3

12 2 0
                                    


Meskipun nanti aku bersikap aneh, tolong tetap tersenyum

***

Jam menunjukan pukul 07.00 pagi, aku sudah bangun sekitar setengah jam yang lalu. berjalan menuruni anak tangga dengan santainya, dan mulai memperhatikan seisi rumah. Sangat sepi. Ini yang paling tak aku sukai ketika hari libur, katika mau bermain dengan teman-teman kata mereka kalau hari libur itu adalah hari istirahat. Tubuh dan otak perlu waktu untuk “ bobo cantik “. Mmm itulah kata teman-teman ku.

Aku berjalan keluar rumah, ku lihat pak asep sedang memotong rumput yang mulai meninggi. Untungnya cuaca pagi hari ini sangat bersahabat jadi aku tak terlalu kesal dengan libur ku.

“ pagi non “ sapa pak asep

Aku hanya tersenyum “ kerja terus pak? mending masuk sarapan dulu “ ucap ku

“ belum lapar, non. Lagian ini juga udah mau selesai kok “

“ ya udah nanti kalau udah selesai langsung sarapan ya, panggil bibi juga. nadia mau keluar sebentar “

“ iya non, hati-hati “

Tujuan ku bukan taman, tapi...entahlah aku hanya ingin berjalan-jalan saja. daerah rumah ku terlihat sepi, semua orang pasti sibuk bekerja. Namun tak jauh di depan ku terlihat seorang pemuda yang sibuk menyiram bunga-bunganya, dia seperti sangat familiar.

Dengan rasa penasaran aku mencoba mendekatinya, benar. aku mengenalnya. Rendy.

Sontak itu membuat ku tersenyum.

“ rajin banget sih “ ucap ku

Dia melihat kearah ku, ada rasa terkejut yang tergambar di matanya.

“ nadia ? kamu mau kemana pagi-pagi begini ? “ tanya nya

“ aku hanya ingin jalan-jalan aja “ jelas ku

Rendy menganggukan kepala dan kembali melanjutkan kegiatannya. Melihat rendy membuat ku teringat kejadian semalam, apa mungkin sekarang dia marah ? tapi dia mau berbicara dengan ku tadi. Ahh mungkin dia hanya berpura-pura.

“ Ren, aku mau minta maaf atas kejadian semalam “ ucap ku dengan rasa bersalah

Dia tersenyum sambil tetap fokus pada bunga-bunganya “ nggak ada yang salah nadia, Kamu nggak perlu minta maaf. Lagi pula siapa juga yang bisa percaya begitu saja pada orang yang baru pertama kali di kenal ? apalagi kamu, melihat sikap dan tingkah ku yang aneh mungkin itu yang membuat mu ragu pada ku “

Aku terdiam mendengar ucapannya. Yang ku lakukan hanya melihat rendy yang kini telah selesai menyiram bunga-bunganya tersebut.

“ aku mau masuk ke rumah, kamu mau mimpir dulu ? “ tawarnya

“ terima kasih, tapi lain kali aja ya soalnya aku harus pulang sekarang “

“ ya udah, hati-hati dijalan. Awas banyak anjing “

Aku tersenyum mendengar gurauannya, disaat-saat seperti ini dia bisa bercanda rupanya.

“ aku pergi ya “ ucap ku

Dia menganggukan kepalanya, dengan perlahan aku melangkah kembali ke rumah. Candaan rendy barusan tak bisa membuat aku merasa tenang, tetap saja rasa bersalah atas kejadian semalam masih terus terngiang-ngiang di kepalaku.

Bagaimana ini ? aku tak ingin ini berlangsung secara lama. Tak menerima ucapan salam darinya pun membuat ku tak bersemangat pagi ini. Libur kali ini benar-benar menyebalkan. Sebenarnya aku bisa saja terima tawaran rendy untuk masuk ke rumahnya, hanya dengan situasi seperti ini aku sedikit merasa canggung.

