'Assalamualaikum wr wb... insya Allah hari ini saya ke kampus ya, bimbingan dimulai setelah sholat jumat.'
"Kampret, kampret, kampret."
Laki-laki itu, Gabai, dengan cepat bangkit dari tidurnya. Begitu ia membaca pesan yang dikirim oleh dosen pembimbingnya di group chat, ia langsung terkejut.
Dengan asal, dia mengambil baju koko yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Tanpa mengganti kaus yang sedang dipakainya, Gabai langsung memasang baju koko yang juga sudah ia pakai sholat jumat waktu minggu lalu, itupun belum dicuci. Tapi tidak apa-apa, Gabai tidak bau badan kok.
"Definisi orang gak waras, gini nih. Gak pernah mikir sebelum bertindak." Protesnya, sembari memungut dompetnya yang berada di lantai. Jangan salah, meskipun seorang Adera Gabai Harsean ini wajahnya enak dipandang dan terlihat bersih, nyatanya lelaki ini sangat tidak teratur dan juga seringkali menjadi seorang yang pemalas.
Sudah tidak teratur, pemalas, anehㅡ penuh keraguan alias gak percayaan lagi. Banyak kekurangannya memang, untung ganteng. Jadi setiap ada yang melihat dia tanpa mengenalnya lebih jauh pasti tidak akan berpikir jika dia adalah dirinya yang sekarang ini.
Entah apa yang merasuki dosbing-nya hari ini. Sebenarnya sih, bukan hanya hari ini, tapi tiap hari. Beliau itu sangat tidak jelas dalam memberikan bimbingan, selalu saja tiba-tiba. Gabai yang sedang pusing memikirkan judul yang tepat untuk skripsinya kan jadi kaget atas pesan tiba-tiba nya. Beda sekali dengan dosen pembimbing temannya, jadwalnya teratur.
By the way, iya, Gabai masih memikirkan judul skripsinya.
Jangan salahkan dia. Salahkan saja dosbing nya itu. Sudah dua kali beliau menolak judul skripsi milik Gabai. Katanya, judulnya tidak nyambung dan terlalu berbelit-belit. Padahal Gabai selalu meluangkan waktu untuk memilih judul dari permasalahan yang dia angkat. Bahkan dia memiliki sepuluh judul yang telah dia buat. Semuanya sama saja, hanya ada kata-kata yang dia ubah. Dia memang begitu, saat termotivasi. Kalau lagi tidak atau sudah bosan, boro-boro mengerjakan. Nyentuh saja ogah.
Bahkan disaat kedua teman dekatnya, Panca dan Icih, secara kompak sudah berada di BAB 2, Gabai masih saja stuck di BAB pertama. Sebenarnya, dia bisa saja meminta pendapat mereka mengenai judul skripsinya. Tapi saat Gabai tanya alasan kenapa mereka memilih judul tersebut dan apa kelebihan serta kekurangan judul yang lain, mereka malah memberikan jawaban yang tidak memuaskan.
Jadi yasudah, memang lebih baik dia pikirkan sendiri saja. Meski itu akan memakan waktu dan berakhir sia-sia. Mengingat Gabai tidak pandai dalam merencanakan sesuatu.
Gabai memasukkan laptop ke dalam tas ranselnya, mengambil skripsi dan earphone-nya, lalu keluar dari kamar. Tentunya dengan terburu-buru. Rencananya saat ini adalah sampai ke sebuah Coffee shop tempatnya mengerjakan skripsi secepat mungkin. Dia butuh tempat yang tenang dan tidak banyak orang. Disana dia akan memikirkan judul skripsinya, lagi.
Saking buru-burunya, setiap pergerakan Gabai menimbulkan suara. Membuat wanita yang tengah duduk sambil bermain hp menoleh dan menatapnya. Menyadari bahwa Gabai akan keluar, wanita itu dengan segera meletakkan hpnya.
"Loh, rajin banget sholat jumatnya. Bukannya masih lama?" Tanyanya lembut, berdiri dan menghampiri Gabai.
Gabai mengangguk, memakai sepatunya asal-asalan. "Sengaja, mau ngerjain skripsi."
"Malem ini gak pulang di sini dulu, tidur di kosan aja." Lanjutnya.
"Gitu, ya?" Gabai tak merespon wanita itu, ia malah berjalan. Mau tidak mau wanita itu mengikutinya. "Tadi Bunda kamu nelpon tante, katanya mau dateng. Rindu kamu soalnya."
"Tante Tari bilang aja, Gabai lagi sibuk ngerjain skripsi. Gampang."
Tariㅡlebih tepatnya, Lestari, hendak protes dengan ucapan Gabai barusan. Terlihat jelas dari raut wajahnya. Namun tentu saja, ia lebih memilih untuk diam saja.