Liburan panjang sekolah, aku dan Sophia berencana untuk berlibur ke pantai. Saat tiba harinya, kami senang sekali karena akhirnya bisa lepas dari jadwal rutin sekolah untuk sementara waktu. Kami berdua benar-benar ingin melepas kepenatan dari pelajaran-pelajaran sekolah. Perjalanan menuju lokasi pemandangannya memanjakan mata dan angin laut mulai terasa menerpa muka kami sehingga tak terasa mata kami berdua seakan-akan mulai mengantuk. Untunglah, sebelum ketiduran akhirnya kami sampai ke hotel tempat kami akan menginap.
Gedung hotelnya terlihat sudah agak tua dengan nuansa klasik. Pilar-pilar besar menopang keindahan gedung dengan model gaya romawi kuno. Cat putih menutupi semua tembok hotel tersebut dengan dikelilingi pohon-pohon tropis sehingga terlihat teduh. Di bagian lobi hotel, cahaya lampu tidak begitu terlalu terang dilengkapi dengan sofa besar berwarna cream dan meja tamu yang memperlihatkan keindahan bentuk kayunya. Kami berjalan menuju meja resepsionis untuk memesan kamar. Resepsionis itu menatap kami dengan mata yang tajam dan terkesan tak ramah. Namun, pada akhirnya kami mendapatkan kamar yang kami inginkan dengan pemandangan langsung ke pantai saat melihat dari jendela kamar.
Setelah mendapatkan kunci kamar, kami langsung menuju lift yang akan mengantar kami ke lantai 3. Keluar dari lift, aku dan Sophia langsung menuju ke kamar 312 tempat kami akan menginap. Letak kamar kami tepat di ujung lorong. Sepanjang lorong terdapat lampu-lampu yang menempel pada tembok dengan wadah yang terbuat dari besi tempa berulir. Suasananya sepi sekali seakan tidak ada kehidupan sepanjang lorong tersebut. Kami bergegas masuk ke kamar. Saat kami masuk ke kamar menyeruak bau yang aneh seperti bau apek dan lembab, seakan kamar tersebut lama tidak ditempati lagi. Akan tetapi, kami menepis pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan itu.
Lalu, Sophia bersiap-siap ke kamar mandi untuk membersihkan muka dan ganti baju. Tak lama setelah masuk ke kamar mandi, kudengar Sophia berteriak. Spontan aku yang sedang tidur-tiduran di tempat tidur langsung melompat dan menghampiri Sophia.
"Ada apa, Sop?"
"I.i..i.itu tadi di cermin aku melihat sosok laki-laki berjubah putih".
Aku lalu menatap cermin yang ditunjukkan oleh Sophia, tapi tidak ada hal aneh yang terlihat. Aku melangkah keluar dari kamar mandi sambil berkata "Ah.......tidak ada apa-apa kok. Mungkin itu perasaan kamu aja kali Sophia"
"Benar kok aku liat sendiri"
Lalu dia langsung buru-buru keluar dari kamar mandi dengan kondisi ketakutan dan gemetar.
Tak lama kemudian, aku kembali masuk ke kamar mandi untuk membasuh mukaku yang seharian terkena debu jalan. Sewaktu aku menatap cermin, aku tersentak tanpa mampu mengeluarkan suara. Ternyata benar ada sesosok lelaki di cermin yang sedang melihat ke arahku. Sosok laki-laki muda seusia dengan aku dan Sophia. Wajahnya putih bersih dengan alis mata tebal dan hidung yang mancung. Aku tergagap-gagap saat menanyakan siapa dia,
" Si.....si....siapa kamu?"
"Hey, kamu pendatang baru ya? Hmm...kenalkan aku Andrew. Senang berkenalan denganmu." kata dia dengan senyum manisnya itu.
"Iya....... aku dan temanku baru menginap di sini." kataku.
"Kau tadi sudah mengganggu sahabatku ya?" sambungku.
"Tidak, aku hanya ingin berkenalan dengannya saja" jawab dia dengan sedikit tertawa.
"Kenapa di kamar kami ada kau?" tanyaku yang sedikit bingung.
"Kau tidak tahu ya, aku sudah lama tinggal di sini. Dulu aku anak pemilik penginapan ini." jawab Andrew.
"Kamu memang tidak takut dengan aku?" tambah Andrew.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY GHOST
Short StoryAku, Laura dan Valdo menatap kepergian Andrew dengan terkejut. Bagaimana tidak terkejut, tadi masih terlihat sedih wajahnya karena patah hati. Eh............ saat melihat ada yang cantik lagi, hatinya berubah dalam sekejap. Baca yuk^^