"As the world I'm heading towards and matching up to is getting bigger and bigger,
It makes me feel an emptiness somehow"
Musim semi sudah datang sejak seminggu yang lalu, namun aura dingin dalam diri seorang anak remaja berparas tampan yang kini tengah mengemas pakaiannya itu terasa semakin kuat. Belum genap satu tahun kedua tangan anak itu membongkar dan merapikan barang - barang di kamarnya, kini ia harus kembali mengemas semuanya ke dalam kotak dan koper yang akan dia bawa pindah ke negara lainnya lagi. Ini bukan pertama kalinya dia harus pindah dari tempat tinggalnya, tentu saja dia tidak perlu orang dewasa untuk membimbingnya berkemas. Lee Jeno bisa melakukannya sendiri sejak dia berusia 10 tahun.
Lee Jeno, anak berusia 17 tahun itu merasa dunia terlalu luas untuk dirinya. Setiap kali dia harus pindah, Jeno harus kembali menutup satu lembar cerita dalam hidupnya dan membuka lembaran baru yang lain. Jeno merasa seperti seorang penulis yang kehabisan ide, selalu mencoret dan menghentikan ceritanya sebelum dia menamatkan cerita itu dan itu sungguh menyebalkan. Remaja tampan itu benar - benar lelah jika harus beradaptasi pada lingkungan barunya lagi. Terlebih ada satu kejadian yang membuat Jeno merasa selalu gelisah dengan sebuah tempat baru. Dan kali ini Jeno benar - benar merasa jika dia sudah kehilangan satu hal penting yang bahkan belum pernah ia miliki sebelumnya.
Semua orang beranggapan jika Lee Jeno punya segalanya di dunia ini. Jeno punya seorang ibu yang cerdas dan bekerja sebagai seorang diplomat yang menjadi alasan Jeno mengapa dia harus tinggal nomaden. Jeno punya ayah yang terlahir kaya raya hingga ayahnya tidak perlu bekerja formal dan ikut kemanapun ibunya pindah tugas. Jeno juga punya seorang kakak yang sempurna, kakak yang sangat baik dan selalu mendukung Jeno. Anak itu bahkan tidak ingat apakah dia pernah bertengkar dengan sang kakak atau tidak. Jeno juga punya otak yang terlalu cerdas yang dia warisi dari ibunya, hanya saja, lagi - lagi karena dia harus sering berpidah sekolah, Jeno tidak sempat membuktikan dirinya sebagai siswa terbaik atau yang semacamnya. Selain itu, Jeno punya wajah yang terlalu tampan seperti ayahnya, namun sayang, wajah itu selalu diliputi oleh awan mendung hingga ketampanannya membeku seperti batu es.
Entah sejak kapan, ada satu hal yang Jeno inginkan namun tidak pernah bisa terwujud. Keinginan itu adalah menetap di suatu tempat bersama keluarganya. Ayah, Ibu, Lucas dan dirinya. Tidak masalah bagi Jeno jika mereka harus menetap di sebuah negara antah - berantah yang mengharuskan Jeno untuk belajar bahasa yang tidak bisa dia ucapkan, asal dia bisa tinggal menetap di suatu tempat bersama keluarganya Jeno akan sangat bahagia. Karena menurut Jeno, jika keluarga mereka menetap di suatu tempat, maka kesempatannya untuk memiliki teman akan lebih besar. Yah, meskipun keluarga Ayah Jeno sangat kaya raya, mereka tentu tidak bisa membelikan seorang teman untuk Jeno. Dan meskipun Lucas selalu bisa menjadi kakak sekaligus teman untuk Jeno, tapi tetap saja, seorang teman akan terasa berbeda. Jeno tidak pernah mengira jika seorang teman begitu susah untuk dimiliki. Ketika semua anak seusianya memiliki sebuah kehidupan menyenangkan yang dihabiskan dengan teman - teman mereka, Jeno hanya memiliki dirinya sendiri. Jeno selalu kehilangan temannya bahkan sebelum mereka benar - benar berteman.
"Kau sudah siap?"
Sehun masuk ke dalam kamar putera bungsunya yang kini tengah melipat sebuah hoodie berwarna putih. Sebenarnya sudah beberapa menit Sehun hanya mengamati putera bungsunya itu dari ambang pintu kamar bernuansa kecoklatan itu. Dengan jelas Sehun bisa melihat bagaimana Jeno dengan sangat tidak antusias mengemasi barang - barangnya. Dalam hati pria tampan berusia 42 tahun itu tentu merasa sangat bersalah pada putera bungsunya. Sehun tahu betul, pindah bukanlah hal yang mudah bagi Jeno. Apalagi anak itu mulai menyukai guru musiknya selama dia melakukan Homeschoolingnya di Beijing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece
FanfictionJeno adalah seorang remaja yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk tinggal berpindah - pindah ke berbagai negara. Itu semua karena pekerjaan Luhan (ibunya) sebagai seorang diplomat Republik Rakyat Cina. Awalnya Jeno tidak keberatan, ia malah...