"Heran gue. bisa banyak banget yang suka sama dia"
Aletta rider.
Gadis bertubuh ramping itu mengarahkan atensi pada siswi siswi di pojok kelas, lalu beralih lagi ke bangku paling depan hingga paling belakang. Tatapan nya hampir berkeliling, menjelajah setiap inci kelas yang bahkan baru satu Minggu ia tempati. Semuanya hampir membicarakan satu orang sebagai objek nya di jam pelajaran yang kebetulan kosong ini. Semua anak laki laki sedang bermain basket di lapangan, hingga yang tersisa di kelas ini hanya anak perempuan saja.
Berusaha mengabaikan, ia merasakan sesak yang mencekat kerongkongannya membuat aletta begitu kesulitan hanya untuk sekedar menghirup oksigen.
"Tau. cantik nggak albino iya!"
"Bikin gue mual aja liat nya!"
"Lagian nih ya dia itu kecentilan banget nggak sih?"
"Iya. cabe emang!"
"Sampe hampir semua cowok sekelas kita aja naksir tuh sama si albino"
"Bikin eneg tau gak!"
"Jijik. Najisin!"
"Yaudah lah. Mungkin cowok cowok lebih suka cewek yang putih makanya kalian sebelum ke sekolah pake terigu dulu biar bisa kayak si albino ditaksir banyak cowok hahahaha"
Semua siswi di kelas X IPA 1 itu tertawa kecuali gadis yang memakai jaket berwarna tosca. Tangannya bergetar, mulut nya mengatup berusaha menahan Isak.
Apa yang salah dengan dirinya? Bukan mau nya juga seperti ini. Tapi, kenapa orang orang itu terus saja memojokkan aletta?
Aletta berdiri. Kelas mendadak jadi hening.
Sempat mengelilingkan pandangannya gadis itu akhirnya berlari keluar terdesak buliran bening yang mulai luruh dari pelupuk matanya.
Brukk. "Aww" rintihan selembut kapas keluar dari mulut nya.
Air mata yang sempat ia tahan akhirnya bercucuran keluar tak terkendali menyusuri kulit nya yang sehalus kulit bayi.
"Siapa yang salah?"
perlahan ia mengangkat kepalanya, menatap si sumber suara dari orang yang barusan di tabrak oleh nya.
"Ma- ma- ma" aletta kembali diam bahkan untuk mengeluarkan suara saja rasanya sulit
"Ta!"
Aletta tetap diam tak bergeming. Tubuh nya bergetar, pandangannya tertunduk begitu dalam. Tangannya pasrah saat misha- satu satunya sahabat yang ia punya, berjongkok lalu menggenggam erat tangannya.
"Ta, lo kenapa? Apa ada orang yang nyakitin lo lagi? Ta! Gue udah bilang kan jangan dengerin mereka. Mereka terlalu sirik sama lo yang dianugerahi wajah cantik sama tuhan"
Aletta menggeleng, balas menatap si pemilik netra hitam mengkilap di depannya.
"Mereka nggak salah! Aletta emang aneh"
Aletta mengalihkan atensi pada sosok cowok yang masih berdiri menghunus nya dengan tatapan yang sulit untuk aletta artikan. Apa mungkin dia marah sama aletta?
"Maaf tadi aletta nggak liat liat jalannya"
Misha mengikuti pandangan aletta. Percuma saja, aletta minta maaf cowok itu tidak akan mungkin menanggapi nya.
"Udah ta gak papa gak perlu di pikirin" Misha yang malah menjawab perkataan aletta.
Setidak nya aletta masih bersyukur karena ada Misha yang selalu tulus kepadanya. Dengan sorot cemas Misha membersihkan sisa sisa air mata di wajah aletta lalu setelahnya membantu aletta untuk berdiri dan memapahnya berjalan menuju UKS untuk mengobati luka di lutut gadis itu.
"Tunggu!"
Aletta menoleh begitu juga dengan Misha. Misha mengusap ngusap dadanya berusaha menetralisir jantung nya yang menggila melihat pahatan tuhan yang nyaris sempurna. Tidak, Misha. dia itu es batu.
"A-ada apa kak?" Misha bertanya. Seberusaha mungkin mengendalikan detak jantung nya.
Tatapan cowok itu terfokus pada aletta yang lagi lagi -menundukan kepalanya seakan tak berani menatap ke arahnya.
"Lo bodoh kalau terlalu ngedengerin apa kata orang"
Aletta mengangkat kepalanya, menatap siluet pria bertubuh tegap di depannya. Mata mereka berdua saling menumbuk. Saling mengunci di lensa satu sama lain seolah enggan untuk mengalihkan pandangan.
Sesaat hanya hening yang merajai sampai akhirnya cowok itu kembali bersuara.
"Diri lo berharga, lebih dari apapun. Lagian kita hidup di semesta ini bukan untuk merenungkan luka, jadi sesekali jangan lupa bahagiain diri lo sendiri"
Dia melenggang pergi.
Misha melongo, menatap si pria yang berjalan memebelakanginya dengan tatapan cengo. rasanya baru sekarang ia mendengar tuan es batu berbicara sepanjang itu.
Disampingnya, aletta tersenyum tipis.
---Hadeuh Hay Hay, di awal gak mau banyak ngomong intinya aku ini penulis baru so mon maaf masih amatiran. Intinya, kalau kalian suka cerita aku follow akun aku supaya cerita ini bisa terus berlanjut jangan lupa vote and komen juga.
Luplup
~friska<3
KAMU SEDANG MEMBACA
About Aletta
Teen Fiction"Kita punya keinginan, dan takdir punya kenyataan. Tapi, apa yang di maksud takdir dengan membuat ku mencintai dua orang sekaligus dalam waktu yang sama?" ~Gavin Aldebran "Tidak ada satupun orang yang sanggup dengan kehilangan. Jadi, lebih baik aku...