"As if solving up the scattered pieces, We are matching up our stories"
Jeno baru saja selesai mencuci piring makan malamnya ketika Sehun pulang kerja. Lelaki tampan itu memang tahu jika anak bungsunya sudah terlatih untuk jadi mandiri, tetapi membiarkan Jeno sendirian di rumah ketika dia sibuk bekerja membuat Sehun merasa bersalah.
"Jeno-ah... Appa pulang,"
"mmm"
Jeno hanya menjawab sapaan sang ayah dengan gumaman kecil yang membuat Sehun semakin merasa bersalah pada si bungsu.
"Maaf, Appa ada meeting jadi harus tinggal di kantor lebih lama"
"I know"
Lagi - lagi Jeno hanya menjawab Ayahnya dengan jawaban singkat. Remaja tampan itu benar - benar bersikap seperti Sehun ketika Sehun seusia Jeno. Irit bicara, berwajah datar dan selalu ketus pada siapapun, itu adalah sosok Sehun sebelum dirinya bertemu dengan Luhan.
"Kamu... sudah mau tidur?" tanya Sehun kembali berbasa - basi pada putera bungsunya yang saat ini memang sudah mengenakan piamanya.
Jeno hanya mengangguk.
"Oh iya, seragam sekolahmu yang baru sudah ada di lemarimu. Seragam itu sudah dilaundry dan siap untuk digunakan, apa kamu sudah melihatnya?"
"Appa! Aku udah bilang kan, aku ga mau balik ke sekolah itu lagi!"
"Yee... Appa gak nyuruh kamu untuk pergi ke sekolah, Appa cuma pingin kamu tahu aja kalo seragam itu siap digunakan."
"Udah deh Appa, aku mau tidur"
"Kamu udah minum susu?"
"Udah"
"Selamat tidur anak Appa!"
"Eoh..."
Sehun menghela sebuah napas berat melihat betapa dingin sikap Jeno kepadanya. Sehun tidak marah ataupun tersinggung atas sikap Jeno. Sehun tahu betul jika Jeno punya alasan atas sikapnya, hanya saja menebak perasaan Jeno bukanlah keahlian Sehun, apalagi kalau sampai berhasil membuat Jeno terbuka padanya. Itu semua adalah hal yang hanya bisa dilakukan oleh Luhan, isterinya.
Memang benar, sikap Jeno yang sangat dingin membuat kedua orang tuanya harus galau memikirkan Jeno. Untung saja Sehun dan Luhan adalah orang tua yang mau berusaha untuk mengerti kebutuhan dan perasaan anak - anak mereka. Meskipun sedih dan kecewa karena Jeno menolak untuk masuk ke sekolah formal, mereka berdua tetap menjaga pikiran positif mereka dan berusaha mendukung Jeno dengan mencarikan program homeschooling yang baik untuk Jeno.
Sebenarnya ada alasan khusus yang membuat Sehun dan Luhan mengoleksi kesabaran yang ekstra untuk menghadapi Jeno. Selain karena Jeno pernah trauma atas kejadian pembully-an di Rusia, Jeno juga sebenarnya trauma karena dulu Sehun dan Luhan ketahuan sempat ingin bercerai. Kegelisahan yang Jeno alami saat ini memang dipengaruhi oleh masa pubernya, namun Sehun dan Luhan akan selalu mengesampingkan ego mereka demi kedua anak - anaknya.
Malam itu, setelah membersihkan dirinya dan mengunyah dua buah roti croissant, Sehun segera mengambil ponselnya untuk menelpon sang isteri.
"Selamat malam, sayang" sapa Luhan dengan suara merdunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece
FanfictionJeno adalah seorang remaja yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk tinggal berpindah - pindah ke berbagai negara. Itu semua karena pekerjaan Luhan (ibunya) sebagai seorang diplomat Republik Rakyat Cina. Awalnya Jeno tidak keberatan, ia malah...