AKU MAU JUJUR!
~Aprilia aditya
Selama ini aku terlalu menderita. Apakah aku harus seperti ini terus menerus? Sungguh ini menyiksaku, sebaiknya aku harus jujur ini juga untuk kebaikan ku sendiri.
Saat malam hari keluarga April sedang menonton tivi bersama.
"Nah, ini peluang aku buat jujur" batin April.
"Buk, ibuk, hehehe,,,"
"Kenapa kamu nak? haha hihi haha hihi, ada maunya ni pasti"
Ketika April ingin melontarkan sepatah kata tiba tiba listrik dirumah April padam.
"Yah.. Mati lampu buk"
"Ngga papa, udah diem aja"
"Buk, kan kemarin tu ya, aku disekolah ngga bisa ngeliat tulisan yang ada dipapan tulis lo buk".
sigadis kecil ini mengeluarkan kata demi kata sambil meneteskan air mata, karena tak sanggup mendengarkan jawaban dari ibunya.
"loh kok bisa nak, gimana jadi kamu kalo belajar selama ini kalo disekolah?"
"eemm,, eemm,, ya numpang numpang buk"
"Kok suara kamu gitu sih nak? Kamu nangis? Udah ngga papa besok dipriksain kedokter ya, ibuk ngga marah kok"
"Maapin April buk, udah nyusahin ibuk terus" (dengan suara terpatah patah merangkul ibunya)
"Iya iya, besok kan libur, nah besok kita priksain. Udah ini cobaan nak. Sabar"
"huhuhuhu iya buk"
Keesokan harinya setelah April selesai membereskan pekerjaan rumah ibu menyuruh April bersiap siap pergi menemui dokter untuk memeriksakan matanya.
Setelah sampai dihalaman klinik tempat April memeriksakan matanya, April tidak berani untuk masuk dan menemui si dokter.
"Buk pulang aja yuk, April takut" matanya berkaca kaca sambil memegang tangan ibunya.
"Ih apaan sih nak, udah sampek sini nih, ngga papa ayok lah"
Dengan rasa takut dan jantung berdetak cepat akhirnya April memberanikan dirinya untuk memasuki klinik itu.
Ketika ibu April membuka pintu dan mengucapkan salam,
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam, ada apa buk silahkan duduk"
"Ini lo pak, anak saya katanya itu matanya sedikit bermasalah"
"emm kalo gitu ayok dek coba kita periksa dulu"
Setelah gadis kecil ini diperiksa, akhirnya dokter keluar dan memberikan selembar kertas.
"gini buk, adek ini matanya udah agak parah"
"Parah gimana pak?"
"Gini buk, mata adeknya ini menderita ASTIGMATISME biasanya dikenal dengan mata silinder, ini juga ada minusnya tapi cuma sedikit. Dan mata dua duanya ini ada semua buk. oh iya adeknya suka maen hape dek? Atau suka membaca sambil tiduran dek?
"mmm, kalo hape sih ngga punya, kalo mbaca buku tu sering tapi ngga sambil tiduran juga pak"
"oh iya iya, keluhan nya apa dek?"
"Ya suka pusing gitu"
"Yang lain? atau biasanya matanya berair"
"Kalo itu kadang si pak"
"Jadi gini buk, dek, mata ASTIGMATISME ini harus pakek kacamata kalo engga itu nanti bisa parah"
"Ya kalo saya sih pak ya, minta yang terbaik untuk anak saya, kasihan pak kalo sekolah"
"iya buk saya paham, kalo gitu mari dek kita cocokan lensanya"
Setelah beberapa menit mencocokan ukuran lensa. Si dokter, mengambil frame kacamata dan memasangkan lensanya tersebut.
"Jadi ini takdir ku? Aku tak pernah menyangka sejauh ini" kesedihan terus saja mengalir dipikiran gadis itu.
Setelah dokter selesai memasangkan lensa pada frame, kacamata tersebut diberikan kepada gadis itu.
"dek ini di pakek terus ya, kecuali tidur, mandi, sholat, dan juga kalo mbaca buku atau nonton tivi nya dikurangi, banyak banyak makan buah, ya semoga bisa ngurang.
"Iya pak".
Kacamata itu langsung dipakek oleh si gadis itu, dan melihat disekelilingnya.
"gimana dek enak?"
"enak kok, terang juga"
"Sedikit pusing engga?"
"Ngga kok, makasih ya pak"
Setelah selesai berurusan dengan pak dokter itu, mereka langsung pulang.
"Buk, maaf ya, April nyusahin terus ngga ada bangga bangga nya"
"Iya, inget pesen pak dokter tadi, di kurangin oke"
"Iya buk oke"
Akhirnya gadis itu harus menerima takdirnya, kini ia sangat terlihat manis dengan kacamatanya.
Ini bagian 4/5
Lihat cerita selengkapnya
Scroll sampek bawah
Help follow and vomen
Jangan lupa klik bintang~delayu_lstry
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis penderita astigmatisme
Short StoryIni takdir yang harus diterima oleh gadis kecil ini. banyak hal baru yang dia temukan setelah ini. mau tidak mau dia harus menyambutnya dengan terpaksa. tetapi setelah dia bersahabat dengan kesedihannya, dia terbiasa.