Mencoba untuk lari

1.1K 200 47
                                    


Jonathan langsung terdiam ketika mendengar ucapan Jeffrey dan langsung dimanfaatkan Jeffrey untuk membawa Calista pergi dari tempat itu.

Jeffrey membawa Calista menuju mobilnya yang terparkir di bagian parkiran khusus dokter. Sesampainya di dalam mobil, sepuluh menit berlalu tanpa ada obrolan apa pun diantara keduanya.

"Maaf."

Jeffrey lebih dulu membuka percakapan diantara mereka karena merasa Calista masih kaget dengan ucapannya tadi.

"Saya gak tahu maksud dokter Jeffrey tadi itu apa." Ucap Calista dengan tertunduk.

Jeffrey menghela napasnya. "Saya cuma gak suka ngeliat dia seenaknya sama kamu apalagi kamu itu perempuan, dan dia kasar ke kamu."

"Tapi itu urusan saya, dokter Jeffrey gak usah ikut campur. Biar saya yang selesain semuanya sendiri."

Calista kemudian berdecak pelan dan memutar posisi duduknya sehingga bisa menghadap ke arah Jeffrey. "Dokter cuma kasian kan sama saya?"

Jeffrek sontak langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Saya cuma gak suka ngeliat dia kasar sama kamu."

"Berawal dari dokter gak suka ngeliat saya diperlakukan seperti itu sampai akhirnya dokter merasa kasihan sama saya. Apa saya selemah itu di mata dokter?"

Jeffrey meremas kemudinya dengan kuat ketika mendengar perkataan Calista yang dirasanya sama sekali tidak benar.

"Kita hentikan percakapan ini sekarang. Saya rasa kamu lelah, tolong sebutkan alamat kamu saya antar kamu pulang sekarang."


Setelah dua puluh menit perjalanan, Jeffrey memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah berukuran sedang.

"Ini rumah kamu?"

Calista mengangguk tanpa melihat ke arah Jeffrey. "Saya pamit dulu, terima kasih sudah mengantar saya sampai rumah. Selamat malam dokter."

Lagi-lagi Jeffrey merasa menyesal karena dengan seenaknya menarik tangan gadis itu dan mengatakan kalau dirinya adalah calon suami Calista.

Bikin masalah mulu Jeff idup lo, jangan sampe aja ketauan bunda lo bikin kesel anak gadis orang. Batin Jeffrey.

Calista memasuki rumahnya dengan perasaan takut-takut karena sudah dipastikan kalau Jonathan akan melaporkan semua kejadian tadi pada orang tuanya.

"Apa sih mas?" Tangannya tiba-tiba ditahan oleh seseorang yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.

"Ibu sama Bapak nunggu kamu daritadi. Handphone kamu kenapa mati?" Tanya Rangga.

Calista merogoh tasnya dan menunjukan handphone nya. "Lupa aku charge. Jonathan ada telepon Ibu sama Bapak?"

Rangga mengangguk. "Abis terima telepon dari Jo, Bapak kesel banget keliatannya sampe ngeremekin koran yang lagi dibaca."

"Udah aku tebak pasti bakalan gini."

Rangga menarik tangan kanan adiknya untuk ia genggam dan sekedar menenangkan perasaan adiknya. "Sebenernya ada apa? Mas percaya sama kamu."

"Engga kok mas cuma salah paham aja sama Jo."

Rangga melihat semua ekspresi lelah ketika Calista sedang berbicara dihadapannya sekarang. "Adek kalau udah gak kuat bilang ke mas ya, biar mas bantuin buat ngomong sama Ibu Bapak."

Calista tersenyum lirih. "Percuma mas, Ibu sama Bapak gak akan dengerin omongan mas. Aku cuma gak mau badan mas sakit-sakit lagi karena Bapak."

"Udah tugas mas untuk selalu ngelindungin kamu apapun caranya dan walaupun dari Ibu dan Bapak sekalipun."

PUZZLE PIECE - JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang