06. Mind Break, Mind Play 🔞🚫🚩

7.8K 63 3
                                    

Hal terakhir yang Dina ingat adalah bagaimana Ia menghabiskan jusnya, menatap Andrew yang tengah menatapnya, mengikuti perintah Andrew untuk jalan terlebih dahulu, hanya untuk menyadari bahwa pintu itu bukanlah pintu keluar melainkan pintu menuju sebuah ruangan lain, sebuah ruangan seukuran kamar mandi dengan dua pintu lainnya.

Tapi Ia terlambat menyadarinya, Ia tiba-tiba saja dibekap oleh lengan kokoh Andrew, Ia bisa mencium aroma menyengat sebelum merasa sangat lemas.

Wajah Andrew adalah hal terakhir yang Ia ingat.

Dina mengalami mimpi buruk dan terbangun dalam keadaan yang lebih buruk dari mimpinya, bahkan dari pertama kali Ia menyadari terbangun di ruangan asing.

Kedua tangannya tak bisa digerakan; terikat ke penjuru tempat tidur, begitu pula kedua kakinya, Ia tak bisa melihat apapun, tapi Ia yakin bahwa Ia tak menggunakan apapun alias telanjang. Ia bisa merasakan dinginnya ruangan di kulitnya, begitu pula sprai dibagian belakang tubuhnya yang lembut. 

Dia berusaha melepaskan diri, tapi tentu saja itu sia-sia. Ikatan di tangan dan kakinya begitu erat. Ia bersyukur mulutnya tak disumpal, karena jika tidak, Ia tak akan bisa bernafas dengan hidung mempat akibat menangis. Ia tak tahu sudah berapa lama Ia menangis, tapi Ia merasa lelah, pusing, dan haus.

"Andrew? Sir?" Dina merintih lemah, "Maaf... tolong lepasin aku... tanganku sakit..." ucapnya entah untuk yang keberapa kalinya.

Ia yakin Andrew ada disekitarnya. Ia bisa merasakan kehadiran orang lain diruangan itu, tapi tak ada jawaban dan itu membuatnya merasa sangat takut, semua terasa terlalu mencekam.

Dina terperanjat saat bisa mendengar suara langkah kaki. "Andrew?" tanyanya.

Langkah itu semakin dekat, suara nafasnya semakin terdengar, tapi tak ada jawaban, tak ada kata-kata. Jantungnya berdetak begitu cepat karena perasaan yang campur aduk, takut, khawatir, dan lelah.

Dina bisa mendengar langkah itu berhenti dan suara laci digeser terdengar, sesuatu seperti baru saja dikeluarkan dan Dina tak tahu apa itu, yang pasti Ia merasa takut dan khawatir.

Langkah itu semakin dekat, Dina berusaha berkonsentrasi, rasa takut membuat air matanya mengalir dan tubuhnya menegang.

Tiba-tiba saja Ia bisa merasakan bobot lain duduk didekat pinggangnya, lalu lengan panas menyentuh perutnya, membuatnya memekik pelan dan berusaha menghindari lengan itu dengan sia-sia. Tangan itu meraba setiap senti kulitnya terus naik menuju payudaranya, lehernya, lalu wajahnya sebelum akhirnya bibirnya dikecup ringan.

"Kamu takut?" tanya suara itu lembut tepat ditelinganya, suara Andrew.

"A-Andrew..." Dina kembali menangis, "Sakit... tolong lepas..."mohonnya.

Andrew menghela nafas, Dina bisa merasakan pergerakan Andrew yang naik keatas tempat tidur lalu mengurung tubuhnya. Suhu diantaranya kini menghangat.

Dina lalu bisa merasakan lutut yang mengapit pinggangnya  dan kejantanan Andrew yang panas dan mengeras di perut bawahnya. Pria itu juga tak menggunakan pakaian. Dina ingin menangis rasanya. Ia tahu benar apa yang akan terjadi.

"A..aku takut... tolong lepas... aku ga bakal kabur... aku... aku mau... liat wajah kamu..."

Andrew tertawa, mengecup bibir Dina lembut, "Iya, nanti, sekarang kamu harus tau konsekuensi gak sopan dan bohong." ucapnya, mengecup leher lalu mengulum dada Dina, membuat nafas Dina memberat.

Dina sudah kehabisan tenaga, meski amarahnya begitu besar karena Andrew bersikap semua adalah salahnya dan Ia layak diperlakukan seperti ini. Dina tak mau Andrew menghukumnya lagi. Ia memang salah strategi, terlalu tergesa-gesa mencoba meyakinkan Andrew dan terlalu eprcaya Andrew akan melepasnya semudah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang