearah sumber suara dari balik pintu menampakkan kepala seorang pria yang tengah tersenyum mengejek.

Gadis itu juga melongo, sedang apa dia hingga tidak menyadari jika pria edan itu sudah keluar dari kamarnya tanpa ia sadari. Ia takjub dengan Fadil.

"Malah bengong lagi si Dugong," gerutu pria itu ketika melihat ekspresi aneh sahabatnya yang cengo.

"Woy!" pekik nya tepat di telinga Eral hingga gadis itu sadar sepenuhnya lalu menatap dengan sengit kearahnya.

"Gue kagak budek," sarkasnya beranjak dari duduk dan meninggalkan Fadil yang menatap takjub kearahnya karena tingkah ajaib sahabat kecilnya itu.

***

Meja makan terlihat lebih ramai dari biasanya. Karena disana terdapat Fadil dan seorang pria yang mungkin usiannya hampir atau lebih tua di atas Sonya. Pembawaan yang tegas dan dingin begitu terpancar jelas dari raut wajah pria itu, pria idaman.

"Aku udah kenyang." Ujar seorang gadis memecah keheningan dimeja makan tersebut.

"Apa dua manusia ini akan tetap seperti patung di sini?" Celetuknya pada dua orang berbeda jenis dihadapan nya.

"Eral," tegur seorang wanita yang duduk di sebelah kanannya.

Gadis itu menoleh dan mengedipkan sebelah matanya dengan bibir menyeringai jahil pada wanita itu. Wanita itu pun paham maksud anak gadisnya lalu mengangguk mengiyakan.

"Ternyata memang ada festival patung dadakan dirumah ini," sambunya lagi tanpa mengalihkan pandangan dari dua orang yang usiannya lebih tua diatas ia sendiri.

Sonya melotot garang kearah adik perempuan itu, bagaimana bisa mulutnya bisa selemes itu.

Adnan, ya pria itu adalah Adnan Reksa Mahendra. CEO dari Reksa grup.

Eral hanya mengedikkan bahu acuh lalu melengos pergi tanpa perduli apapun yang terjadi dimeja makan.

                                         ***

Papa MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang