Chapter 1

1.2K 48 16
                                    

"Ngeliatin dia lagi?"

Aku hanya bisa menghela napas dan mengernyit ke arah Lunetta.

Malas untuk berbohong karena kebohongan apapun yang aku upayakan, dia pasti selalu tau.

"Lo beneran udah jatuh cinta ya sama Bian?"

Aku terdiam. Cinta? Mungkin begitu. Aku mencintai seorang Fabian Revandi Pratama. Cowo populer yang maha sempurna, yang mampu membuatku jatuh cinta dan yang mampu mengganggu pikiranku belakangan ini.

"Moza, kalo lo emang beneran cinta sama dia, lo deketin dong. Kalo perlu lo ungkapin sama dia," ujar Lunetta. "Masa iya sih, lo cuma berani mandangin dia dari jauh gini?"

Aku hanya bisa menghela napas panjang. Benar kata Lunetta, aku harus bisa mendekatinya, tapi itu semua tidak semudah itu. aku tidak berani untuk mengambil langkah sampai sejauh itu. Aku tidak berani mengambil resiko yang akan terjadi setelahnya. Karena bagiku, bisa memandangnya dari jauh saja, Aku sudah bahagia.

***

"Moz, gue balik duluan ya. Lo nggak apa-apa kan gue tinggal?" Ujar Lunetta.

Aku menoleh. "Nggak apa-apa, lo duluan aja. Gue masih harus nganter buku-buku ini ke Bu sandra."

"Yaudah, gue duluan ya. Bye."

Aku hanya tersenyum menanggapinya.

Aku buru-buru membereskan buku-buku yang tergeletak di meja. Kemudian berjalan menuju ruang guru, dimana Bu Sandra berada.

Setelah mengantar buku-buku itu, aku berjalan melewati taman belakang sekolah. Aku ingin mencoba menetralkan hatiku. Mencoba melupakan segala tentangnya. Tapi nihil. Aku mencoba mempercepat langkahku. Tetapi sesaat setelahnya, jantungku berdegup begitu kencang.

Fabian.

Hanya karena satu orang itu, mampu membuat tubuhku membeku dan jantungku terus berdegup kencang. Dia, Fabian, berdiri tepat membelakangiku. Dia seperti sedang menunggu seseorang. Tanpa dicari tahu, aku juga sudah tau siapa yang sedang ditunggunya. Dan tidak lama setelah itu, dia muncul. Aku mengenal sangat jelas siapa dia.

Aku hanya bisa tersenyum miris dan menertawakan segala kebodohanku ketika melihat mereka. Seharusnya aku sadar, dia tidak akan pernah bisa aku kejar. Tidak akan pernah bisa ku raih. Harusnya aku sadar dan ingat akan hal itu. Aku pun mencoba pergi dari tempat itu. Berharap sakit itu cepat hilang. Hilang dan takkan pernah kembali. Tetapi sepertinya, semuanya sia-sia. Pertahanan yang kubuat, akhirnya runtuh juga.

Mungkin kalian semua akan berpikir, kalo aku adalah wanita bodoh.

Tapi siapa yang peduli?

Aku akan tetap menunggunya.

Menunggunya untuk dapat melihatku. Menunggunya untuk menyadari keberadaanku. Dan menunggunya untuk bisa mencintaiku.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang