Pemandangan Indah untuk Kakak

18 2 1
                                    

Pagi yang cerah di kota Jakarta, burung-burung gereja mulai mengepakkan sayap coklat mereka, terbang menembus langit yang cerah menuju tempat dimana mereka bisa menemukan makanan. Suasana pagi itu sangat ramai, penuh dengan kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan.

Terlihat di dalam sebuah ruangan, sosok pemuda sedang tertidur di atas sofa, ia adalah Kenzo Renairda, biasa dipanggil Kenzo. Dia adalah putra kedua dari pasangan Fero Renairda dan Hellen Renairda. Keluarga mereka memang bisa dikatakan mampu, karena status sang ayah yang seorang CEO.

Kenzo tak pernah merasa senang akan status sang ayah yang selalu dipuji publik. Kehidupannya yang selalu sendiri di rumah membuat Kenzo merasa kesepian dan hampa tanpa kehadiran siapapun. Orang tuanya yang jarang berada di rumah membuat suasana rumah menjadi sepi.

Kenzo memiliki kakak laki-laki bernama Mezzo Renairdo, kakaknya pergi keluar negeri untuk bersekolah kata orang tuanya, namun Kenzo tak percaya akan perkataan mereka itu.

"Aku rindu kakak..."

Kenzo bangun dari tidur lelapnya, ia membuka kedua iris coklatnya dan melempar asal bantal putih yang berada di pangkuannya. Berdiri dan berjalan menuju kamar mandi dengan santai, ia melihat jam telah menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit yang bertanda bahwa ia harus cepat bersiap jika tidak ingin terlambat.

Kakinya menyentuh lantai kamar mandi yang dingin, ia menatap dirinya di depan kaca terlihat sosok tegap dirinya yang mulus tanpa cacat, kecuali di bagian lutut.

Ia menyalakan keran shower dan air pun turun membasahi tubuh Kenzo dari atas sampai bawah, membiarkan pintu kamar mandi yang masih terbuka.

Tiba-tiba...

"Kenzo, kalau mandi ditutup pintunya!" seru seorang pemuda berpakaian seragam SMA saat melihat pintu kamar mandi Kenzo terbuka. Pemuda itu adalah sahabatnya yang bernama Hiro Damiandra, Kenzo memanggilnya Hiro.

"Jangan masuk ke rumahku tanpa izin!" seru Kenzo saat keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit di pinggangnya sehingga menutupi tubuh bagian bawahnya.

Ia mengambil baju seragamnya dan berjalan ke kamar mandi untuk memakai seragamnya itu. Ia tidak ingin berganti baju di depan sahabatnya itu walaupun ia tahu sahabatnya merupakan laki-laki sama seperti dirinya.

Hiro menatap sahabatnya itu yang sudah keluar dari kamar mandi dengan seragam yang melekat di tubuhnya, ia hanya tersenyum kecil ketika melihat Kenzo yang masih belum bisa memakai dasinya dengan benar, "Ken, benarkan dasimu!" seru Hiro sambil menunjuk dasi yang berada di lehernya.

"Ini sudah rapi, lagipula tak akan ada yang melihatku!" balas Kenzo acuh, ia berjalan melawati Hiro dan menuruni setiap anak tangga yang berada di rumahnya sambil membawa tas selempang peninggalan kakaknya sebelum pergi ke negeri asing.

"Bagaimana kabar Kak Mezzo? Sudah hampir 3 tahun sejak dia meninggalkan dirimu," Hiro menyusul Kenzo yang berjalan di depannya, Hiro tau bahwa Kenzo selama ini mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan siapapun dan satu-satunya anggota keluarga yang peduli akan dirinya adalah sanga ibunda dan sang kakak yang sekarang berada di negeri asing yang entah dimana.

Kenzo tak menjawab pertanyaan Hiro, ia sedang tak ingin membahas sang kakak yang sudah seminggu tak ada kabar. Hiro ingin kembali bertanya, namun Kenzo langsung menggelengkan kepalanya yang berarti ia tidak tahu akan kabar sang kakak selama disana.

"Kenapa kau tidak menghubunginya?" tanya Hiro, ia mengambil tas ranselnya yang berada di sofa ruang keluarga rumah Kenzo lalu menatap sahabatnya yang sedang membuka pintu kulkas untuk mengambil susunya. Kenzo meminum susunya dengan sekali tegak, ia mengelap mulutnya lalu menoleh ke arah Hiro.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pemandangan Indah untuk KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang