Part 1

6K 445 126
                                    

"Zidan" sosok anak yang sangat ceria dan memiliki banyak sekali teman, bahkan iya termasuk salah satu siswa populer di sekolah yang banyak di gemari oleh para siswi karena ketampanannya.

Tapi semua itu berubah sejak tragedi perselingkuhan ayahnya, yang menyebabkan perceraian diantara kedua orang tuanya. Kini ia menjadi anak yang lebih pendiam, bahkan ia hampir tidak mau pergi ke sekolah untuk bertemu dan berkumpul dengan teman-temannya.

Sampai pada akhirnya Zidan yang tinggal bersama ibunya memutuskan untuk meninggalkan kota kelahirannya (Palembang), dan pindah ke Jakarta bersama ibunya, guna menghindari trauma ibunya atas perselingkuhan yang di lakukan ayahnya.

"Nak, mama sudah bereskan semua pakaianmu. Jangan lupa kemasi buku-buku yang akan kamu bawa ya," sambil menepuk pelan punggung zidan dan mengalihkan lamunan anaknya itu.

"Hah, oh iya ma. Zidan udah hampir kelar kok ini.
Tersentak kaget, sambil kembali membereskan buku-bukunya.

"Kamu sudah cek profil sekolah barumu di jakarta? mama pilih sekolah itu karena itu lumayan dekat dari rumah kita disana nanti, ekskul basket nya juga lumayan populer lohh di jakarta."ujar ibunya.

"Zidan mah dimana aja betah asalkan sama mama."rayu Zidan sambil tersenyum ke arah ibunya.

"Haha kamu nihhh Zidan, bisa aja" sambut ibunya sambil tersenyum.

Sedari kecil Zidan memang sangat dekat dengan ibunya di banding ayahnya, itulah mengapa Zidan sangat manja dan lebih terbuka dengan ibunya, terlebih lagi karena perselingkuhan yang terjadi, membuat Zidan sangat benci kepada ayahnya.

Kebanyakan anak dari keluarga broken home pasti merasakan, betapa itu sangat menggoyahkan mental seorang anak. Bahkan beberapa anak malah memilih kabur dari rumah dan merusak dirinya sendiri.

Tapi tidak dengan Zidan. Dalam posisi terpuruk seperti sekarang ini, ia bahkan tidak mengedepankan ego nya. Karena rasa sayangnya terhadap ibunya, Zidan yang sebenarnya sangat terpukul karena perpisahan kedua orang tuanya, mencoba untuk tetap tegar dan terlihat baik-baik saja di depan ibunya.

"Yaudah selesain dulu packingnya, ntar kalo udah Zidan langsung bobo yahh, soalnya besok kita flight nya jam 7 pagi, jadi kita ke bandara harus pagi banget nih." Ujar ibu sambil berjalan ke arah kamarnya.

"Siap laksanakan! Hehe, goodnite ma."

"Ohh iya, mama lupa bilang ke kamu, ntar kita di jakarta bakal tetanggaan loh sama tante ririn. Kamu masih inget tante ririn kan? Yang dulu sebelum dia pindah ke jakarta kamu sering main bareng anaknya itu loh!! Siapa ya namanya? Sirr. Tirr..."

"Dira maa," sahut Zidan.

"Nah iya, mama sampe lupa. Kamu masih kabar-kabaran ngga sama dia? Sekarang cantik banget loh anaknya, denger-denger sih udah punya pacar. Kamu kapan kenalin pacar kamu ke mama, katanya banyak yang naksir, tapi ko jomblo mulu." Ujar ibunya dengan sindiran halus.

"Yee, gini-gini Zidan jomblo bukan gara-gara gaada yang naksir. Saking banyaknya Zidan nyampe pusing mau pilih yang mana, hehe." Jawab Zidan.

"Ohhh gituu, tapi inget pesen mama, Zidan ga boleh nyakitin hati perempuan! Kalo Zidan nyakitin dia sama aja Zidan nyakitin mama juga. Mama percaya Zidan bakal jaga kepercayaan mama."

"Nahhh, makannya itu Zidan pilih-pilih kalo mau pacaran ma. Ntar kalo Zidan asal suka, terus tiba-tiba Zidan bosen, Zidan tinggalin kan kasian ntar dia sedih lagi."

"Yaudah kalau gitu fokus belajar aja dulu, tapi kalo tiba-tiba dapet pacar jangan lupa kasih tau mama ya, awas aja kalo ngga."

"Siap Ibu Negara! Yaudah mama bobo gihh, ini bentar lagi kerjaan Zidan kelar, abis itu langsung bobo juga." sahut Zidan.

Keesokan harinya...

Tok.. Tokk..
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Zidan.

"Zidan, bangun nakk. Udah jam 5 subuh, yuk subuhan dulu." Panggil ibu dari luar kamar.

"Huahhh (menguap sambil membuka mata), iya ma". Sahut Zidan sambil bangun dan berjalan menuju pintu kamar nya.

Ceklek.. (suara pintu kamar yang di buka).

"Zidan mandi dulu ma, abis itu langsung sholat." Ujar Zidan dengan wajahnya yang masih sayu.

Setelah sholat subuh, mereka langsung bersiap untuk pergi ke bandara, karena takut missflight.

"Pak tedi udah masukkin semua koper ke mobil?" Tanya ibu ke pak supir.

"Udah nyonya," jawab pak tedi.

"Zidannn, buruan mama tunggu di mobil." Teriak ibu kepada Zidan yang masih berada di kamarnya.

"Iyaa ma, Zidan kesana sekarang." Teriak Zidan sambil bergegas keluar rumah dan mengunci pintu.

Sesampainya di bandara, mereka langsung cek-in dan langsung keruang tunggu.
Belum lama di ruang tunggu, terdengar pengumuman bahwa penumpang pesawat ( yang mereka tumpangi ) sudah bisa boarding.

Setelah boarding mereka langsung masuk ke pesawat, dan setelah beberapa menit langsung flight ke Jakarta.
Karena dari Palembang ke Jakarta tidak memakan waktu yang cukup lama, Zidan gunakan waktu di pesawat untuk membaca buku yang sengaja ia sisihkan ke tas ranselnya untuk di baca di pesawat. Sedangkan ibunya melanjutkan tidur di pesawat karena kelelahan setelah packing semalam dan terburu-buru pergi ke bandara di pagi hari.

"Penumpang yang terhormat....."
Pemberitahuan bahwa dalam beberapa menit mereka akan sampai di bandara Soekarno Hatta.

Setelah mereka sampai di Jakarta, mereka langsung melanjutkan perjalanan dari bandara ke komplek yang akan mereka tinggali.

Sesampainya di rumah, Zidan membawa barangnya ke lantai 2 menuju kamarnya.

Ceklekk.... (suara pintu balkon yang di buka oleh Zidan).

Menengok ke arah kiri, terlihat pemandangan perumahan komplek yang berjajar rapi di samping dan depan rumahnya.
Saat akan membalikkan badan kembali ke arah kamar, tiba-tiba tercurilah pandangan ke sisi kanan balkon rumahnya.
Yaa, masih karena pemandangan. Tapi bukan pemandangan rumah, melainkan pemandangan seorang wanita yang sedang asik bermain dengan kucing anggora yang amat sangat lucu dengan pita warna pink di lehernya.
Seketika pandangan Zidan seolah terhipnotis.
Bukan pada kucing nya, tapi pada senyuman seorang gadis dengan rambut panjang terikat dengan pita pink yang menyekat rambut dekat telinganya. Tak berlangsung lama, hingga wanita itu menoleh dan...

To be continue.....

About My FightWhere stories live. Discover now