***

Hari sudah sore saat aku kembali berdiri diatas balkon, sejak tadi aku terus menunggu pesan dari rendy namun tetap saja itu hanya menjadi khayalan ku. kembali berpikir pada kejadian semalam, memangnya apa salahnya aku mengatakan bahwa dia hanya gombal. Wajar saja dari kata-katanya yang bagai puisi itu membuat ku sedikit ragu. Apalagi dia sendiri yang mengatakan jika ini adalah hal yang patut di maklumi, yaa walau pun ia tak menyebutkan kata maklum tadi tapi setidaknya artinya seperti itu.

Dering pesan berbunyi, dengan cepatnya aku membukanya. Dari tresya, ku pikir dari rendy.

“ hay hay..., nad bentar malam ke rumah aku ya. Soalnya mama ku ulang tahun jadi ada sedikit acara kecil-kecilan. Datang loh, jam tujuh. Okay? HARUS DATANG “

Aku tersenyum membaca pesan dari tresya, pemaksaan banget sih. pikir ku. Ya meski suasana hati ku sedang tidak baik, tapi mau tak mau aku harus datang. Sekarang pukul 05.30, aku harus bersiap-siap dan berharap aku bisa bertemu rendy lagi disana.

***

“ bibi “ panggil ku setelah aku tiba di bawah dan pastinya setelah bersiap-siap

“ iya non “ jawab bi uci

“ nadia mau ke rumah tresya, hari ini mamanya ulang tahun. nanti kalau papa pulang tolong bilangin ya. Tadi nadia udah kirim pesan juga kok “

“ oh iya non, kalau gitu bibi panggilin pak asep dulu ya “

“ buat apa bi ? “

“ ya sih non, antarin non lah. Nggak mungkin kan non jalan kaki ke rumah non tresya “

“ nggak apa-apa bi, lagian dekat kok. ya udah nadia pergi ya “ pamit ku

“ hati-hati non “

Aku berjalan menyusuri indahnya daerah tempat tinggal ku, memang benar tempat tinggal ku ini sering meraih juara 1 lombah kebersihan dan kehindahan. Apalagi sepanjang jalan masih sangat ramai dengan anak-anak yang tetap saja bermain meski hari sudah gelap. Jadi anak-anak mah tidak ada lelahnya, selalu saja ceria. Mmm memang saat ini mereka tampak ceria, tapi coba saja jika sudah besar nanti. Habis dah pada mengeluh dengan banyaknya tugas dari sekolah yang susahnya sudah di tingkat olimpiade.

Udah ah ngapain jadi bahas soal anak-anak sih.

Nah sekarang aku sudah sampai di rumah tresya. Hanya berbedah RT/RW saja tapi tetap dekat kok, nggak mau berjauhan nanti kangen katanya tresya. Ada-ada saja dia.

“ selamat malam “ salam ku

“ selamat malam “ ku dengar suara tresya dari dalam “ eee datang juga akhirnya. Bukannya masuk aja malah diam di depan pintu “ kata tresya yang membawaku ke arah meja makan

Aku melihat semua sahabat ku telah berada di sana bersama tante maya yang adalah mama tresya. Dan tidak ketinggalan, dia. ya rendy berada disana. Aku tak kaget lagi, maklum dia adalah saudara tresya jadi otomatis harus berada disana. Namun dia hanya diam dengan sikap yang sangat santai, entah dia melihat ku atau tidak.

Para sahabatku menyambut ku dengan senyum dan tente maya juga melakukannya.

“ ini anak tante yang satu datang juga akhirnya “ ucap tante maya

“ anak ? “ tanya tresya

“ iya, kan kalian semua anak mama “ jawab tante maya dengan santai

“ kalau sama nadia, tresya mau lah. Kan sama-sama cantik. Kalau sama kalian berempat, gue nggak mau ah. JIJAY GUE  “ kata tresya dengan tingkah gelinya

Ketiga sahabat ku baru saja akan memukul tresya namun tante maya segera melerainya dan menyuruh kami untuk duduk sambil menikmati makanan yang telah terhidangkan.

“ oh iya tante, ini kado dari nadia “ bertepatan aku duduk di dekat tante maya, jadi ku beri saja kado nya

“ wah makasih nadia “ ucap tante maya

“ sama-sama tante “

“ ya sudah kalian makan yang banyak, riyani...triyani ayo makan yang banyak supaya cepat besar “

“ udah besar kok tante, entar kalau tambah besar nggak ada cowok yang mau lagi “ kata riyani

“ eee lo mah emang nggak ada yang mau, jelek kok “ sambung triyani

“ lah, lo ngatain diri sendiri dong. Kan kalian kembar, gimana sih “ ucap nurul

“ lo tahu nggak istilah serupa tapi tak mirip “ kata triyani

“ serupa tapi tak sama “ ucap aku, tresya, nurul dan riyani bersamaan

“ biasa aja kali “ ucap triyani jutek

“ sudah-sudah, kalian ini berantem aja kerjanya “ kata tante maya menenangkan “ oh iya nadia, kamu udah kenal rendy kan ? “ sambung tante maya

“ iya tante, nadia udah kenal kok “ jawab ku

“ udah kenal kok malah diam-diaman “ ucap triyani

“ kan lagi makan, nggak baik kan ngomong sambil makan “ balas rendy santai

“ oh iya tante, tresya di kasih makan apa sih ? kok pintar banget “ potong ku yang langsung mengganti pembicaraan

“ bubur, nad “ ledek nurul

“ eee emang kayak lu, yang makan hati muluh “ ledek tresya balik

“ sudah-sudah, kalian ini ya benar-benar. Udah makan aja dulu, setelah dari ini baru kita senang-senang “ lerai tante maya

Seperti yang dikatakan oleh tante maya dimana setelah selesai makan kita duduk bersama didekat kolam, sambil menikmati lampu-lampu yang telah didekor sedemikian rupa. Kembali tertawa dan bercanda itu yang kami lakukan sekarang. Aku sekali-sekali melirik kearah rendy, dia tersenyum melihat tingkah teman-teman ku. Terima kasih, setidaknya itu sudah membuat ku senang.

“ tante kedalam bentar yaa “ pamit tante maya

“ iya tante “ jawab kami

“ kita foto sebelah sana yuk, lampu-lampunya bagus banget tuh “ ajak nurul

“ yuk, nad...lu nggak mau ikut? “ tanya triyani

“ duluan aja, nanti aku nyusul “ jawab ku

“ oh ya udah deh, yuk guys “

Sekarang tinggal aku berdua dan rendy. Sebenarnya aku sengaja tidak ikut bersama mereka, agar aku bisa menyelesaikan masalah ku dengan rendy. Entahlah rendy menganggap ini masalah atau tidak, tapi bagiku ini benar-benar masalah.

Aku kembali meliriknya, dia sibuk. Sibuk dengan ponselnya. Tunggu, dia tahu kan aku berada disini? ahhh apaan coba.

“ kenapa nggak ikut dengan mereka ? “ tanya rendy

“ ingin disini aja “ jawab ku

“ karena ada aku ? “ tanya rendy lagi dengan santai

“ apaan sih, jadi orang kok kepedean banget “ balasku

“ Oh jadi ceritanya ada yang lagi marah nih ? mmm? “

“ siapa yang lagi marah? Biasa aja kok “ jujur aku terus menghindar dari tatapan matanya

“ kalau nggak marah, terus kenapa lihatnya kesana terus? Kan aku nggak disana “

“ emang siapa yang mau lihatin kamu, aku lihat bintang kok “

Sejenak rendy terdiam, aku tak tahu apa yang ia lakukan. Mata ku masih tak berani melihat kearahnya, entah mengapa. Tapi aku masih bisa merasakan bahwa ia masih disini.

“ maaf yaa nadia, aku sudah buat kamu bingung dengan sikap ku “ ucapnya lirih

Sontak aku terkejut, dan secara perlahan aku memberanikan diri melihat kearahnya. Dia masih menatap ku, dengan tatapan yang sama. Lewat tatapan itu aku jadi merasa bersalah telah membencinya walau hanya sejenak. Jujur aku terdiam seribu bahasa, banyak kata dalam hati ku namun entah mengapa aku tak mampu mengungkapkannya. Serasa mulutku terkunci, dan mataku hanya bisa memandang kearah rendy.

