Chap.2 The Ice is Meltig Slightly

139 39 15
                                    

Hmmn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmmn ....
Angin segar yang menenangkan.

Berjalan di sepanjang trotoar rindang taman di sekitar SWH Shanghai, Xiao Zhan melangkah dengan santai. Kafe tempatnya bertemu dengan sang suami hanya berjarak kurang-lebih 300 meter dari rumah sakit. Menikmati semilir angin musim gugur selagi memikirkan beberapa yang menganggu belakangan ini adalah pilihan terbaik.

Aroma harum bunga plum yang mulai bermekaran menyapa indra penciuman, berbaur dengan aroma roti yang menguar dari toko kue yang ada di sudut persimpangan jalan. Membuat Xiao Zhan menghentikan langkah sejenak untuk menikmati semua ini sebelum bertemu dengan Huang Jingyu dan mulai berkonfrontasi.

Ini sudah dilakukan Xiao Zhan beberapa kali setelah dia mulai sering mengunjungi sang sahabat, Zhang Linghe. Sembari bercerita tentang ini-itu, kehidupan setelah menikah dan bernostalgia semasa sekolah. Nyatanya, sedikit demi sedikit beban yang terasa di pundak mulai luntur. Namun, satu hal yang masih membebaninya saat ini adalah kondisi sang suami.

Bagaimanapun juga, dia harus membawa Huang Jingyu bertemu dengan Zhang Linghe akhir minggu ini. Dia ingin memastikan, apa benar sang suami mengidap gangguan tersebut.

“Xiao Zhan!”

Seruan lantang mengetuk gendang telinga. Membawa pandangan Xiao Zhan naik dan mencari sumber suara.

Di seberang jalan, Haung Jingyu melambai-lambaikan tangan. Di depan sebuah kafe outdoor, tepat di pinggir jalan samping sebuah pohon cerry blossom yang tengah meranggas.

Xiao Zhan segera melangkah cepat untuk menghampiri, memeluk Huang Jingyu sejenak kemudian mendudukkan diri. “Sudah menunggu lama?”

“Belum, belum ada tiga puluh menit. Lagi pula selama apa pun, aku pasti akan menunggumu datang, Sayang.”

Sembari memutar bola matanya malas, Xiao Zhan mendengus sebal. Kalimat-kalimat cheesy semacam ini sudah tidak berfungsi untuknya yang sudah melewati kepala tiga. Memangnya ia remaja yang akan merona dan malu-malu mendengar kalimat seperti itu, huh?

“Ada apa? Tumben sekali meminta bertemu di sini?” Xiao Zhan bertanya selagi menelisik penampilan Huang Jingyu yang masih rapi. Setelah jas dan celana hitam, kemeja putih dan dasi biru dongker masih terpasang mencekik leher. Ia mengernyitkan dahi lalu mengintip jam pada layar ponsel.

“Kau sudah pulang dari kantor jam segini?”

“Ya, kebetulan aku ada rapat di longue sekitar sini dan aku tidak sengaja melihatmu masuk ke area rumah sakit di jam istirahat. Kupikir kau sakit apa, jadi aku menunggumu beberapa saat sebelum mengirimkan pesan. Ada apa? Apa kau sakit?”

“Kau yang sakit.”

Huang Jingyu seketika meneggakkan punggung. “Aku?” tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri. “Aku tidak sakit, Xiao Zhan. kau ini bercanda saja.”

“Aku sudah membuat janji dengan Dokter Zhang, akhir pekan nanti kita akan menemuinya. Jadi siap-siap saja.” Tanpa memberikan kesempatan untuk Jingyu menolak atau sekadar berbicara, Xiao Zhan kemudian lanjut berkata lagi, “Oh! Kau tidak memesankan minuman untukku?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Psychiatrist (Slow-up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang