Prolog

37 5 5
                                    

Jakarta, 28 Maret 2008

Subuh yang seharusnya hangat menjadi dingin sebab tetesan air mata di pipinya. Dia sosok yang ku lihat selalu kuat dan tegar, namun ku lihat sisi lain kali ini yang sedang menitikan air mata itu. Bunda menangis karena ibunya-eyang telah tiada. Kematian memang tidak ada yang tahu kapan datang dan tak dapat untuk mengelak.

Aku tidak terlalu dini untuk mengetahui apa yang terjadi, namun hatiku tidak mengetahui apa yang ku rasakan saat ini. Semacam kehilangan, tapi tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menutupi rasa hilang itu.

Semua terlihat begitu sedih, akupun merasakan kesedihan yang sama pula. Padahal malamnya aku masih berbincang dengan eyang. Kata-kata yang membuatku tidak merasakan bahwa itu firasat sebuah perpisahan. Malam itu eyang bilang padaku ...

"Ina ... eyang harap apapun yang nanti akan terjadi di hidupmu, Ina harus bisa melewatinya. Ina boleh sedih tapi hanya saat bersujud mengadu pada Allah. Ina harus jadi tempat nyamannya orang lain, mengulurkan tangan untuk membantu, telinga untuk mendengar keluh kesahnya, dan bibir untuk menyemangati lewat kata. Ina harus kuat untuk diri Ina sendiri dan untuk orang lain ya sayang. Arina janji kan sama eyang?" ucap eyang sambil mengelus telapak tanganku dengan jemarinya yang mulai keriput.

"Kan ada eyang yang akan menemani Ina, teteh dan juga adik. Ina ngga mau, eyang harus ada selalu dengan Ina sampai Ina dewasa nanti lalu punya cicit untuk eyang" balasku sambil langsung memeluk tubuh renta itu. Nyaman dan kemudian ku terisak dipelukannya.

Eyang mengelus punggungku lalu berkata "Ga boleh gitu Ina sayang, eyang akan selalu bersama Ina di sini," melepas pelukan sambil menunjuk dadaku, "eyang ada di hati Ina selamanya. Eyang sayang sama Ina dan semuanya, Ina juga sayang sama eyang kan? Kalau sayang lakukan yang tadi eyang minta untuk Ina, janji bisa melakukan hal itu kan sayang?" lanjutnya dengan nada begitu lembut juga jarinya yang menghapus air mata ku.

"Iya eyang, insyaallah Ina akan melakukan itu. Karena Ina sayang eyang dan yang lainnya" janjiku pada eyang sambil tersenyum agar menghentikan tangisku.

"Ini baru cucu eyang, jangan menangis lagi kecuali saat mengadu pada Allah. Ingat janjimu pada eyang ya sayang, suatu saat Ina akan mengerti apa yang eyang maksud" sahut eyang. "Siap laksanakan eyang" balasku sambil terkekeh dan tangan seperti memberi hormat pada komandan.

Air mata ku meluncur tiba-tiba, kata-kata eyang langsung membuatku menghapusnya dengan perlahan. Eyang, sekarang Ina akan berusaha untuk tidak menangis apapun yang terjadi sama hidup Ina. Semoga eyang juga tersenyum di sana, Ina akan selalu sayang sama eyang. Batinku kemudian tersenyum.

Saat ini rumah masih ramai dengan orang-orang yang datang melayat karena kepergian eyang. Keluarga besar eyang pun sudah sampai sejak tadi. Kami bersiap ke pemakaman yang berada di Bandung, terik panas matahari Jakarta jadi tanda perpisahan.

Bandung
1.00pm

Proses pemakaman baru saja selesai, aku dan keluargaku masih berada di sekitar pusara eyang. Kali ini aku tidak menangis seperti yang lain, bukan karena aku tidak merasa sedih tetapi karena aku harus ikhlas dengan kepergian eyang. Tak lama kita kembali ke rumah keluarga yang ada di Bandung. Mungkin akan bermalam lalu kembali ke Jakarta esok hari.

°~°

Tak pernah ku sangka akan secepat itu aku ditinggalkan. Eyang adalah panutan pertamaku, tanpanya bunda juga ngga akan bisa menjadi ibuku. Aku sudah tidak memiliki lagi Kakek atau Nenek dari kedua orang tua ku, tapi untunglah aku masih memiliki adik dari mereka. Aku hanya gadis kecil, apa di masa depan aku bisa menepati janjiku pada eyang?

*-*

Gimana temen² awal ceritanya? Kurang greget yaa? Maafin aku yaa, soalnya masih pemula banget sama nulis cerita dan ini ceritaku lagi setelah dulu aku pernah publish cerita tapi terus di unpublish 😂 semoga suka yaa, kalau suka kasih tau temennya buat baca biar aku semangat next part.

Insyaallah secepatnya next part yaa, doain aja aku biar idenya ngalir terus. Ini real imajinasi yang di barengi dengan kisah-kisah inspiratif yang ku temui.

Jangan lupa vote, dan komen kritik saran untuk cerita ini. Terimakasih 🤭

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang