Rasa - Satu

28 4 0
                                    

Bandung
8.00pm

Aku menikmati semilir angin dari teras depan rumah saudaraku. Begitu sejuk dan dingin menerpa kulitku. Aku masih merenung tentang diriku yang tak percaya atas kepergian eyang. Aku tahu bahwa ini sudah takdir dari Allah, hanya saja aku sulit percaya jika tubuh rentanya tak bisa lagi ku peluk.

Bunda sudah kembali tersenyum seperti biasanya kala magrib telah menyapa. Sepulang dari makam eyang, bunda memilih berdiam di kamar mungkin untuk melepaskan sesak di hati dan tidak ingin orang lain tahu padahal aku tahu matanya memancarkan sedih yang tak terbendung.

Aku harus bersiap diri untuk memulai hari baru tanpa salah satu panutanku. Aku juga baru menyadari bahwa adikku-Naura lebih muda umurnya untuk mengalami ini. Yaa untuk merasakan kehilangan tanpa berpamitan. Bismillah, aku pasti bisa ngga sedih terus batinku.

Kemudian aku memilih masuk menuju kamar tidur, karena aku memerlukan energi untuk menjalankan kehidupan takdirku esok dan seterusnya.

°~°

Jakarta
8.00pm

Aku dan keluargaku baru saja sampai di rumah. Perjalanan Bandung-Jakarta memang tidak lama namun dikarenakan kita mengemudi santai untuk menikmati perjalanan alhasil butuh waktu 8 jam sampai di Jakarta tanpa jalur tol. Selain itu, setiap azan kita berhenti untuk menunaikan ibadah dan mengistirahatkan tubuh.

Aku sedang berada di kamarku, tinggal terlelap untuk tidur dan menyambut hari esok dengan diriku yang baru. Bukan berubah seperti di film, hanya berubah menjadi pribadi yang lebih melihat lingkungan hidupku dan juga melihat betapa luasnya dunia kehidupan dari berbagai macam sudut pandang.

Do'akan aku semoga berhasil yah, sebab baru kali ini aku keluar dari zona ternyaman ku yaitu diam tanpa ingin tahu apa yang ada di luar kehidupanku. Entah kejutan apa yang akan menanti ku di ujung sana, atau jalan mana yang akan membuatku bingung melangkah.

Akan ku perkenalan sedikit tentangku. Arina Putri Cahya adalah namaku. Nama sederhana namun begitu pas untuk diriku begitu eyang dan bunda jawab setiap ku tanya arti namaku. Ina adalah panggilan keluargaku, di lingkungan temanku mereka biasa memanggilku Rina. Lahir di Jakarta, 05 Juli 2002. Seorang anak kecil yang hanya tahu bermain. Tak akan aku detailkan fisikku, aku tidak memakai kerudung, lebih tepatnya belum. Sudah itu saja, kalian tak akan bisa bertemu denganku juga bukan? Yang pasti aku gadis kecil yang tinggal di kota namun terbiasa dengan kehidupan sederhana.


Aku bersekolah di salah satu Taman kanak-kanak yang berada di dekat rumah. Baru saja menginjak kelas TK Besar. Memiliki kakak bernama Raina Putri Cahya atau biasa dipanggil teh Rai, bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Lahir di Bandung, 24 April 1994. Dan satu adik bernama Naura Putri Cahya, yang lahir di Jakarta, 08 September 2004. Curang sekali hanya teh Rai saja yang di Bandung, sama seperti bunda. Sedangkan aku dan Naura sama seperti ayah yang berasal dari Jakarta.

Sekarang sudah jam 9, besok aku akan kembali bersekolah setelah izin 2 hari. Jangan tidur malam-malam yaa, kata eyang ngga baik untuk kesehatan apalagi di masa pertumbuhan anak-anak. Hehe sedikit ku ceritakan tentang eyang, seorang dokter yang tidak mengharapkan bayaran mahal saat praktek, dia hanya ingin menyembuhkan orang yang sedang sakit maka dari itu aku merasa kehilangan hal baik darinya.

Segini dulu yaa dari Arina, Selamat Malam Kakak-kakak 😉

*-*

Hehe, maapin author yang gaje parah.. Yaa anggap aja itu tadi perkenalan dikit.. Soalnya aku masih jadi pemula, semoga penasaran terus yaa..

Jangan lupa vote, komen, dan share kalau kalian suka dengan ceritaku..

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang