02. The Boss Part 2 ⚠️

7.1K 50 0
                                    

TRIGGER WARNING⚠️
R-word, non-con, illegal drug, Manipulative, blackmail, Abused, No protection. Kekerasan!
*
Semua merupakan kejadian fiksi, tidak terkait individu maupun instansi mana pun, bukan untuk ditiru, non-konsensual merupakan perbuatan yang salah. Consent dan alat kontraseps* sebelum berhubungan s*x adalah hal yang sangat penting. Segera laporkan jika mengalami kekerasan.

*

Hanya karya fiksi, untuk bersenang-senang pribadi, dilarang membaca bagi pembaca dibawah 18 tahun. Akan dihapus sesegera mungkin.

*

Enjoy you naughty girls and gals! have fun

*

Andrew menatap wajah Dina yang telah hilang kesadaran. Ia menghela nafas, membelai lembut kepala Dina, si cerdas yang membuatnya hilang akal dan melakukan hal kriminal. Stamina wanita ini perlu dilatih, pikirnya. Baru satu kali saja sudah hilang kesadaran, terlihat jelas Ia baru melakukan ini.

Ia mengecup bibir Dina sebelum melepaskan penisnya perlahan, merasa enggan, dan masih ingin melakukannya lagi; menggenjot tubuh Dina hingga Ia tak mampu lagi. Baru ejakulasi lima menit yang lalu tapi Ia sudah mulai menegang lagi hanya karena mengeluarkan dirinya. Sungguh, dia sudah kehilangan akal karena Dina.

Andrew menghela nafas, mengurungkan niatnya untuk langsung kembali menggenjot tubuh Dina. Ia beranjak menuju kamar mandi, mengambil handuk dan baskom yang telah Ia siapkan dan mengisinya dengan air hangat lalu melangkah menuju Dina yang masih tak sadarkan diri.

Andrew mengelap kaki dan kemaluan Dina lembut, menghilangkan sisa ejakulasinya yang mengalir keluar, merasa dosanya sedikit hilang karena memperlakukan Dina lembut seperti ini. Sejak kapan seorang Andrew mau peduli pada wanita yang Ia setubuhi?

Andrew menghela nafas, memang dasar pria amoral, bagaimana bisa melakukan hal manis seperti ini malah membuatnya semakin menengang? Ia masih ingin menyetubuhi Dina, efek obat itu masih ada padanya.

Dina nampak terlalu menggoda meski Ia merasakan sedikit penyesalan dan juga iba.

Atau Ia lakukan saja? tanyanya pada dirinya sendiri.

Menyetubuhi Dina yang tengah tak sadarkan diri? Seperti seorang pria amoral?

Masa bodoh, pikirnya, semua sudah Ia rencanakan matang-matang, toh Ia memang sudah amoral dan brengsek sejak merencanakan ini semua, tinggal keberanian untuk eksekusi saja dan Ia sudah melakukan satu pertiganya. Ponsel baru yang sengaja Ia beli untuk merekam perbuatan amoral ini juga masih merekam, sayang sekali jika Ia tak memanfaatkan kesempatan ini.

Andrew melirik ikatan kaki dan tangan yang sudah Ia kaitkannya pada tempat tidur tapi belum Ia pakai karena Dina masih bisa Ia hadapi dengan mudah.

Haruskah Ia memuaskan fantasinya? Mengikat Dina lalu menyetubuhinya dengan brutal seperti rencana awal? Andrew bisa merasakan penisnya kembali menegang hanya dengan membayangkannya.

Ia memang sudah hilang akal sehat.

Tapi Ia mengurungkan rencana itu. Ia mungkin akan melakukannya lain hari, masih ada waktu untuk itu.

Baskom air hangat itu Ia simpan diatas nakas, lalu Ia kembali memposisikan tubuhnya, melebarkan selangkangan Dina, menaruh kaki itu diatas pahanya, menggesek-gesekan penisnya ke bibir vagina Dina yang masih panas dan basah, dan mulai mencium bibir Dina yang masih memerah dengan lembut, jemarinya juga kembali memainkan puting Dina.

Meski Ia yakin Dina masih siap untuk Ia genjot tapi Ia ingin tubuh Dina semakin terangsang dan mengingat sentuhannya.

Dina mengerang kecil, mengerutkan keningnya, nampak lelah dan terangsang disaat yang bersamaan. Efek obat ilegal itu memang memuaskan. Andrew lantas menghisap payudara kiri Dina dan jemarinya kembali memainkan klitoris dan lubang vagina yang seperti dugaannya masih basah bergantian, membuat nafas Dina memberat, terangsang.

The LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang