ACT 1

69 2 0
                                    

ADA seorang laki-laki yang selalu duduk di meja nomor delapan dekat jendela besar yang menampakkan pemandangan pedestrian yang ramai orang berlalu-lalang. Lelaki itu akan datang sekitar pukul lima sampai enam sore, memesan secangkir americano panas dan sepiring roti lapis tuna, lalu duduk di meja nomor delapan menikmati pesanannya dan pemandangan jalan selepas jam kerja. Lelaki itu akan bertahan di sana hingga kedai kopi bernama Komet Halley itu tutup.

"Apa ada yang bertanya kenapa dia selalu duduk di sana, datang di waktu yang sama, dan melakukan hal yang sama setiap harinya?"

Zara menggeleng mendengar pertanyaan rekan kerja magangnya.

"Kita semua terlalu sibuk sama diri sendiri sampai tidak begitu tertarik dengan kisah orang lain," jawabannya.

Rekan kerja Zara, Rana namanya, manggut-manggut mendengar penjelasan Zara yang meski terdengar dingin, tapi mengandung kebenaran yang tidak dapat dibantah. Tidak ada yang tahu nama lelaki itu--karena barista atau kasir Komet Halley tidak seperti barista atau kasir kedai kopi sebelah. Tidak ada yang tahu di mana lelaki itu bekerja, apa pekerjaannya, atau kenapa dia selalu ada di sana.

"Udah jangan dilihatin terus!" tegur Zara sambil menyangkutkan ransel ke pundaknya. Mata Rana langsung beralih ke arah Zara yang sudah bersiap untuk pulang karena shift-nya sudah habis, lalu melemparkan cengiran ke arah rekan kerjanya itu.

"Bye. Sampai besok!" ujar Zara, lalu bergegas keluar dari counter Komet Halley. Rana membalasnya dengan lambaian tangan, lalu kembali menekuni pekerjaannya.

Beautiful StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang