Prolog

31 5 1
                                    

Ketika kepercayaan telah diberikan, di saat itulah manusia akan menjaganya, namun di sinilah, dimana sebuah kepercayaan justru menjadi sebuah mainan.

Kau tak ingin mendengar sebuah harapan terlontar untukmu, namun, inilah kenyataannya, dimana diriku yang berharap padamu, namun kau hanya ingin bermain sebentar sekedar untuk berbagi rasa saja.

Sakit? Kecewa? Marah? Itu suatu kata konyol jika menjadi sebuah pertanyaan. Bayangkan saja, di saat raga ini ingin pergi menjauh, namun kau berani mencegah dengan segala omong kosong yang bahkan dengan bodohnya aku menurut begitu saja, padahal di satu sisi kau pun pernah pergi secara sepihak setelah beberapa kali bujukan terlontar untuk membuatmu tetap tinggal.

Katakan jika kau bosan dan hanya ingin bermain, jangan menggunakan kalimat lain untuk mengusir, di sini bukan hanya otak yang bekerja untuk mencerna, namun juga hati yang merasakan bagaimana sakitnya mendapat perlakuan seperti ini.

Kau boleh mengatakan ini berlebihan, tak apa, tapi ke sinilah, mendekatlah padaku, akan aku ceritakan bagaimana menjadi aku, dan akan aku jelaskan mengapa aku menjadi seperti sekarang.

Meskipun pada akhirnya aku tak peduli jika kau mengabaikan semuanya, karena aku hanya ingin menceritakan sebuah rasa sakit yang berulang kali terjadi dengan beberapa kenangan yang terselip indah dan rapih di dalamnya.

Bukan masalah bagiku jika kau ingin menghapus semua memori selama kau dan aku bersama. Namun, jangan larang aku jika aku ingin menyimpannya.

Setidaknya itulah satu-satunya cara kau menghargai perasaanku yang selalu kau sia-siakan.

Untukmu yang sekarang tak lagi kumiliki, selamat tinggal. Terimakasih dan maaf untuk semuanya. Anggap saja aku seorang penjahat di sini. Tapi memang itu yang harus kulakukan, karena aku tau, kau terlalu nyaman untuk bermain, namun kau tak pernah berani untuk mengakhiri permainan itu.

Jika memang bukan sekarang saatnya untuk saling memiliki. Masih ada masa depan yang menanti. Rencana Tuhan lebih terencana dengan rapih dan baik. Tak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti bagaimana rencana Tuhan.

Jadi, biarkan semuanya berlalu bagaikan angin, karena kehidupan diibaratkan seperti sebuah roda, tak selamanya menetap di atas, dan tak selamanya pula menetap di bawah...

1. Temporary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang