¤6

3.1K 277 30
                                    

Selamat memasuki hari ke 7 pernikahan, bung!

Memulainya dengan pagi yang menyegarkan. Menyegarkan? Tentu saja. Lihat wajah sumringah yang ditunjukkan Jeongguk. Berbeda dengan Taehyung yang nampak sedikit kelelahan. Wajar, bung. Mereka menambah waktu lebih lama di kamar mandi.

Sebab menuntaskan nafsu yang menggebu sedari pagi,  kini Jeongguk harus menambah kecepatan laju mobilnya atau akan terlambat masuk bekerja di hari pertama dengan status baru. Selain itu, setelah menikah ia dipindahkan untuk memimpin kantor cabang di kota tempat tinggalnya sekarang, kota perantauannya dulu semasa di bangku perguruan tinggi.

Lulus kuliah, Jeongguk langsung bekerja di kantor pusat milik sang ayah di kota tempat kelahirannya sampai ia memutuskan untuk pindah dengan alasan sudah menjadi keputusan bersama Taehyung. Sebenarnya karena kota itu menjadi tempat pertemuan mereka.

Memang betul Jeongguk tak sengaja bertemu Taehyung. Saat itu ia hanya sedang berkunjung, memenuhi undangan teman satu kampusnya dulu. Sore itu mereka sedang nongkrong di warung kopi dan asyik megobrol sampai salah satu temannya yang sedang membayar di kasir berteriak, WOY COPET!

tempat itu sedang sepi, bung. Mereka mengejarnya sendiri.

Sialnya itu dompet Jeongguk. Ia yang disuruh membayar, ia juga yang mendapat musibah. Tapi di balik itu ia mendapatkan sesuatu yang lebih berharga, Taehyung. Ditambah, salah satu temannya pernah satu kampus dan katanya cukup dekat dengan lelaki yang tengah diincarnya.

Setidaknya awal pertemuan mereka cukup berkesan, menurut Jeongguk.

Dan kini ia harus berkejaran dengan waktu. Untungnya tempat Taehyung bekerja tak terlalu jauh, jadi ia mengantarnya lebih dulu.

Ia menoleh pada Taehyung di kursi sampingnya, terlihat sibuk sekali sedari tadi dengan ponsel di tangan. Ia berdeham, "Siapa?"

"Bukan siapa, tapi apa." Taehyung mengoreksi, masih dengan mengoperasikan benda pipih miliknya.

Ya, mungkin Jeongguk berlebihan? Bukan bermaksud berpikiran negatif sebenarnya, hanya penasaran. "Oke, sorry. Jadi, apa?"

"Jasa WO ku, makin banyak yang menggunakannya. Lalu, usahaku yang lain pun makin berkembang. Aku senang sekali, Jeongguk."

"Itu berita bagus. Kamu hebat."

Taehyung tersenyum bangga. Tak sia-sia perjuangannya selama ini bersama teman-temannya. Meskipun sempat ragu di tengah jalan karena usaha mereka tersendat, namun dengan kegigihan dan kesabaran, mereka mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.

Ia meletakkan ponsel ke dalam tas, menatap sang suami yang tengah fokus mengemudi. "Boleh aku minta sesuatu, mas?"

"Apa?"

"Mobil."

"Mobil?"

"Iya, untuk jaga-jaga kalau aku ada banyak kerjaan. Jadi, nanti aku tidak selalu meminta jemput. Kalau saat mas sibuk gimana?"

Jeongguk menimang-nimang. Sepertinya tak masalah membiarkan Taehyung memakai kendaraan sendiri, meskipun mertuanya berpesan untuk mengantar jemput sang anak. Bukan tak mau, tapi mungkin bisa menghemat waktu nantinya. Juga, benar kata Taehyung, kalau dirinya sibuk nanti tak akan merepotkan siapa pun.

"Mau mobil yang seperti apa? Biar mas belikan."

"Ah, tidak usah beli. Aku ingin pakai mobilku saja. Mas tolong bantu bilang ke mama sama Mas Seokjin, ya?"

"Hm, boleh. Sekalian nanti mas minta orang buat ambil mobilnya."

"Yeay! Terima kasih." Taehyung berteriak girang. Mungkin kalau Jeongguk yang bilang, mamanya bisa luluh. Sejak ia tak sengaja membuat mobilnya lecet tahun lalu, sang ibu tak mengijinkan untuk berkendara sendiri kecuali jarak dekat dan berakhir memberikan benda beroda empat itu pada sang kakak.

After Wedding || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang