TIGA

7 2 0
                                    

Benci sama cinta itu ibarat kan sampul dan kertas buku. Perbedaan yang tipis.

°°°°
Ost, Menepi.

Mencintai dalam sepi..
Dan rasa sabar mana lagi.
Yang harus kupendam dalam, mengagumi dirimu..

°°°°

Devina tipe gadis yang selalu menutup rapat rahasia hatinya.

Tidak ada yang tau isi hatinya, kecuali dia dan Tuhan.

Terlalu takut mengungkapkan kepada orang lain, bukan karena malu saja. Melainkan, dia takut saat ia menceritakan kepada temannya.

Temannya malah membeberkan, ataupun sering sekali meledek habis-habisan. Hingga rahasia hatinya terbongkar, didengar oleh seseorang yang dia suka.

Dan, orang yang dia suka. Menjauhinya.
Menatap dirinya, bahwa perasaanya itu salah.

Devina tak mau itu terjadi, biarlah seperti ini. Menutup rapat semua rahasia hatinya, biarkan dia menyukai dalam diam. Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau, tanpa seseorang itu tau.

Bahwa ia sangat berharap padanya.

Pura-pura benci adalah salah satu jalan, agar semua orang mengira bahwa dia tidak memiliki salah satu tambatan hati.

Benci dan cinta itu beda tipis, jika diantara teman-temannya memanglah seseorang yang mudah membaca perasaan seseorang.

Devina yakin, dia pasti menebak perasaan Devina saat ini.

Namun, sepertinya keberuntungan selalu berpihak padanya. Tak ada yang curiga, jika dia memiliki orang yang disukai.

Biarlah, suka ini berjalan. Seiiring berjalannya waktu, suka Devina kepada seseorang tersebut akan  beralih kepada seseorang yang benar-benar membutuhkan dirinya seorang.

Devina tersadar dari lamunannya, sebentar lagi dia akan sampai ke kelas.

“Gilaa, Cik lo udah terima Nicholas?” suara itu dia mengenalinya, Galuh?

“Belum,” jawab Cika malas.

“Lo suka sama Nikol?” tanya Galuh kali ini, Devina sudah dekat dengan kedua orang tersebut.

Cika yang ingin menjawab pun urung, karena melihat keberadaan Devina.

“Hai, Dev! Udah pr?” tanya Cika, mengalihkan pembicaraannya bersama Galuh.

Galuh menghela napas pelan,

“Pr apa?” tanya Devina bingung, pasalnya dia tertidur semalaman tanpa membuka buku.

Saat menyusun buku pun itu pagi sebelum berangkat sekolah.

“Agama, lo belum?” jawab Cika lalu dia kembali bertanya kepada Devina.

Devina menepuk keningnya, dia benar-benar lupa.

“Astagah! Gue lupa!” ujar Devina lalu melepas sepatunya, berlari masuk ke dalam kelas.

“Sel!! Liat Pr Agama woi, gue lupa beneran.” ujar Devina sedikit menaikkan nada suaranya.

“Iya-iya sabar, gue cari bukunya dulu.” jawab Gisel kesal.

“Hehe, emang Gisel tuh yang terbaik. woi Dar, lo udah?” ia bertanya kepada Dara, dengan santainya Dara berjalan ke arahnya.

Lalu memberi cengiran, “Jelas belom, gue baru denger dari lo yang dateng ribut-ribut.” ujar Dara lalu dengan santainya dia duduk disamping Devina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just a TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang