Bocah Zanj dari Busra

58 3 0
                                    

Sejak Persia dibebaskan oleh bangsa arab muslim, sebenarnya sistem perbudakan sudah dihapuskan karena kaum muslim mengatakan semua manusia memiliki derajat yang sama, tidak ada yang lebih rendah atau tinggi hanya karena harta yang dimiliki, semua diukur berdasarkan kepatuhannya kepada Tuhan. Tetapi, nyatanya diberbagai wilayah, sistem perbudakan masih begitu kental terutama dikalangan-kalangan bangsawan dan saudagar kaya. Mereka masih tidak menerima persamaan tersebut karena khawatir akan membuat budak-budak mereka membangkang dan meminta hak-hak kemanuasiaannya.

Khafa sedikit membungkuk untuk menyamakan pandangan dengan Zanj kecil itu. Sebelum memulai pembicaraan.

"Siapa Namamu?" tanya Khafa setelah jeda yang panjang.

"Taysir" Jawab Zanj itu. Ia masih menunduk karena khawatir jika tatapannya akan membawa masalah kepada tuan barunya saat ini.

"Hei Taysir, dari mana asalmu?" Khafa mencoba menarik perhatian Taysir dengan suara yang begitu ramah dan mengakrabkan. Dengan malu-malu Taysir memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya untuk menatap seseorang dihadapannya.

Khafa tersenyum saat netar hitam Taysir bertatapan dengan matanya.

"Ayah saya berasal dari Zanzibar*15, tetapi Ibu saya berasal dari Busra." Taysir terpatah-patahmenjawab pertanyaan Khafa dengan bahasa Persia meskipun dialek arab khas suku zanzibar benar-benar terasa dalam kalimatnya.

"Kamu bisa tetap menggunakan bahasa arab, jika kamu merasa tidak nyaman dengan bahasa persia. Aku cukup fasih dengan bahasa arab." Kali ini Khafa yang membalas Taysir dengan bahasa arab campuran persia yang terdengar aneh. Bocah kecil itu tersnyum lebar hingga gigi-gigi putihnya tampak jelas diantara kulitnya yang hitam legam.

"Taysir, Aku memerdekakanmu mulai saat ini. Jadi, kamu tidak perlu lagi menjadi budak bagi siapapun. Kamu boleh pergi meninggalkaku." Khafa mengusap kepala Taysir dengan penuh kasih sayang. Khafa juga mengambil beberapa koin emas dan memberikannya kepada Taysir yang masih menatap dengan bingung.

"Aku seorang musafir yang sedang dalam perjalanan menuju Kufah. Aku tidak bisa membawa siapapun dalam perjalanan yang berat ini. Aku berharap pemberianku bisa membawa sidikit perubahan untuk kehidupanmu." Mata bulat Taysir seolah-olah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Baiklah, Aku harus pergi sekarang, Assalamualaikum." Khafa kembali mengelus kepala bocah itu dan berpamitan, sementara Taysir hanya terdiam saat Khafa meninggalkannya.

Khafa berbalik pergi meninggalkan Taysir yang masih terpaku. Tak selang beberapa lama, Taysir bukan pergi menjauh, Ia justru mengikuti jejak-jejak Khafa. Ia terus meresak mendekati Khafa dikeramaian pasar. Khafa lantas berbelok kearah jalan yang lebih lenggang.

Menyadari seseorang mengikutinya, Khafa mencoba untuk mempercepat langkahnya. Kaki kecil Taysir juga semakin gesit mengikuti Khafa. Khafa terus berjalan cepat hingga pada akhirnya ia memutuskan berhenti. Hampir saja, Taysir menabrak Khafa yang berhenti tiba-tiba didepannya.

Gang tempat mereka berhadapan kali ini tidak tidak seramai jalanan pasar sebelumnya, tetapi juga tidak bisa dikatakan sepi. Karena beberapa orang terkadang berlalu lalang melewati mereka. Khafa sendiri tidak terlalu tahu sudah sejauh mana ia berjalan untuk menghindari penguntit kecilnya ini.

"Mengapa kamu masih mengikutiku," Tanya Khafa dengan wajah sedikit kesal. "Bukankah aku sudah memerdekakanmu dan memberikan beberapa keeping emas?" wajah Khafa sedikit cemberut saat mengingatkan Taysir atas pemberiannya. Ia sebenarnya tidak terlalu suka mengungkit-ungkit suatu pemberian, tetapi kali ini ia merasa terganggu dan harus mengingatkan kepada bocah kecil ini, bahwa apa yang telah ia lakukan kepadanya sudah lebih dari cukup dan ia tidak mau lagi berurusan dengannya.

"Tuan, saya ingin mengembalikan ini kepadamu." Taysir menyodorkan kembali keping emas pemberian Khafa yang sedari tadi ia dekap dengan erat. ".... izinkan saya tetap menjadi budak tuan. Saya yakin, saya akan berguna untuk tuan." Perkataan Taysir membuat Khafa kebingungan, bagaimana mungkin bocah ini lebih memilih menjadi budaknya, dibandingkan dengan kebebasannya saat ini. Belum juga ia berfikir jernih, Taysir kembali menambahkan.

"Emas ini, mungkin akan habis hanya dalam beberapa minggu, setelah itu saya tidak akan tahu bagaimana saya akan hidup kembali. Saya khawatir akan menjadi budak dan mendapatkan majikan yang lebih buruk dari bibi tadi. Oleh sebab itu, izinkan saya memilih tuan untuk menjadi majikan bagi saya. Saya yakin, tuan orang yang baik." Taysir menberikan penjelasan panjang- lebar, yang membuat Khafa sedikit terharu. Ia salut kepada keberanian dan kecerdasan bocah kecil ini, meskipun ia memiliki pemikiran polos khas anak kecil, tetapi jelas perhitungannya cukup panjang kedepan. Terlebih, bagaimana ia berani menggantungkan kehidupannya kepada Khafa yang baru ia kenal beberapa menit lalu. Ia pasti sangat mempercayai insting pada dirinya.

Khafa menerima kembali kepingan-kepingan logam mulianya itu, dan menyelipkan disaku dalam pakaiannya. Ia lalu kembali merunduk seraya berkata, "Bukankah, aku telah mengatakannya kepadamu? Aku seorang musafir aku sedang dalam perjalanan jauh dan mungkin juga berbahaya. Kau lihat aku sendirian, tidak ada rombongan, jika terjadi sesuatu- aku tidak bisa melindungimu. Perbekalanku juga, mungkin saja terbatas? Kamu bisa menderita bersamaku." Khafa mencoba memberikan pandangan baru kepada bocah kecil itu, berharap ia merubah fikirannya. Tetapi, bukannya berubah fikiran bocah itu justru kembali meyakinkan Khafa, betapa ia bisa diandalkan.

"Tuan, saya pandai dalam pertarungan langsung, saya juga bisa menggunakan pedang, panah, ketapel. Saya berjanji bisa melindungi diri saya sendri. Saya juga bisa memakan apapun yang saya temui, serangga, rumput, tikus apapun itu, tuan tidak perlu memikirkan saya." Taysir memelas, tangannya ia tautkan, memohon kepada Khafa dan mengharapkan iba darinya.

"Baiklah, aku akan menerimamu jika kamu bisa menunjukkan kepadaku tempat makan paling nikmat di Saveh ini, bagimana?" Khafa kembali memasang senyum lebar diwajahnya. Wajah putih dengan jambang dan kumis tipis membuat ia semakin terlihat ramah.

Taysir lantas mengangguk mantab, dengan cepat ia menarik tangan Khafa dan mengajaknya berlari menyusuri jalan-jalan dikota Saveh.



15, Zanzibar- adalah sebuah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika saat ini. Umumnya menggunakan bahasa arab.

-Bantu Vote dan Koment ya, agar Author bersemangat melanjutkannya-

HudanWhere stories live. Discover now