- Balta Samudera -
Menjadi seorang anak sulung sangatlah berat. Bagaimana tidak, ia perlu mengajari, mengalah, dan harus menjadi panutan yang baik untuk adik-adiknya. Jika ada suatu masalah yang menimpa adiknya, maka yang sering menjadi sasaran utama untuk di ceramahi adalah sang kakak. Meskipun kenyataannya sang kakak sendiri tidak tahu menahu sebab-akibat apa yang menimpa adiknya.
Pada kesempatan kali ini, kita akan mendengarkan*eh, maksudnya* membaca bagaimana kisah perjalanan dari seorang anak sulung yang mengurusi adik-adiknya.
Sebelum mulai membaca, perlu diketahui bahwasanya menurut sang anak sulung yang bernama Balta Samudera ini, adik-adiknya merupakan dua makhluk 'astral'-tetapi kasat mata-yang tidak pernah berhenti mengorbit dalam kehidupannya. Dengan kata lain yang juga menurut pendapatnya, adik-adiknya ini adalah suatu penjelmaan atau titisan makhluk yang bernama 'setan', namun dalam wujud dan bentuk manusia.*Bentar. Setan itu makhluk astral kan ya? Kalo iya ya udah, berarti bener.
Nah, maksud dari makhluk 'astral'-tetapi kasat mata-itu apa? Yakni mereka layaknya dua sosok setan yang memiliki wujud manusia. Mengapa bisa begitu? Karena, si anak sulung yang bernama Balta ini menganggap dan merasa bahwa kedua adiknya itu memiliki perilaku yang 'amit-amit' gesreknya, bahkan ke-gesrekannya melebihi sang kakak sendiri.
#Sudah, begitu saja intermezzonya. Let's go to the main story!!!
***
Baru saja Balta hendak membalik halaman buku tulis untuk melanjutkan acara menulisnya, tiba-tiba sebuah teriakan muncul seraya dengan suara bantingan pintu kamarnya.
"WOY!"
Balta yang terkejut dan tak tahu apa-apa, spontan membalikkan badannya ke arah pintu kamar yang berada di belakangnya.
"Apaan woy! Main nyelonong aja lu! Kaga salam kaga apa, tiba-tiba marahin gue yang gak salah apa-apa!"
"Gak maksud gitu elah. Ini penting! Makanya gua teriak-teriak kayak gini!"
"Apaan emang, apaan? Sampe gak penting gua tampol lu!"
Akhirnya seseorang yang meneriaki Balta tadi pun menghampirinya dan duduk di tepi ranjangnya. Ia mulai berbicara dengan nada serius, tidak seperti tadi yang teriak-teriak macam orang lagi demo kampanye.
"Gua ngerti. Udah sana, biar gua aja yang ngurusin. Gak usah sok khawatir dah."
"Tapi kak-"
"Tumben lu manggil gua kakak? Kesambet apa lu Yan?"
"Di panggil baik-baik gak mau. Serba salah dah gue."
"Haha, iya deh Sean adekku yang gaada akhlak, gua hargai lu manggil gua kakak... Tapi, sekarang keluar ya... INSPIRASI GUA ILANG GARA-GARA ELU!!"
"Selow dong ah! Inget, itu mulut, bukan TOA! Keras bener kalo ngomong! Oh iya, btw lu nulis apaan si? Dear diary lagi? Hahahaha." Ucap sosok yang bernama Sean sembari meninggalkan kamar Balta dengan langkah gembira.
"Punya adek kok laknat banget si? Gak habis pikir gua."
Balta pun akhirnya memutuskan untuk membaca lagi tulisan yang sudah ia buat agar mendapatkan inspirasinya kembali yang sempat hilang gara-gara Sean-telah diketahui bahwa dia adalah adik Balta-muncul begitu saja dengan seenaknya.
***
-Kafkha Aryachandra-
"Afkha!"
"Hm?"
"Lo lagi ngapain?"
"Kepo dah lu."

KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Finale
Fiksi PenggemarBalta Samudera, anak sulung yang dituntut untuk menjadi teladan dan pemimpin bagi adik-adiknya yang kelewat gesrek. Ia sebenarnya menyadari jika dirinya adalah seseorang yang gesrek juga. Tetapi dia tetap percaya diri dan selalu mengarahkan adik-adi...