Two

828 163 45
                                    

Kalian pasti mengerti bagaimana menghargai seorang penulis 😊

Happy reading~

♡♡♡♡♡

"Rose? Katanya kamu ada ulangan 'kan makanya minta bunda bangunin pagi-pagi? Ayo bangun, hei!" panggil bunda gue dan gue langsung terkejut saat mendengar kata ulangan.

Gue memang sengaja minta di bangunin pagi-pagi supaya sampai sekolah bisa belajar lagi sebelum jam pertama di mulai karena gue belum selesai baca materi gegara kakel tadi malam anjir, malah bapernya sampai kebawa mimpi lagi.

Sontak gue buru-buru mandi dan bergegas pergi sekolah setelah siap membenahi diri.

"Gak sarapan dulu, Rose?" tanya ayah gue yang menahan langkah gue yang sedang mengikat tali sepatu. "Gak usah ayah, nanti aja di sekolah aku buru-buru soalnya, mau jemput Jiho sekalian. Biasanya 'kan dia lama banget tuh dandannya astaga," gerutu gue pelan. Ya, Jiho tuh kalau tanpa make up no life.

Sesampainya di depan rumah keluarga Kim, gue langsung nyelonong masuk karena udah terbiasa main ke sini. Rumah Jiho tuh bagaikan rumah kedua gue tahu gak? Ya, saking dekatnya kami jadinya udah kayak saudara bahkan keluarga sendiri. Bahkan orang tua Jiho sering banget ngegodain gue sama bang Mingyu supaya jadian. Mereka pengen gue jadi mantu mereka.

Gila aja, sih. Tapi kalau emang jodoh gak mungkin gue tolak lah kalau bentukannya kayak bang Kiming.

"Jiho, buruan woy!" teriak gue dari lantai bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jiho, buruan woy!" teriak gue dari lantai bawah.

"Iya, bentar lagi nih!" teriak Jiho dari dalam kamarnya.

"Rose, kamu udah sarapan?" tanya ibu Jiho.

"Belum sih, bun," balas gue cengengesan.

"Ya udah, minta Mingyu buatin roti bakar juga buat kamu gih," balas ibu Jiho. Gue pun sontak pergi ke dapur, gue lihat bang Mingyu masak dengan telaten. Memang udah kelihatan bibit chef-nya sejak kecil, itu impiannya.

Bang Kiming nih memang husband material, semua urusan rumah tangga dia jago terus orangnya bersih banget sih, jadi gak heran lagi kalau jago obrak-abrik hati gadis perawan haha.

Gue menahan tawa melihat bang Mingyu terkejut saat gue melingkarkan kedua lengan gue di pinggangnya, "Bang boleh dong masakin satu, aroma rotinya sampai ke lambung gue nih," cengir gue.

"Iya, ini udah gue masakin anjir ngapain sih peluk-peluk?" ketus bang Mingyu. Gue mencubit pelan pinggangnya, "Kenapa bang? Jantungnya berdebar-debar, ya?" goda gue yang sontak ketawa ngakak saat mendapatkan jitakan pelan dari bang Mingyu. "Berdebar karena lo? Impossible. Asal lo tahu, cewek yang ngejar gue banyak dan lebih cantik dari lo."

"Iya, tapi yang ada di hati bang Kiming pasti cuma gue, kan?" sela gue sambil menjulurkan lidah.

"Kok tahu?" balasnya terkekeh pelan, manis banget gila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHATTING : SALAH KIRIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang