Chapter 1 : The odd box

28 0 0
                                    

Do you believe that pain changes people?

===============

Callaway, 21.24 pm.

The E.R. of Avanteea Hospital.

Aroma darah bercampur dengan cairan disinfektan yang begitu menyengat menusuk hidungku.

Denting jarum jam bersahutan dengan dering telepon lalu ditimpali dengan langkah-langkah kaki yang berlarian ke segala arah penjuru angin begitu memekakkan indra pendengaranku.

"Can you hear me?"

Suara-suara penuh kebisingan mulai membangkitkan kesadaranku perlahan.

"Turunkan sandarannya, bersiap untuk Cardiopulmonary Resucitation."

Dahiku terus berkerut merasa tidak nyaman menahan sakit dalam keadaan setengah terpejam. Seberkas cahaya tepat di atas tubuhku dan semakin menyilaukan mataku.

"Stay with us, miss."

Sebelum pupilku terus menutup, hal terakhir yang kulihat adalah jarum suntik, orang-orang berbaju putih serta air mata seorang anak laki-laki yang menatapku dengan wajah nanar. Sampai akhirnya semua kembali hitam.

***

6 months have passed.

Callaway, 17.18 pm.

Avanteea Hospital Lobby.

Hujan turun lagi membasahi kota Callaway, Florida seolah masih belum puas setelah mengguyur kota ini pagi tadi. Tapi tidak apa, aku menyukai hujan dan petrichor. Suara hujan serta bau tanah yang terkena hujan bisa mengisi kekosongan jiwaku.

Dari kejauhan aku melihat Cal dengan jas putih serta stetoskop yang dikalungkan di lehernya. Dia sangat mudah dikenali karena postur tubuhnya cukup proporsional, tegap, dan cukup ideal untuk ukuran seorang pria. Aku melambaikan tangan dengan wajah berseri selagi pria bermata hazel itu berjalan mendekat. Segera aku membenarkan posisi dudukku.

"Hey, apa saja yang sudah kau lakukan hari ini?" Lagi-lagi pertanyaan itu yang selalu ia tanyakan setiap melihat wajahku.

"Membantu Bob merapikan tanaman di halaman belakang, menonton pertandingan baseball dengan pasien lansia, dan...melukis."

Senyuman Cal semakin merekah. "Apa yang kau lukis hari ini?" Tanyanya antusias sembari menatap halaman tertutup dari buku sketsa yang berada di pangkuanku.

Aku menahan tanganku, tidak ingin memperlihatkan sketsaku kepadanya. Namun tangan Cal yang dua kali lebih besar dariku berhasil merebut buku itu begitu saja.

Kedua pupil matanya mengecil karena terlalu fokus mengamati sketsaku. Sketsa wajahnya.

"Who's this? Look familiar." Tuturnya sembari menopang dagu dengan kedua tangannya.

Bob berjalan berlalu di tengah-tengah kami. "It's absolutely you!" Sahut pria tua menyebalkan yang sekarang sedang cekikikan begitu melihat wajahku memerah. Dia pasti senang membuatku tertangkap sering memperhatikan Cal.

"Really? Apa aku terlihat setampan itu? Well, kata ibuku aku memang pria tampan." Ucapnya membanggakan diri sendiri sambil berseri-seri.

Aku memilih tidak berkomentar. Bahkan otakku mulai membeku saat ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AeolianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang