0.1

13 0 0
                                    

"Thanks for today's work, you guys!"

Laki-laki itu tersenyum lebar memperlihatkan giginya. "Terutama buat Anjana, nih. Makasih udah sempetin hadir buat hari ini. Notif Instagram kita hari ini jadi rame."

Yang sedang dibicarakan kini menjadi pusat perhatian di studio. Semuanya ingin melihat bagaimana responnya setelah diberi pujian oleh Mas Ian, Program Manager mereka. Responnya, tidak banyak. Cewek itu hanya tersenyum dan mengangguk.

Mereka semua ikut tersenyum maklum. Mengerti dengan keadaan Anjana sekarang.

"Iya, rame. Sampe' IG live aku kemarin rame buenner tapi cuma nanyain Njana sama Cipto!"

Karena sahutan terlalu bersemangatnyaㅡ sebenarnya memang selalu begitu, laki-laki bernama Aksa itu harus menerima geplakan dari Kaia, cewek -berstatus sebagai pacarnya karena cinlok- yang sedang duduk di sampingnya.

"Aksa! Diem aja lah kamu."

Kaia kesal banget rasanya.

Bagaimana bisa, sih, tidak kesal kalau Aksa mengucapkan nama Cipto semudah itu? Seolah tidak ada beban dan tidak memikirkan bagaimana perasaan Anjana, sahabat mereka.

Kaia capek, pusing punya pacar yang omongannya tidak pernah bisa disaring kayak Aksa!

Aksa menatap Kaia. Dari tatapannya, Kaia bisa tau kalau pacarnya itu sedang protes. Dan Kaia sama sekali tidak pusing tentang hal itu. Pokoknya yang barusan itu, pacarnya memang salah. Gak usah coba-coba untuk mencari pembelaan!

"Apa?!"

Mendapatkan tatapan yang tak kalah tajamnya dari Kaia, cowok itu pun mengurungkan niatnya untuk protes. Begini-begini Aksa itu sebenarnya bucin. Meskipun dari luar tampangnya tidak terlalu meyakinkan.

"Iya, ampun, ndoro."

Kaia tertawa, tidak jadi marah.

Tidak lama setelah siaran malam ini selesai, Anjana memutuskan untuk pulang setelah memastikan dirinya telah pamit dan meminta maaf karena tidak bisa untuk berlama-lama seperti biasanya.

"Tadi kesini sama apa, Na'?

Anjana yang berdiri di pinggir jalan dan tengah disibukkan dengan beberapa chat dari orang-orang yang hampir sudah tidak pernah lagi berhubungan dengannya, mendongak.

Oh, Kaia ternyata.

"Iya, Ya'? Nanya apa tadi?"

"Itu, kamu kesini naik apa? Kalau sekarang lagi mesen, cancel aja. Mending ikut aku sama Aksa, udah malem soalnya."

Anjana pelan-pelan tersenyum.

"Tadi dianter Cipto, Ya'."

"Hah, apaan sih. Masih aja? Heran sama dia, dasar aneh."

Kaia berdecak dan memberikan Anjana tatapan kesalnya. Tadi dia memang merasa kasihan dan menahan dirinya untuk tidak mengungkit hal ini.

Tapi sekarang, rasanya Kaia sudah tidak bisa tahan lagi.

"Udah deh, Na. Pokoknya yang tadi itu yang terakhir. Awas kamu."

"Breaking up doesn't mean we can't still be friends, Kaia."

Benar-benar, ya.

Anjana harus dikasih tau.

"Really, Anjana? Ayolah, you know for sure that's not what i meant."

"Kaia, can we just not talk about this right now and just get over it, please? At least for now.."

Kaia menghela napasnya kasar. Sedangkan Anjana menatapnya khawatir. Takut Kaia kesal dan marah padanya.

"For now, kan? Oke, jadi mau gak mau aku bakal bicarain ini lagi sama kamu."

"Kaia..."

"Na, udah di-cancel belum? Udah ada Aksa tuh."

Anjana menghela pelan. Dia bahkan tidak pernah memesan, Kaia. Tapi karena ini Anjana, jadi yasudah, di-iyakan saja. Biar cepat.

"Iya, udah."

Go Ahead, Back UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang