01. The Boss 🔞⚠️TW⚠️

23.9K 81 3
                                    

⚠️TRIGGER WARNING⚠️
R-word, non-con, illegal drug, Manipulative, blackmail, Abused, No protection. Kekerasan!
*
Semua merupakan kejadian fiksi, tidak terkait individu maupun instansi mana pun, bukan untuk ditiru, non-konsensual merupakan perbuatan yang salah. Consent dan alat kontraseps* sebelum berhubungan s*x adalah hal yang sangat penting. Segera laporkan jika mengalami kekerasan.

*

Hanya karya fiksi, untuk bersenang-senang pribadi, dilarang membaca bagi pembaca dibawah 18 tahun. Akan dihapus sesegera mungkin.

*

Enjoy you naughty girls and gals! have fun

*

Aroma alkohol mengambang diudara bersama dengan aroma parfume mahal, keringat, dan juga pewangi ruangan. Dina merasa aroma itu terlalu kuat untuknya, itulah mengapa Ia merasa begitu pusing dan mual, Ia benar-benar ingin muntah dan merebahkan badannya. Tetapi Ia merasa lelah dan tak sanggup lagi berjalan, itulah mengapa Ia menyandarkan kepalanya yang terasa berat dan membiarkan lengan hangat menahan badannya. Ia mengenal aroma ini, seperti aroma Andrew, boss besarnya. Tapi mana mungkin Andrew yang membantunya.

Dina tak ingat apa yang terjadi, yang jelas Ia sadar saat tubuhnya direbahkan diatas kasur. Kasur yang terasa jauh lebih empuk dari sebelumnya, mungkin itu karena Ia sudah terlalu lelah, jadi kasur hotel yang sudah enak terasa semakin empuk.

"Ternyata kamu tuh beneran polos, ya?" suara itu sukses membuat Dina mendapatkan kembali kesadarannya yang nyaris tenggelam, Ia memaksa matanya yang terasa berat terbuka; pandangannya buram tetapi Ia bisa mengenali kedua mata biru tua Andrew yang kali ini lebih gelap dari biasanya.

Jika Andrew bukan bossnya atau sudah menikah, Dina pasti menerima pernyataan cinta mendadak beberapa bulan lalu. Dasar bule buaya! Dina tertawa pada dirinya sendiri.

"Eh?Pak Andrew?" Dina tertawa kecil, suaranya serak, tenggorokannya terasa sakit, Ia juga merasa pening, Ia tak bisa berfikir jernih, "Bapak ngapain disini? Jangan suruh Saya revisi ya Pak, besok aja..." gumamnya tak jelas, memiringkan tubuhnya dan bergelung seperti kucing, memeluk tubuhnya yang mulai terasa dingin.

Andrew tak menjawab, tatapannya melekat pada Dina.

Dina tak menyadari bahwa ini adalah kejadian nyata. Ia merasa bahwa Ia salah lihat, bahwa tak mungkin Andrew yang masih marah pada penolakannya akan membantunya. Ia mungkin terau takut dipecat sehingga mengira Laila yang tadi bersamanya adalah Andrew.

Dina butuh uang. Ia tak mau dipecat tapi tak juga mau jadi wanita simpanan.

Disisi lain Andrew tertawa melihat keadaan Dina yang mulai kehilangan kesadaran. Obat perangsangnya mulai bekerja. Ada sedikit keraguan di hatinya, sedikit rasa tak tega, tapi amarahnya karena ditolak lebih besar. Ia ingin memberikan pelajaran dan mengambil apa yang Ia inginkan meski dengan cara terlarang.

Andrew menaruh ponsel di meja, memastikan sudut kameranya sudah pas. Ia merasa terangsang hanya dengan melihat Dina yang terbaring. Ia mungkin sudah sedikit hilang akal karena penolakan itu.

Andrew menekan tombol rekam sebelum melangkah menuju Dina yang masih terbaring. Wanita yang Ia sukai dan inginkan rupanya hanya pintar secara teori saja tentang lelaki, praktiknya, Dina terlampau bodoh jika berurusan dengan pria.

Andrew mengecup pipi Dina yang tertidur pulas, Ia juga mengecup mata, kening, dan terakhir bibir Dina. Semua terasa seperti tak nyata. Ia bukan lah tipe pria kriminal meski Ia tak keberatan melanggar sedikit aturan. Tanpa itu perusahaannya tak akan maju.

Itu juga berlaku pada Dina. Tanpa sedikit pelanggaran, Dina tak bisa dimiliki. Tentu semua ada resiko, terutama hal ilegal seperti yang akan Ia lakukan, Ia bisa kehilangan segalanya jika tak berhati-hati.

The LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang