Kedua

4 1 1
                                    

   . . .

Hari terakhir ujian semesterpun sudah terlewati, dan 3 perempuan itu duduk di kantin sekolah.

"Yujin-ssi! Wony-ssi! Tidak menyangka, ujian akhir sudah selesai!" Ucapku penuh antusias terhadap dua perempuan didepanku.

Yujin memaparkan wajah cerianya, selaku menjadi puppy terfavorit dikelas dengan senyum manisnya.

Tetapi Wonyoung terlihat murung dan tidak suka dengan ujian akhir semester ini.

Akupun bertanya kepadanya,
"Wony, kenapa kau kelihatan murung sekali? Bukannya kau senang nanti dirumah bebas ingin melakukan apapun yang kau mau?" Tanyaku pada Wonyoung yang sedaritadi menundukkan wajah manisnya.

"Karlin, Yujin, aku tidak ingin berpisah dari kalian. Karena kalian adalah sahabat terbaikku, tidak ada yang sebaik kalian diluar sana, aku tidak tahu mengapa bisa begini," ucap Wonyoung yang berhasil membuatku dan Yujin terharu.

"Dasar anak kecil, aku kira kamu kenapa, huh. Sudah Wony-ssi, tenang saja, jaman seperti ini sudah ada barang-barang canggih yang bisa menghubungkan satu sama lain! Jadi janganlah bersedih Wonyoung!" Ucap Yujin yang berhasil membuat Wonyoung tersenyum kembali.

"Ha, sepertinya jam sekolah sudah selesai, ayo kita pulang. Yujin, Wonyoung, hati-hati di jalan ya!" Ucapku sambil menjauh dari Wonyoung dan Yujin.

"Kau juga, ya, Karlin! Hati-hati!" Teriak 2 gadis tersebut.

  . . .

Sekian lama, tibalah hari Senin, mengumumkan siapa yang lulus dari SMP ini. Dua jam berlalu, tetapi nama Karlin tidak disebutkan. Karlin panik dan takut jika ia tidak lulus dari sekolah tersebut.

"Mana mungkin aku tidak lulus? Aku sudah belajar dengan susah payah, dan aku sudah yakin bahwa jawaban yang kutulis adalah benar!" Batin Karlin yang benar-benar panik dan wajahnya pucat.

Tiba-tiba guru mengangkat mic-nya dan berbicara lagi, "Sekarang, saya akan menyebutkan siapa yang akan lulus sekolah ini dan langsung mendapatkan beasiswa di Shanghai, China."

Karlin belum senang ataupun lega, karena dia juga takut tidak masuk dalam kategori beasiswa tersebut.

"Yang akan lulus dengan beasiswa ke Shanghai hanyalah 16 orang," ucap kepala sekolah yang sedang memaparkannya.

"Oh Tuhan, hanya 16 orang? Sedikit sekali. Tidak seperti tahun lalu yang berhasil mencapai 57 orang." Batin Karlin.

Beberapa detik terlewati sudah ada 14 orang yang disebutkan. Karlin panik, tubuhnya berkeringat seakan dia tahu ia akan gagal.

"Nomor 15, Karlin Lim"

Saat mendengar nama Karlin, Karlinpun langsung menangis bahagia, karena merasa bangga dirinya dapat bersekolah diluar negeri.

"Tuhan kau sangat baik, kau benar-benar baik. Tidak menyangka aku akan bersekolah di China sana! Hahaha, aku sangat bahagia!" Ucap Karlin yang sangat-sangat bahagia.

"Aku ucapkan selamat untukmu, Karlin Lim!" Ucap Yujin dan Wonyoung yang berhasil membuat Karlin benar-benar bahagia.

"Karlin, apa kita akan berpisah nanti?" Tanya Wonyoung yang membuatku tersenyum kecil.

"Tidak. Akan. Pernah. Wonyoung, Jang," Ucapku dengan sela yang lama.

Kemudian Yujin dan Wonyoung memelukku. Rasanya sangat hangat. Beginilah pelukan dari seorang teman. Benar-benar membuat diri sendiri hangat dan nyaman. Rasanya tidak mau melepaskannya.

. . .

Sekian lama, akhirnya aku pulang ke rumah dengan membawa kebahagiaan yang sangat-sangat besar, benar-benar besar.

Tertanda, Renjun Huang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang