s a t u

47 6 8
                                    

Kadang hidup tak cukup baik untuk mengabulkan apa yang kita inginkan

---

Aletta menuruni mobilnya. Seperti biasa, kala ia menginjakkan kakinya di wilayah sekolah semua mata tertuju padanya.

Menundukkan kepala, aletta berjalan memasuki kelasnya.

"Eh gue denger denger, seminggu kebelakang ada orang so cantik yang nabrak mos wanted sekolah ini lho guys"

"Terus nih ya gue denger denger lagi selama seminggu ini dia berusaha nyariin si moswanted. Gatau malu banget emang"

Aletta menghela nafas, lebih mengabaikan bisikan bisikan yang biasa ia dengar hampir setiap hari. Gadis itu tersenyum, menatap Misha sebelum akhirnya ikut duduk di sebelah sahabatnya.

"Ta! Gue harus ngasih pelajaran deh ke mereka" Misha hampir berdiri, namun lengan mungil milik aletta menahannya.

Tersenyum tipis, gadis berlensa biru ini menggeleng -mengisyaratkan Misha untuk duduk kembali.

"Kenapa sih lo sekuat ini ta?" Misha menghela nafas, aletta memang selalu seperti itu tersenyum saat semua orang selalu mengolok ngolok nya.

Padahal, menurut Misha tak ada yang salah dengan aletta. Apa hanya karna warna kulit aletta yang putih tak selayaknya kulit orang Asia ia pantas mendapat perilaku seperti itu?

Tiba tiba pintu kelas terbuka, menampilkan sesosok cowok dengan kedua lesung pipitnya sedang tersenyum manis -berjalan mendekat ke arah meja milik aletta.

"Hay" pria itu menyapa.

Aletta tersenyum tipis, hafal dengan maksud pria yang kini sudah menunduk tepat di hadapannya.

"Lo aletta kan?"

Aletta mengangguk, "iya"

"Mmm di hadapan semua orang di kelas ini gue mau ngungkapin sesuatu sama lo. Dengerin baik baik ya aletta"

Karlin-salah satu penghuni di kelas itu mendelik tajam tanda tak suka dengan apa yang dilakukan si cowok kepada aletta. Setaunya cowok itu bernama ratras satu dari tiga orang yang banyak di kagumi di sekolah ini.

"Sebelum nya kenalin dulu gue ratras pamungkas. Aletta, gue tau mungkin orang kayak gue udah lancang nyatain ini sama perempuan secantik lo. Tapi gue bener bener cinta sama lo aletta, bukan hanya karna lo cantik tapi lo juga baik. So Will you my girlfriend?" Ratras menatap aletta penuh harap, tangannya terulur menyodorkan sebuket bunga yang begitu indah.

Aletta menatap ratras gugup, entah apa yang akan ia dapat setelah ini. Bullyan? Pukulan? Atau mungkin anak anak di kelas ini akan mengurung aletta di toilet seperti yang sudah sudah? Aletta tak mengerti kenapa mereka begitu membenci nya padahal aletta mengenal mereka belum genap satu tahun.

"Aletta"

Panggilan ratras menarik aletta kembali kedunia nyata, mengerjapkan mata aletta menatap ratras dan buket bunga yang masih cowok itu sodorkan secara bergantian.

"Jadi, gimana? Will you my girlfriend?"

"Ma-maaf k-kak A-aletta g-gak bi-bisa" aletta menjawab gugup, meski ia sudah terbiasa dengan orang orang yang selalu menyatakan cinta nya tetap saja perasaan tidak enak selalu menyergapnya kala ia ingin menolak mereka.

About AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang