Chapter 2 : Chocolate

4 1 0
                                    


Jangan lupa vote dan koment yah.

Follow juga. :)

☆Let Us To The Sky☆

Ini adalah hari pertama jo untuk sekolah. Dan ini adalah hal yang paling dia tunggu selama ini. Dia sangat bersemangat menyantap sarapannya.

"Jo..
Jangan terburu-buru sugar." Aku sungguh tidak bisa menggambarkan betapa semangatnya dia.

"Dad mengertilah..
Aku tidak mau ketinggalan melihat pria-pria tampan di sekolahku." Astaga. Sebegitu mengalirnyakah darah play boyku dulu padanya?

Aku tersenyum tulus padanya. "Katakan padaku, siapa yang mengajarimu untuk mulai memperhatikan pria tampan?" Di masih kurang dari empat tahun ya ampun. Bahkan dia belum bisa mengatakan 'r' dengan benar.

"Yohan__
Astaga apa yang kulakukan? Aku nyaris saja keceplosan." Dia membekap mulutnya sendiri. Aku menatapnya datar, walaupun sebenarnya aku sudah ingin tertawa sampai sakit perut.

"Aku tau..
Pasti Yohanna kan yang mengajarimu? Akan kuberi pelajaran dia nanti." Dia turun dari kursinya dan di sinilah dia sekarang. Di sampingku, dia menarik ujung kemejaku dengan gugup. Astaga dia sangat lucu, mata bulatnya sangat indah. Itu membuatku jatuh cinta setiap hari padanya.

"Dad..
Tolong jangan lakukan apapun padanya. Dia sangat baik dia selalu membawaku coklat. Bahkan aku pikir dia cocok menjadi sahabat baikku." Ujarnya tulus. Oh ayolah aku tidak tega melihatnya sedih. Tapi sedikit bermain-main dengan putriku sebelum mengais rejeki bisa kan?

"Tidak..
Aku akan memberinya hukuman. Kalau tidak kau saja yang terima_"

"Biklah.. baik..
Aku saja yang menerima hukumannya." Dia mematapku seperti anak kucing yang meminta untuk kupungut. Oh dia sangat lucu. Putriku yang lucu.

"Baiklah..
Seribu ciuman untuk daddymu ini." Dia mengerjap lucu. Mungkin dia mengira aku akan memghukumnya seperti tentangga kami yang menghukum anaknya membersihkan semua rumah jika bersalah. Haha. Aku tidak mungkin tega, hanya dia hidupku. Cukup dia tinggal di sampingku maka aku sudah bahagia.

"Baiklah..
Medekat cepat..
Nanti kita telat." Aku menundukkan kepalaku dan bibir kecilnya menjelajah disetiap inci wajahku.

Aku menyukai setiap hal kecil dengan putri kecilku. Dia hidupku dan dia adalah kelemahan terbesarku.
Aku hidup untuknya dan aku hanya akan mati di pangkuan putri kecilku.

"Baiklah sugar ayo berangkat." Aku menggendon tubuh kecil putriku keluar dari rumah.
Aku tidak memiliki mobil atau kendaraan semacamnya. Aku hanya memilik sebuah sepeda gunung yang biasa kami gunakan untuk menghabiskan waktu menuju pantai atau pergi kepegunungan.

Aku menggendongnya di tangan kananku. Kami berjalan karena sekolahnya tidak jauh dari rumah.

Lagipula dari sana halte bus yang biasa aku gunakan menuju kantor tempat aku bekerja jauh lebih dekat.

"Selamat belajar sugar , jangan lupa nanti siang setelah pulang dari sekolah langsung menuju rumah aunty yohanna yah. Dad akan menjemputmu di sana."

"Baiklah..
Daddyku yang tampan." Oh ayolah. Aku tidak pernah mengajari putriku untuk menggoda seseorang.
Aku mencim kedua pipi dan pucuk kepalanya. Aku melambai saat dia melambaikan tanganya padaku.

Let Us To The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang