"Dhirendra...."
Suara yang tak begitu keras namun terdengar jelas di telingaku. Sesuatu yang memanggil namaku. Saat aku membuka sedikit mataku terlihat langit-langit kamarku yang gelap. Aku terbangun di tengah malam.
Malam yang terasa lembab. Dengan udara panas yang agak membuat tubuhku gerah. Perlahan aku membuka selimutku yang tebal dan lembut. Aku tidak tahu apakah hawa panas ini karena aku yang sengaja menutup pintu kamarku setiap akan tidur. Mungkin juga karena kamarku yang belum menggunakan AC.
Aku mulai membuka kedua mataku yang masih terasa berat untuk terbuka lebar-lebar dan melihat ke arah pintu kamarku. Aku mencoba untuk membuka sedikit pintu kamarku dan membiarkan sedikit udara segar untuk masuk. Dan pada saat itu aku merasa tindihan.
Gludak Gluduk Gludak
Dari langit-langit kamarku terdengar suara gaduh yang memecah keheniningan malam yang mencekam dan agak mengagetkanku. Aku berpikir mungkin itu hanyalah suara tikus yang sedang dikejar-kejar kucing.
Krieet
Pintu kamarku yang tertutup rapat secara tiba-tiba terbuka dan udara yang terasa dingin berhembus dari pintu itu. Tubuhku tidak bisa kugerakan. Mulutku terasa susah untuk mengucapkan sepatah kata pun.
"Ibu...," ucapku dalam hati.
Entah siapa yang membukanya. Aku berharap itu adalah ibuku yang akan membangunkanku untuk shalat tahajud. Seperti biasanya.
Braak
Pandanganku terpaku melihat pintu yang kembali tertutup dengan sendirinya dan menyadarkanku kalau itu bukanlah ibuku. Melainkan sosok lain yang saat ini sedang menggangguku. Sosok yang mungkin sudah mengawasiku sejak lama.
Tubuhku yang kaku perlahan mulai bisa kugerakan. Jemari-jemariku mulai kembali kugerakan dengan mudah. Kakiku yang sebelumnya kaku mulai terasa gemetar ketakutan. Aku membuang pandanganku dari pintu itu. Secara tak sengaja pandanganku mengarah ke jandela kamar. Terlihat jelas jendela kamarku yang memperlihatkan halaman luar rumahku.
Halaman rumah yang terlihat seperti biasanya, hanya saja kali ini suasananya agak berbeda. Tidak seperti biasanya. Di luar terlihat lebih gelap dan lampu remang-remang yang tidak begitu menerangi halaman dengan terang dan jelas. Perhatianku tertuju pada sesuatu yang terlihat aneh.
Di sana terlihat sosok wanita yang berdiri di dekat tempat jemuran pakaian. Dia masih berdiri di sana dan terus memandangiku yang mulai ketakutan. Kulit wajah yang pucat, mata besar dan hitam yang menatapku dengan tatapan yang kosong tanpa arti.
Antara rasa takut dan rasa penasaran yang kini aku rasakan. Aku masih agak penasaran dengannya. Tapi di sisi lain aku terlalu takut untuk menatapnya lagi. Aku terus mencoba untuk tidak melihat dan memperhatikan lagi wanita yang menakutkan itu.
"Dhirendra...."
Terdengar lagi di telingaku suara yang terdengar samar. Aku mendengar seseorang memanggil namaku lagi dengan suara yang rendah dan halus sehingga hanya terdengar seperti hembusan angin menakutkan di tengah malam ini. Aku mulai memberanikan diri dan kembali menatap perempuan yang tadi berdiri di halaman. Jantungku berdetak sangat kencang hingga rasanya seperti akan melompat keluar dari dadaku. Perempuan itu masih berdiri di sana dan mulai melangkahkan kedua kakinya yang berwarna putih pucat itu mendekat kearahku.
Tap Tap Tap
Perempuan itu mendekat sangat dekat denganku hingga aku mampu melihat dengan jelas wajah yang menyeramkan itu. Wajah sesosok hantu yang seram. Wajah yang terlalu menakutkan untuk menggambarkan kemarahannya dan wajah yang terlalu muram untuk menggambarkan kesedihanya.
"A... a... a...," ucapku terbata-bata.
"HAHAHAHAHAHAHA." Membuka lebar mulutnya yang didalamnya terdapat banyak sekali bola mata yang sudah dikerubungi belatung dan dikelilingi gigi merah darah itu.
Melihat dan mendengar tawanya yang menakutkan aku merasa sangat takut. Mulutku terlalu takut untuk berteriak sangat kencang. Aku langsung menutup wajahku dengan bantal dan segera kembali tidur.
Aku berharap dia tidak akan masuk kedalam kamarku atau bersembunyi di bawah tempat tidurku. Tiba-tiba ujung kakiku terasa sangat dingin. Kali ini terasa seperti telapak tangan yang dingin dan agak kaku perlahan-lahan meraba dari ujung jempol kaki kiriku.
Aku langsung menarik selimut yang tadi untuk menutup tubuhku. Terutama kedua kakiku yang kini masih bergetar ketakutan. Aku tetap bersembunyi di dalam selimut walaupun tubuhku basah karena keringat yang mengucur deras hingga aku benar-benar tertidur.
Tit Tit Tit
Suara alarm membangunkanku dari tidurku yang sangat tidak nyenyak. Aku masih teringat kejadian semalam. Peristiwa menakutkan yang mungkin juga pernah dirasakan oleh sebagian orang. Aku harap itu hanyalah mimpi buruk yang akan berlalu dan terlupakan dengan sendirinya.
Akhir-akhir ini banyak hal buruk yang terjadi padaku. Aku harap itu tidak pernah terjadi apalagi saat aku di sekolah. Mengingat sebentar lagi ujian akhir semester 1 akan dimulai. Aku tidak mau ada apapun yang mengganggu belajarku.
Krieet
"Wah, tumben sudah bangun padahal hari minggu. Cepat segera mandi terus sarapan," kata Ibuku yang selalu rutin mengecek apakah aku sudah bangun atau belum.
"Tidak kok. Cuma gara-gara tadi malam mimpi aneh Bu," sahutku.
"Tadi malam kamu buru-buru ke toilet ya? Sampai banting pintu malam-malam. Bapak sampai bangun." Beranjak keluar kamarku.
Aku tidak tahu kalau Bapak dan Ibu mendengar suara pintu kamarku yang terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Aku kembali menatap jendela kamarku yang masih terbayang jelas di kepalaku sosok wanita mengerikan itu. Peristiwa yang menakutkan tadi malam ternyata memang terjadi padaku dan bukanlah mimpi biasa yang tidak ada artinya.
Hai gue Handoko Kusuma.
Kali ini gue bikin cerita baru nih. Semoga kalian suka sama ceritanya.@HandokoKusuma
KAMU SEDANG MEMBACA
DUTA IBLIS
Horror"Aku melihat semuanya." Ternyata kelebihanku adalah kutukan yang harus kuhilangkan. Usiaku yang kini menginjak 17 tahun. Usia yang sebagian orang menjadikannya patokan untuk menjadi dewasa. Tapi di usia inilah sesuatu bangkit dalam diriku. Sesuatu y...