Melati Si Budak Cinta

53 5 7
                                    

Entahlah dia bucin, cinta buta, atau bodoh. Buat saya sekilas mungkin tak ada bedanya.

Melati sebenarnya sosok perempuan yang mandiri, punya pekerjaan baik, dan cantik. Sebagai sesama perempuan, saya mengakui kalau dia itu cantik. Hubungan kami cukup dekat (saat itu). Saya cukup paham cerita cintanya. Bahkan saya tahu bagaimana tipe favoritnya. Melati adalah seorang player yang gemar dengan bad boys. Tipikal pria seperti ini yang bisa membuatnya terpikat setengah mati.

Sebut saja Andi. Andi memang mandiri karena punya bisnis sendiri di bidang kuliner, tapi dia sangat cuek pada Melati. Saking cueknya, Andi bisa tak berkomunikasi dengan Melati seminggu penuh. Boro-boro telepon, pesan instan pun tidak. Namun Mel meyakinkan saya kalau mereka benar-benar dalam hubungan kekasih.

Akhirnya, Mel memutuskan untuk menghampiri Andi di tempat dia biasa nongkrong, sekadar untuk mencari kejelasan hubungan mereka. Akhirnya mereka kembali berhubungan. Daya pikat Andi ke Mel mungkin sangat kuat, buktinya Melati sampai rela ngapelin Andi ke rumahnya. Gak kebalik?

Saat itu Andi mengaku malas ngapel ke rumah mel, namun di malam minggu itu Mel rupanya sangat ingin bertemu. Jadilah Andi meminta Mel yang datang menghampirinya. Bukan urung niat, Mel justru benar-benar menghampiri Andi yang sudah enggan malam mingguan. Mel meminta sang adik untuk mengantarnya kencan. Si adik meradang marah. Tak putus asa, Mel membujuk ayahnya untuk mengantarnya ke rumah Andi untuk mengantar dan menjemputnya setelah pacaran. Singkat cerita mereka akhirnya putus.

Jeda beberapa waktu, akhirnya Melati pun memutuskan untuk membuka hati untuk pria lainnya. Hingga beberapa bulan kemudian, kami dikejutkan dengan ulah Melati yang tiba-tiba pulang ke rumah orang tuanya bersama seorang pria, panggil saja dia Johan. Kedatangan Johan ke rumah Mel bukan sekadar bertamu, tapi melamar Mel! Kami pun kaget, karena selama ini kami tahu kalau Mel pacaran dengan pria yang lain.

Kepada orang tuanya, Mel mengaku kenal dengan Johan karena bergabung dalam komunitas yang sama. Johan menyatakan kesiapannya untuk menikahi Mel di tahun itu juga. Bagus juga karena tak ada jaminan pacaran lama bisa langgeng pernikahannya. Tapi entah mengapa saya dan kakak-adik Mel merasa ada yang ganjil. Orang tua Mel sendiri? Mereka punya kepercayaan penuh pada Mel. Pada dasarnya Mel memang dianugerahi bakat pandai bicara dan meyakinkan orang. Namun ini tak berlaku untuk adik dan kakaknya. Juga saya.

Sampai akhirnya mereka menikah dan tinggal berdua, terpisah dari keluarga. Lambat laun, Mel yang dulu akrab dengan keluarga, perlahan tapi pasti mulai menjauh dari keluarganya. Bukan cuma tak hadir di berbagai acara keluarga tapi menelpon orang tuanya sekadar tanya kabar pun jarang.

Setelah beberapa tahun menjauh, Mel tiba-tiba pulang ke rumah orang tuanya dengan dahi memar dan berdarah. Keluarganya panik, sambil menangis dia bercerita kalau Johan, suaminya sedang marah karena dia melakukan satu kesalahan. Kami yang kesal langsung mengajak Mel untuk visum. Namun dia menolak. Tak lama Johan menghubungi Mel dan memintanya segera pulang. Pria itu tak menjemput dan meminta maaf ke keluarga Mel. Takut, Mel menurut dan akhirnya pulang.

Tak lama, Mel mengirim pesan. Johan meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya. "Kita lihat saja," pikir saya dalam hati.

Benar saja, beberapa kali Mel cerita tentang kelakuan suaminya sambil menangis. Emosi saya meluap tak terima keluarga saya dianiaya. Saat kejadian itu, tak pernah sekalipun Johan menampakkan batang hidungnya. Mel sendiri tak mau urusannya jadi panjang dan membuat Johan justru makin kasar.

"Saya maafkan dia. Dia kan suami saya," ucapnya.

Setiap kali Mel pulang (dia jadi sering pulang), selalu ada luka baru di tubuhnya. Tapi dia tak mengakui kalau Johan pelakunya. Kaca bening, jatuh di tangga, terantuk lemari, itu saja yang jadi alibinya. Tapi kali ini dia sudah tak lagi cerita kalau Johan masih melakukan KDRT.

"Jangan ngomong jelek gitu, dia suami saya. Dia orang yang baik kok.

"Dia lembut, cuma dia punya trauma di masa lalu yang membuat dia kasar. Nanti juga bakal baik."

Saya kesal mendengarnya. Senaif itu kah Melati? Entah apa karena dia dibutakan cintanya pada Johan? Dia masih percaya 'kekasaran akibat trauma' ini bakal hilang seiring waktu. Sampai kapan?

Empat tahun, lima tahun berlalu. Johan masih juga melakukan kekerasan. Kali ini bukan soal fisik, tapi verbal. Dia bahkan tak segan mengungkapkan kata-kata hinaan kepada istrinya melalui media sosial. Bukan sekali atau dua kali. Di media sosial ini, dia berteman juga dengan istrinya, saya, dan keluarga dari kedua belah pihak. Mel kesal namun dia lagi-lagi memaafkan Johan.

Saya dan keluarga lainnya menghampiri Johan. Dia minta maaf dan akun media sosialnya pun tak aktif lagi untuk sementara. Belakangan ini? mereka kerap mengunggah foto-foto liburan yang menggambarkan betapa sempurnanya kehidupan mereka. Namun saya tahu, di balik senyum bahagia mereka di atas kapal pesiar atau di belahan dunia lainnya yang diunggah di media sosial tersebut, ada Mel yang menangis dalam hati karena dia masih menanti waktu di mana cintanya bisa mengubah Johan yang kasar menjadi orang yang lembut dan penuh cinta.

Maaf kalau nggk epick ini hanya cerita pemula.
Jgn lupa komen sama rate yah biar gw semangat bikin ceritanya

Melati Si Budak Cinta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang