2. Cinta Pertama

78 13 2
                                    


Hari ini dua bulan aku duduk di kelas XII, rasanya aku ingin cepat cepat lulus saja.

Tapi untuk lulus pastinya ada serangkaian ujian yang pasti sangat membosankan bagiku dan mungkin bagi sebagian siswa juga.

Kelasku di penuhi para cowok banyak omong dan gak bisa diem, tapi cewek nya malah pada lebih banyak omong.

Hampir setiap pagi kami mengerjakan PR dikelas, bareng bareng gitu biar solid katanya. Hilih.

"Heh lo gimana sih maen pulang duluan aja, solid dong!"

"Ayolah guys bantuin pasang kertasnya, nggak solid amat sih."

"Itu cowonya pada gak solid, udah tau repot gini malah santai santai."

Dan berbagai kalimat dengan kata "solid" lain yang ditambah dengan wajah jutek kaum hawa.

Sumpah di kelas XII ini ceweknya pada ambisius banget, mereka punya wacana ini itu untuk kelas dan aku hanya iya iya aja.

Cewek tuh maunya di turutin, yaudah aku nurut.

Aku masih sering teringat Alfan. Harusnya dia disini kan?

Menghabiskan masa putih abu abu yang kata orang-orang menyenangkan, bermain bola volly yang menjadi kebiasaannya, dan melakukan hal hal yang di lakukan oleh remaja lainnya.

Dan pada akhirnya, aku harus mengatakan "Gapapa, Alfan lebih bahagia disana," lagi.

Katanya, Cinta pertama itu sulit untuk dilupakan, dan cinta pertamaku adalah Alfan.

Mungkin terdengar aneh saat seseorang yang aku benci bertahun tahun akan jadi cinta pertamaku bahkan saat kelas 6 SD.

Aku hanya membenci Alfan, membenci semua ocehan dan perilakunya.

Saat kelas 6 SD aku dan Alfan duduk sebangku, wali kelas yang menyuruhnya. Dan itu membuat aku dan Raja sedikit lebih akur, dia sering mengajariku matematika karena dia terbilang cukup pintar di bidang matematika.

Alfan sering memberiku coklat, dia tidak memberikannya langsung tapi dengan embel embel mengejek seperti,

"Loker cewek gitu amat banyak sampah, bersihin sono. Gamau sebangku sama Abel jorok"

Aku akan menghentakkan kakiku keras keras sambil melenggang pergi meninggalkan Alfan.
Tak mendapati sampah, aku malah mendapati coklat.

Dan siapa sangka hal hal kecil seperti itu membuatku perlahan mulai menyukainya?

Kami jadi sering pulang sekolah bersama, itu juga karena rumah kami searah. Pernah kami pulang sekolah saat turun hujan, entahlah tapi aku bahagia sekali saat itu. Padahal kami sudah sering pulang sekolah bersama.

Hanya ada aku dan Alfan, senyuman yang terlukis di wajahnya saat itu akan selalu kuingat. Aku akan selalu mengingatnya bagaimana hujan menjadi saksi bahwa aku mencintai seseorang untuk pertama kalinya.

Terimakasih Tuhan, pernah menghadirkan sosok Alfan di dunia.

Aku akan merindukannya

🌻🌻🌻

Voment💙

Heartbeat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang