"SEKARANG KALIAN BERTIGA HORMAT PADA TIANG BENDERA! JANGAN PERGI SEBELUM BEL ISTIRAHAT BERBUNYI!!!"
Buk Ranti menarik napasnya. Tenggorokannya sakit karena harus berteriak-teriak dengan tenaga full. Mana teriaknya harus di bawah terik matahari lagi. Ngak etis emang.
"Gilaa! Bisa budek gue lama-lama!" Gerutu Devan kesal.
"Ya Allah! Selamatkanlah kuping hambamu ini!" Doa Dika sambil mengangkat kedua tangan, lalu mengusapkannya ke muka sambil berkata "amin".
"Buset dah! Kita cuman telat 30 menit, udah kena hukuman aja!" ujar Vano.
"Cuman ya! CUMAN?!" Sepertinya buk Ranti harus kembali mengeluarkan tenaga full miliknya, "kamu pikir angka tiga puluh menit itu seperti apa?" Tanya buk Ranti sambil menjewer telingan Vano.
"Aduh-aduh! Buk, kuping saya jangan ditarik. Nantik bisa copot gimana?" Tanya Vano kesakitan.
"Copot tinggal dipasang. Kok susah!" jelas ibu Ranti yang nyatanya merupakan guru BK yang kece di sma nusa indonesia.
"Ibu tau ngak, kalau kuping saya ini edisi terbatas! Jadi susah nyarinya, buk!" ujar Vano sambil memegang kupingnya yang masih ditarik oleh buk Ranti.
"Papa kamu kan kaya. Minta dia cariin kuping kayak gini lagi. Kan gampang!" Seloroh Buk Ranti santai. Wanita itu mengeluarkan ponsel dengan merk vivo dari saku seragam dinasnya.
Tiga cowok ganteng itu langsung saling pandang dengan was-was. Buk Ranti dan ponsel vivo-nya adalah perpaduan yang mengerikan.
Buk Ranti mengarahkan kamera ponsel ke arah tiga siswa langganannya ini. Jari-jemarinya masih bertengger manis di kuping Vano.
Buk Ranti semringah. Senyuman yang menurut mereka bertiga adalah pertanda malapetaka. Serius! Mereka sedang berada di ambang kehancuran.
"Ibu mau ngapain?" Tanpa perlu bertanya, Devan sudah tau tujuan guru kece ini. Namun, ia ingin lebih memastikan.
Buk Ranti semakin semringah. Tenaganya seolah kembali ter-cas dan terisi penuh. "Mau potoin kalian!"
Nah kan!
Mereka saling melirik gelisah. Memikirkan cara bagaimana bisa kabur seb—
Cekrek.
Seketika mata mereka melotot. Alamak!
Buk Ranti tersenyum puas. Tangannya melepaskan kuping Vano yang sudah merah. Ia sekarang sibuk bergulat dengan layar ponsel yang menampilkan poto tiga wajah yang terlihat begitu pias.
Vano mengusap-usap kupingnya. Dia sungguh tidak beruntung hari ini.
"Aduhh, bagus deh potonya!" Buk Ranti menatap tiga cowok di depannya. Tatapannya kembali menajam penuh antisipasi. "Sekarang hormat! Jalani hukuman dengan tenang dan jangan kabur. Kalau kabur awas kalian!" Ancam buk Ranti.
"Mana ada buk, orang yang jalanin hukuman dengan tenang!" celetuk Devan.
"Yang ada joget-joget kali, ya?!!" sambung Dika sambil mempraktikkannya seperti cacing kepanasan.
Buk Ranti melotot ke arah Dika. Seketika Dika langsung menghentikan jogetan abal-abalannya. Tajam sekali tatapan guru kita ini!
"Ibuuu!" Vano menampilkan wajah memelasnya dan merengek ke guru bk kece itu.
"Potonya hapus ya buk?! Pleaseeeeee!!" Rengek Vano lagi.
Dika dan Devan seketika ikut memasang wajah memelas sambil menangkupkan tangan.
Buk Ranti menggeleng. Ia kembali menatap layar ponsel dan tersenyum. "Ngak bisa dong! Ibu mau posting ini di akun gosip sekolah kita!"
Wajah mereka bertiga semakin lesu. Sangat lesu seperti orang yang habis dicopet uang milyaran rupiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANO
Fiksi Remaja~Trio somplak vs Trio gila~ 🍑 "Songong banget tuh cewek!" -Vano "Benci banget gue liat dia!" -Reva 🍑 Vano and the geng tidak akan lupa bagaimana songongnya para trio gila saat perburuan bakso di kantin. Reva and the geng juga tidak akan lupa rasa...