Aku bisa melihat jelas bahwa rendy menungu ku untuk buka suara, dan akhirnya aku menghela napas yang membuat pertanda ada satu hal yang perlu aku katakan.

“ kamu benar, aku bingung bahkan sangat bingung. Kita belum lama kenal tapi kamu bersikap seolah-olah kita sudah kenal selama beberapa tahun. setiap orang akan sangat bingung, rendy. Jadi aku wajar dan berhak atas itu “ jelas ku

Rendy menarik napasnya “ sekali lagi aku minta maaf telah membuatmu bingung. Tapi asal kau tahu nadia, tidak semua orang akan merasa seperti yang kau rasakan. Kau tahu kenapa? Karena ini hanya berlaku untuk mu “

Jujur aku kembali bingung, heran, terkejut dan intinya aku sangat bertanya-tanya. mengapa hanya aku? Rendy membuat kepala ku pusing, benar-benar.

“ hahahaha “ rendy tertawa dengan kerasnya dan itu membuat ku hampir gila. “ biasa aja kali mukanya, serius amat “ sambung rendy sambil mencubit pipiku

“ kamu kerjain aku? Jahat banget sih...ihhh “ kata ku sambil mencubit lengan rendy

“ aw sakit nadia, udah udah udah....” ucap rendy

“ biarin sakit, biar tahu rasa “ aku makin mengencangkan cubitan ku dan rendy pun makin meringis kesakitan

“ cieee ada yang udah baikan nih “ kata nurul yan tiba-tiba telah berdiri disampingku

“ pakai cubit-cubitan segala lagi “ sambung riyani

Semua sahabat ku tertawa meledek ku, rendy pun ikut tersenyum.

“ apaan sih, emang siapa yang lagi marahan “ bantah ku

“ aduh nad, udah deh. Pipi mu udah merah tuh “ jawab tresya

Aku langsung memegang kedua pipiku

“ ditutupin lagi, berarti benar dong “ triyani jadi ikut-ikutan sekarang

“ apaan sih kalian, ada-ada aja deh.  Udah ah aku udah mau pulang “ aku pun segera beranjak pergi sedangkan mereka masih saja meledek ku

Tante maya sepertinya baru saja selesai merapikan semuanya saat aku tiba didalam, terbukti dapur terlihat sangat rapi. Makanan yang tadinya diatas meja pun kini telah tertutup dengan baik. Hanya tinggal beberapa bingkisan saja disana.

“ eh nadia “ kata tante maya sambil tersenyum “ mau ngambil sesuatu ? “ tanyanya

“ nggak tante, justru nadia mau pamitan pulang “ jelas ku

“ kok cepat banget, main-main dulu dong sama teman-teman “

“ pengennya sih gitu, tapi ini udah malam banget. takutnya papa khawatir dirumah “

“ oh gitu, ya udah deh nggak apa-apa. Terus pulangnya sama siapa? “

“ sendiri tante “

“ aduh nggak boleh, apalagi kamu jalan kaki. Tante panggilin rendy yaa biar kamu diantarin “

“ nggak usah tante, nadia bisa sendiri “

“ jangan nadia, kalau kamu kenapa-kenapa dijalan gimana ? bentar yaa “

Tante maya menujuh ke tepi kolam untuk memanggil rendy, aduh kenapa harus rendy? Lagi pula aku bisa sendiri juga. dari tepi kolam aku mendengar suara para sahabat ku yang mulai meledek lagi, huftt sudah kuduga...

“ nah kamu diantarin rendy yaa, dan ini buat kamu “ kata tante maya sambil memberikan bingkisan diatas meja tersebut “ hati-hati yaa “

“ makasih yaa tante, nadia pulang dulu yaa “ ucap ku sambil mencium tangan tante maya

***

Kami keluar dari rumah tresya dan berjalan bersama diarea perumahan tersebut, awalnya Rendy mau mengantar ku dengan motornya tapi katanya ada baiknya kita jalan saja. malam semakin larut yang ada hanyalah hening dan senyap, yaa...kami tak berbicara.

RendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang