"Segalanya memang manis, tetapi lebih manis dirimu, Renjun, Huang"
"Tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan cintaku kepadamu, Karlin Lim."
Tertanda, Renjun Huang.. . .
Di pagi hari yang cerah, perempuan berambut lurus berombak membuka matanya dan mengumpulkan nyawa untuk memulai harinya.
Nampak jam kecil di meja yang sedari tadi membuat kebisingan membangunkan tidur pulasnya. Tangannyapun mencoba meraih jam itu untuk mematikkannya.
"Hey, tolong diam, aku tahu hari ini aku akan bersekolah, jadi tenanglah, atau aku akan membantingmu agar tempatmu tergantikan?" Ucap sang gadis berambut lurus berombak itu pada jam kesayangannya, yang selalu membangunkannya tepat pada waktunya.
. . .
"Karlin, Ayo turun, Mama menunggumu dibawah untuk mengantarmu!" Teriak laki-laki dari lantai bawah, Johnny, selaku kakak pertama dari Karlin.
"Ah iya tunggu sebentar, aku belum memakai kuncir rambutku!" Teriak Karlin dari kamarnya.
Sesudah itu dia turun menemui keluarganya yang sudah menunggu dimeja makan. Ya, keluarga Karlin selalu makan bersama. Benar-benar harmonis.
"Karlin, kenapa kau lama sekali? Apakau bernyanyi dan menari dikamar mandimu itu? Kau benar-benar tidak bisa diam, aku menyesal memberimu ikan lele dari kecil." Decak kakak kedua Karlin, Jeffrey.
"Itu semua karena dirimu sendiri Jeffrey, aku sudah bilang berkali-kali tapi kau tidak mau mendengarkanku." Saut Johnny
"Ah sudahlah kalian berhenti bertengkar, ayo makan sarapannya." Saut mama yang berhasil membuat keributan di ruang makan ini berhenti.
Tiba-tiba Karlin berpikir,
"Kenapa namaku berbeda sendiri ya, Kak Jeffrey sama Kak Johnny sama sama dari J, kenapa aku tidak?"Lalu Karlin berkata pada ibunya dan berhasil memecahkan keheningan di ruang makan, "Mama, kenapa namaku berbeda dari keluarga ini? Nama papah dari J, nama kakak dari J, nama ma—"
"Nama mama dari huruf 'K' kan?" Potong mama yang berhasil membuatku memutuskan jalur pikiranku yang sangat bodoh ini.
"Haha, dasar bodoh! Mana mungkin kau dibuat yang paling lain. Memang kamu anak pungut?." Ucap Jeffrey yang berhasil membuat mama dan papa tertawa lepas.
"Gimana jadi anak pungut, orang sudah dipungut dari rahim mama, masa bisa pindah?" Kata Johnny yang membuat Karlin sangat geram.
"Sudah aku tidak mau makan lagi, aku muak dengan dua laki-laki tiang ini." Ucap Karlin yang benar-benar geram dengan kedua kakak laki-lakinya.
"Anak-anak, mama dan Karlin pergi duluan ya, jaga diri kalian baik-baik!" Ucap mama sambil mencium kening kedua anak laki-lakinya itu.
Sesudah itu mama dan aku pergi ke sekolah dengan gaya yang biasa saja. Tidak seperti orang yang dikomplekku, yang memakai barang-barang branded agar terlihat seperti keluarga terpandang. Walau faktanya, rumahku jauh lebih besar dari mereka. Haha, dasar sombong.
Saat sudah sampai mama langsung mencium keningku seperti yang dilakukan mama kepada Kak Jef dan Kak John. Ini sudah seperti budaya yang tidak bisa lepas dari keluarga kami.
. . .
"Selamat belajar anaknya Yoona Lim, mama akan selalu mendukungmu!" Ucap mama yang berhasil membuatku malu dan tertawa kecil.
Sesudah itu aku mulai memasuki sekolahku dengan perlahan-lahan. Aku bukan tipe murid yang suka terlambat. Kalau terlambat, itu karena masalah mengatur waktu dan masalah macet dijalan. Anak baik bukan?
"Wonyou, Yujin! Kita ketemu lagi, hahaha!" Ucapku yang membuat Wonyoung dan Yujin heran.
"Em, Linlin, kita setiap harikan bertemu, dasar, Linlin, kau terlalu bodoh dalam bercanda," ucap Wony yang membuatku sadar akan kegaringan candaku ini.
"Hey, aku tidak menyangka sebentar lagi kita akan memasuki sekolah SMA! Pasti aku sangat sedih karena aku akan meninggalkan kalian berdua! Mana bulan depan adalah ujian terakhir semester kita!" Ucap Yujin yang memotong keheningan pembicaraan kita.
"Aku harap kita bisa tetap akrab," ucap Wonyoung.
"Oh iya, katanya, yang nanti diujian akhir kelasnya mendapatkan nilai tinggi, ia akan mendapatkan beasiswa ke SMA di Shanghai sana! Kalian tidak ingin mengikutinya?"
Ucap Yujin yang memberikan informasi pada Karlin dan Wony, selaku mereka adalah murid yang pintar. Tidak terlalu pintar, tetapi mampu mendapatkan nilai sempurna."Yujin Ahn, sebenarnya aku ingin sekali, tapi aku lebih fokus nilai untuk masuk sekolah impianku, bukan untuk beasiswa itu." Ucap Wonyoung Jang dengan mempoutkan bibir kecilnya.
"Karlin, pasti kamu ingin ikutkan? Aku tahu dalam hatimu seperti apa, aku akan terus mendukungmu!" Dukung perempuan Taiwan itu, Jang Wonyoung, disusul dengan dukungan Yujin.
Akhirnya mereka bertigapun tertawa dan bahagia bersama di kelas ternyaman mereka.
Bersambung . . .
Halo! Terimakasih yang sudah mau membaca! Kasih saran ya kalau ada yang kurang. Terimakasih banyak! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda, Renjun Huang.
Fanfiction"Segalanya memang manis, tetapi lebih manis dirimu, Renjun, Huang" cr, @yenaiesm