12

114 74 12
                                    

Aku duduk di kantin perpustakaan, menunggu Tiara dan Sila yang masih ke toilet.

Cuaca hari ini sangat panas, aku meneguk minumku sampai habis.

"Shiren."

Aku menoleh ke asal suara, kak Vino duduk di sampingku.

"Sendiri?"

"Lagi nunggu temen." aku mengalihkan pandanganku.

"Udah lama nggak ketemu lo."

Aku bergumam meresponnya.

Sejak aku dikunci oleh kak Mega di toilet satu minggu yang lalu, memang aku tidak pernah bertemu lagi dengan kak Vino.

"Kak, kita bisa kan nggak ketemu lagi?" aku memberanikan diri untuk mengucapkannya kepada kak Vino.

Aku tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi kepadaku, aku sangat takut.

"Kenapa?"

"Ada yang nggak suka kalau kita lagi bareng."

"Siapa?" tanya kak Vino dengan bingung.

"Kakak nggak perlu tau."

"Gue bahkan udah nyaman sama lo, gue bisa ceritain apa aja yang lagi gue rasain ke lo saat gue berada di titik yang paling rendah, saat gue lagi nggak baik-baik aja, cuman lo yang bisa nyemangatin gue. Ternyata semiris ini hidup gue." kak Vino tertawa hambar.

"Kak, tapi kita emang harus ngelakuin ini, demi kebaikan kita berdua."

Kak Vino mengehembuskan nafasnya panjang.

"Kita nggak perlu lagi ketemu yang bahkan nggak disengaja, anggap aja kita nggak pernah kenal." ucapku dengan susah payah.

"Kakak harus inget bahwa aku selalu nyemangatin kakak walaupun kita nggak bakal ketemu lagi, kakak pasti bisa ngejalanin hidup kakak dengan baik-baik aja. Inget kak, bahwa Tuhan nggak bakalan nguji umat-Nya diluar kemampuannya." aku menatap kak Vino dengan mencoba tersenyum.

Kak Vino menatapku dengan tersenyum.

"Makasih ya."

Aku mengangguk pelan.

"Gue pergi dulu." kak Vino bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkanku.

Aku mengehembuskan nafasku kasar, menatap punggungnya dengan sendu yang semakin jauh semakin hilang dari pandanganku.

***

"Mama di rumah pak? Atau di butik?" tanyaku kepada pak Rahmad sebelum keluar dari mobil.

"Di rumah non."

Aku mengangguk dan keluar dari mobil.

"Terimakasih pak." ucapku sebelum menutup pintu mobil.

Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan mendapati mama yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Udah pulang?"

"Udah, mama nggak ke butik?"

"Nih nunggu kamu pulang, mama mau ajakin kamu ke butik, daripada kamu sendirian di rumah sekalian belanja bulanan."

"Biasanya juga sendirian ma di rumah. "

Mama tertawa pelan.

Aku memang sering di rumah sendirian, karena mamaku yang biasanya sibuk di butik miliknya dan papaku seorang pilot yang jarang di rumah.

"Buruan ganti, habis ini berangkat." ucap mama.

***

"Kamu nggak beli snack?"

"Beli dong ma."

"Yaudah yuk."

Aku mendorong troli ke rak snack bersama mama.

Aku memilih beberapa snack dan kumasukkan ke dalam troli.

"Shiren."

Aku dan mama menoleh ke asal suara.

Rega bersama seorang wanita seumuran mama, mungkin itu mama Rega.

"Oh hai." ucapku gugup.

"Hai tante." Rega menyalimi tangan mama.

"Ehmm kenalin ini mama aku, namanya Rani."

"Shiren tante." aku tersenyum dan mencium punggung tangan tante Rani.

"Sarah, mamanya Shiren." mama menjabat tangan tante Rani.

"Emang cantik-cantik sih." ucap tante Rani.

"Ahh bisa aja." mama tersenyum.

"Rega tuh setiap hari nyeritain Shiren, pantes aja ya Rega suka, orang Shirennya cantik banget kayak gini." tante Rani tersenyum.

"Ah mama." ucap Rega.

"Shiren main ke rumah ya kapan-kapan, tante tungguin." ucap tante Rani dengan sangat antusias.

"Iya tante." aku tersenyum menanggapinya.

"Kayaknya kita bakalan besanan deh ini." ucap tante Rani sambil tersenyum kepada mama.

"Semoga aja ya." mama tersenyum.

Aku hanya bisa tersenyum menatap mama dan tante Rani yang sangat antusias. Tante Rani terlihat seperti orang yang santai dan mudah berbaur.

Aku menatap Rega yang menatapku dengan tersenyum.

"Kapan-kapan bisa dong pertemuan keluarga, kita tukeran nomor aja ya, biar bisa berhubungan baik." tante Rani membuka ponselnya yang kemudian di beri nomor ponsel mama.

"Oke deh, kalau gitu kita pergi dulu ya?"

Mama mengangguk.

"Daah Shiren." tante Rani melambaikan tangannya singkat.

Rega tersenyum kepadaku dan mama sebelum melangkah pergi.

"Tuh kan mamanya Rega aja setuju kalau anaknya deket sama kamu. Sama Rega aja kamu deketnya, mama pasti seneng." mama tersenyum dan mendorong troli belanjaan, meninggalkan aku yang masih terdiam.

***

Happy reading❤

Kalau kalian suka bisa vote.
Dan kalau kalian ada kritik atau saran atau apapun yang mau kalian ungkapin, bisa komen.

See you next part

5 Juni 2020

Everything (Pindah Di Hinovel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang