1

48 3 0
                                    



Aku punya cara sendiri mengetahui siapa nama mu

***
Aku Nadia, lebih tepatnya Nadia Amiramlan. Gadis kelas XII SMA yang hidup di tengah-tengah keluarga harmonis. Semuanya bisa aku dapat, kasih sayang, cinta dan kehadiran orang tua ku saat aku butuh.
Ayahku seorang dokter, ibuku seorang ibu rumah tangga namun ia membuka sebuah cafe sebagai usahanya.

Meskipun demikian mereka selalu punya waktu untuk ku, walau mereka lelah. Siapa bilang keluarga harmonis tak ada masalah? Buktinya orang tua ku selalu bertengkar, hanya saja mereka menyelesaikan masalah itu dengan akal sehat.

Namun 2 tahun yang lalu saat aku kelas X masalah besar menimpah keluarga kami. Ibu meninggal karena kanker paru-paru yang dideritanya selama tiga tahun. dan bodohnya aku mengetahui itu disaat ibu telah kritis. Saat itu aku baru sadar jika keluarga kami hanya berpura-pura harmonis, buktinya ibu tidak bisa terbuka satu sama lain. Ia menyembunyikan penyakitnya selama itu.

Kepergiannya benar-benar membuatku terpuruk. Kasih sayang, cinta dan kehadiran tak bisa aku rasakan lagi. kerjaan ku hanya mengurungkan diri di kamar, keluar hanya jika aku ke sekolah saja. itu pun aku jadi pendiam.

Dulu ibu pernah bilang, jika ia pergi maka ia akan mengirimkan malaikat-malaikat untuk menjaga dan menemani ku.

Itu terbukti, malaikat pertama adalah ayah, beliau selalu mencoba berbagai cara untuk membuat ku kembali tersenyum. Malaikat kedua bi uci, pembantu rumah ku. ia baik dan sangat baik. Malaikat ketiga teman-teman ku, dengan mereka aku belajar banyak hal. Salah satunya kebersamaan.

Sekarang malaikat itu telah berhasil menjalankan tugasnya, aku kembali tersenyum dan kembali menjadi Nadia yang sebenarnya, periang. Bahkan sejak dari masa-masa keterpurukanku berakhir, aku tak pernah meneteskan air mata kesedihan yang ada hanya air mata kebahagiaan.

Sampai detik ini aku masih mengingat jelas pesan ibu. jika memang masih ada malaikat yang di kirimnya, aku sangat penasaran seperti apa dia?

***
Surabaya, july 2017

Seperti biasa hari minggu pagi aku menjadi pengunjung pertama di taman dekat rumah ku. Ini sudah manjadi kebiasaan ku sejak kecil, jadi bisa di bilang taman ini juga punya cerita tersendiri dalam hidup ku.

Aku suka menulis, kata-kata romantis lebih tepatnya. Makanya aku memilih tempat sepi. Istilahnya aku sedang mencari bahan, bahan tulisanku.

Namun aku berhenti sejenak ketika menyadari seorang pemuda kini berdiri di hadapan ku. Ia tersenyum, matanya berbicara seakan-akan kita sudah saling kenal. Aku masih bingung apa maksudnya? Mungkin dia hanya ingin menyapa.

“ boleh aku duduk “ tanya nya

“ boleh “ jawab ku sambil menganggukan kepala

Jujur pikiran ku di penuhi oleh tanda tanya. siapa dia ? apa maksudnya ?

“ kamu suka tempat ini ? “ tanyanya lagi

“ sangat “

“ tahu nggak kenapa langit pagi ini sangat cerah ? “

Wah dia mau main tebak-tebakan rupanya.

“ emang kenapa ? “ tanya ku balik
Dan bodohnya aku termakan oleh tebakan itu.

“ karena ada putri cantik yang duduk di taman dengan beberapa novel disampingnya dan pulpen yang selalu di genggam “ jelasnya

Jika memang adalah aku, maka dia benar.

“ aku ? “

Pemuda itu menganggukan kepala

“ makasi “ ucapku tersenyum sambil menundukan kepala

“ aku rendy “ katanya

“ aku.....”

“ ssttttt.... “ dia memotong pembicaraan ku

“ aku akan mencari tau sendiri siapa nama mu “

“ Rendy, cabut yuk “ panggil dua orang pemuda yang tak jauh berdiri dari arah kami

“ Aku pergi dulu ya “ pamitnya dengan senyuman

Aku hanya menganggukan kepala. Sampai saat ini aku masih bingung, bingung dengan sikapnya dan penasaran bagaimana dia akan mencari tahu nama ku. Laki-laki yang bernama rendy itu telah berhasil membuat aku kehilangan semua bahan-bahan ku. Menyebalkan, bukan ?

Aku segera beranjak kembali ke rumah, matahari pagi ini mulai menyombongan diri. Memancarkan sinar yang sangat terik, membuat bunga-bunga dan pepohonan tersenyum ceria.

Benar katanya, langit hari ini sangat cerah. Ahhh mengapa aku memikirkannya !!!

***
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun, sengaja agar cepat ke sekolah. aku tak suka terlambat, apalagi hari senin. Upacara wajib di hadiri oleh siswa-siswa agar rasa nasionalismenya semakin tumbuh.

Kebiasaan ku setelah bangun adalah mengucapkan selamat pagi kepada dunia, itu juga kewajiban. Tak ada kata tunggu, dengan semangatnya aku segera menujuh kamar mandi. Setelah itu bersiap-siap untuk kesekolah.

Sebelum berangkat aku harus melewati beberapa tahap. Tahap pertama pastikan semua buku pelajaran hari ini telah tersedia di dalam tas. Tahap kedua sarapan, setiap pagi aku harus melakukan itu jika tidak ayah pasti akan marah. Tahap ketiga pamit pada orang tua, itu juga diwajibkan. Tahap keempat naik angkot, tapi kadang juga diantar ayah. Tahap kelima selesai, aku sudah tiba di sekolah. seperti saat ini.

Teman-teman ku yang lain pasti belum datang, aku bisa menebak itu. tapi mereka tak terlambat. Di koridor sekolah begitu ramai, murid- murid melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang belajar, ada yang dengarin musik, dan ada juga ngerumpi. Ada-ada saja mereka.
Kelas pun demikian. Tapi aku senang setiap pagi mereka selalu menyambut ku dengan senyum. Makanya aku tak pernah sedih. Bahkan berpikir untuk sedih pun tak pernah.

“ pagi nadia “ sapa teman-teman ku

“ pagi, tadinya aku pikir kalian bakal terlambat “ kata ku yang kini telah duduk bersama mereka

“ biasa masih tunggu sih kembar selesai mandi “ ucap salah satu teman ku yang bernama tresya

Ini tresya, aku bertemu dengannya saat pertama kali masuk di SMA ini. Orangnya baik, cantik dan pintar. Sering dapat juara umum. Hebatkan!

“ kenapa aku ? “ ucap sih kembar bersamaan

Sih kembar namanya unik. Triyani dan riyani. Unik kan. gampang kok bedainnya, kalau triyani rambutnya lurus dan kalau riyani rambutnya sedikit bergelombang. Mereka juga teman ku sejak SMA.

“ pagi semua “ sapa teman ku yang baru datang

Nah yang ini namanya nurul, cantik. Dia teman ku dari kecil, sejak TK-SMA kami selalu bersama. Nggak tahu nanti, semoga saja bisa selamanya.

“ nih yang seharusnya di pertanyakan, datang udah telat malah senyum-senyum aja “ kata riyani

“ biasa dia, habis ngedate tadi malam “ sambung tresya

“ yoii coyyy, anak kompleks “ sambung triyani lagi

“ biarain aja yeeehh....,yang penting punya “ balas nurul

“ oh jadi lo nyindir? Iya ? “ sepertinya sih kembar tak terima

“ kalau lo ngerasa ya bagus deh “ kata nurul santai

Aku hanya bisa tertawa melihat mereka, lucu kan. ya mereka memang lucu, karena mereka adalah teman ku. Apalagi sih kembar yang tak terima dengan perkataan nurul barusan. Jadinya pagi-pagi udah lihat berantem kecil-kecilan deh.

Tak lama kemudian bell upacara pun berbunyi, semua siswa termasuk aku segera keluar dari kelas. Atribut upacara telah siap semua.

“ Nadia “ panggil seseorang yang menghentikan langkah ku dan teman-teman ku

Kami menoleh kebelakang. Rendy? Dia sekolah disini ?

“ Nad, kita duluan ya “ ucap tresya

Sebenarnya aku ingin menahan mereka, tapi rendy telah berdiri di depan ku. Sama seperti kemarin, dia tersenyum lagi dan tatapan mata itu masih sama.

“ kamu sekolah disini juga ? “ tanya ku yang cukup terkejut

“ aku sekolah di hati kamu “ jawabnya

“ apaan sih “ kata ku sambil tertawa

“ iya aku sekolah disini “ jawabnya masih dengan senyuman itu “ kita ikut upacara dulu yuk “ ajaknya

Kami melangkah ke tengah lapangan dan berbaris disana, aku tetap bersama teman-teman ku. Dia, dia di samping ku. Upacara pertama yang membuat aku tak fokus adalah hari ini. Entah kenapa, mungkin karena dia.

***

Selesai upacara keempat teman ku segera pergi, katanya ada urusan penting. Bingung, kenapa tak mengajak ku?

“ hay “ di tengah kebingungan ini dia datang

Siapa lagi kalau bukan senyuman itu, rendy.

“ hay “ sapa ku balik

Kami mulai berjalan bersama memasuki koridor sekolah.

“ kamu gugup ya ? “ tanya nya

“ ah? Nggak kok “

“ waktu upacara, kamu gugup. kamu terus menggigit bibir mu. kenapa gugup ? “

“ aku hanya....sedang tidak fokus “ jawab ku

“ karena aku ? “

“ bukan “ jawab ku cepat

Dia tersenyum lagi. aku tak tahu harus bagaimana, tapi memang apa yang aku katakan adalah benar. bahwa aku tidak fokus. Tapi untuk sekarang tidak, aku harus bersikap seperti biasa di depannya.

“ oh ya, tahu dari mana nama ku ? “ tanya ku

“ aku punya cara sendiri untuk mengetahui siapa nama mu “ jawabnya

“ aku penasaran “

“ sebut nama ku tiga kali, nanti juga kamu bakal tahu “

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya, aneh. Itu pikir ku.

“ ini kelas ku, XII IPA II. Kalau sudah tahu cari aku disini. aku masuk dulu ya, kamu belajar dengan baik. Sampai ketemu nanti “ ucapnya yang segera masuk kedalam kelas.

Aku masih tetap tersenyum. Saat beranjak ke kelas ku, tanpa ku sadari dia keluar lagi dan terus melihat sampai aku masuk ke dalam kelas. Entah apa maksudnya.

Tapi aku senang. Sepanjang pagi ini dia sudah membuat ku tersenyum. Tak ada yang dapat menggambarkan suasana hati ku sekarang, tapi intinya tentang dia. lucu, aneh, bingung, heran dan masih banyak lagi hal-hal yang aku pikirkan tentangnya.

Di pelajaran pertama pun aku seperti tak bisa berkonsentrasi, otak dan hati ku ikut berbicara. Kata hati ku, aku harus belajar. Tapi kata otak ku, pikirkan dulu tentangnya. Bingung kan !!

Bell berakhirnya jam pelajaran pertama berbunyi, sekarang adalah istirahat. Seperti biasa kami selalu ke kantin mengisi perut agar di pelajaran berikutnya lebih semangat.

Sementara makan kami bercerita banyak hal, dari hal lucu sampai ke hal yang tak penting pun ada di sana. Bisa di kata kita ramai sendiri.

“ eee tapi bentar deh “ kata nurul yang menghentikan pembicaraan kami “ nad, lo kenal sama cowok yang tadi pagi nyapa lo ? “ sambungnya

“ oh dia rendy, nggak kenal banget sih. hanya waktu itu ketemu di taman dekat rumah. Aku aja sempat kaget saat tahu dia sekolah disini “ jawab ku

“ dia spupu ku, murid baru dari jakarta “ sambung tresya yang membuat kami terkejut

“ kenapa nggak cerita ? “ tanya riyani

“ tadinya mau cerita, tapi menurut ku ada baiknya ketemu langsung dan kenalan “ tresya melihat kearah ku “ tenang aja nad, dia baik kok. hanya sedikit aneh. “ jelas tresya yang membuat aku kembali tersenyum

Kupikir hanya aku yang menganggap rendy itu aneh, tapi ternyata tresya juga. spupunya sendiri. Tapi aku masih penasaran tentang dia, katanya dengan menyebut namanya tiga kali maka aku akan tahu dari mana dia mengetahui nama ku.

Sejenak aku melihat keempat teman ku. Mereka begitu asyik bercerita, ini kesempatan agar tak di lihat.

“ rendy rendy rendy “ ucap ku lirih
Sudah pasti aku berhati-hati, jika ketahuan maka aku juga mungkin akan di anggap aneh.

“ nadia, maafin aku ya. Kamarin rendy nanya ke aku, dia nanya nama kamu “ ucap tresya

“ kamu kasih tau ? “ tanya ku

Tresya menganggukan kepala dengan rasa bersalahnya

“ nggak apa-apa kok, nggak perlu merasa bersalah “ ucap ku menenangkan

Tresya kembali tersenyum.
Sekarang aku tahu, jadi itu caranya mengetahui nama ku. Pertama ku pikir dia akan berusaha keras, tapi ternyata gampang sekali. Tresya tahu semua tentang ku, jadi jika rendy bertanya lagi, spupunya ini pasti akan memberitahu.

Tapi tunggu, kenapa aku berpikir rendy akan mencari tahu tentang ku lagi ? kurasa sekarang aku yang aneh, ahhh benar-benar...

***

Kata ayah, dia tidak bisa jemput. Makanya sekarang aku lagi menunggu pak asep datang. Dia sopir keluarga kami, sudah lama dia mengguluti pekerjaan itu. ayah pun menganggapnya sebagai saudara.

“ tunggu jemputan ? “ tanya suara yang tak asing lagi

Rendy, saat ini ia berdiri bersama ku di pintu gerbang.

“ iya. Kamu ? “ tanya ku balik

“ sama “ jawabnya

“ siapa yang jemput ? “ sambungnya

“ pak asep “

“ siapa ? “

“ pak asep maksudnya? “ rendy menganggukan kepala “ dia sopir keluarga kami. orangnya baik, lucu lagi “ jelas ku

Rendy hanya tersenyum
“ jadi tresya itu spupu kamu, dan dari tresya kamu tahu nama aku ? “ tanya ku

“ kamu pasti sudah sebut “ ucapnya

“ sebut apa ? “

“ sebut nama ku tiga kali “

“ awalnya ragu, tapi aku mencobanya di kantin dan saat itu tresya bilang semua “

Disaat yang sama sebuah mobil berhenti di depan kami, itu jemputan ku. Pak asep segera keluar dari mobil dan membuka kan pintu.

“ ayo non “ katanya

“ sebentar pak “ cegah rendy “ boleh pinjam handphone kamu ? “ tanyanya

“ buat apa ? “

“ sesuatu “

Meskipun di penuhi oleh tanda tanya, tapi aku tetap mengeluarkan handphone dari dalam tas dan memberikan itu padanya. Kulihat jemari rendy mulai mengetik susuatu, tapi tak tahu apa.

Setelah selesai, dia memberikan kembali handphone ku.

“ kalau kamu merasa kesepian, hubungi aku “ ucapnya

“ kamu menyimpan nomor mu ? “

“ lihat saja nanti. Sekarang pulanglah, kamu pasti lelah “ katanya

Aku segera masuk kedalam mobil dan beranjak pergi. Mendengar ucapannya tadi aku juga ingin mengatakan “ aku nggak lelah, tapi aku bingung dengan sikap mu “ ya kira-kira seperti itu.
    

RendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang