! 1.1 ¡

25 1 0
                                    

Tay menghela nafas perlahan, ia merasa sangat bersalah kepada Hinnya. Beberapa hari terakhir ia selalu pulang malam, dan New (Hin), kekasihnya, selalu menunggunya pulang di ruang tengah, bahkan pernah sampai tertidur di atas meja yang penuh dengan tumpukan tugas kuliahnya.

Ini semua gara-gara masalah di kantornya. Off dan Singto terus berdebat, Fiat dan Arm terus memberikan dokumen dan laporan, juga Earth dan Joss yang terus bercanda. Membuat pekerjaan satu kantor tersendat.

Pukul 23.03, mobil hitam Tay terjebak di lampu merah tidak jauh dari apartemen miliknya. Sebelum bergegas pulang, ia sempat membeli kue blueberry favorit New, favorit Hinnya. Sebuah permintaan maaf darinya karena pulang terlalu malam hari ini.


"Hin, Hin sayang." Tay mengusap perlahan puncak kepala kekasihnya yang tertidur tenang.

Yang dipanggil pun membuka mata perlahan, "Ah, Te sudah pulang." Setelah kesadarannya kembali, New langsung memeluk Tay yang berjongkok di sampingnya. Tay membalas pelukan kesukaannya, mengecup singkat leher yang lebih muda.

"Tadi Te pesen apa di chat?" New menatap Tay tidak mengerti, namun ia teringat pesan dari Tay, "O-oh, sebenarnya tadi Hin belum ngantuk, lagi nonton tv, tapi tiba-tiba ketiduran, hehe."

Tay hanya tersenyum, mengusak surai yang lebih muda pelan, Hinnya tidak pandai berbohong. Dan ia sangat tahu bahwa New akan selalu menunggunya pulang, kecuali kalau ia sedang berada di luar kota atau luar negeri. "Te sudah makan?"

"Te belum makan, Hin mau masak apa?" Jawab Tay, kemudian teringat sesuatu, "Oh iya, tadi Te sempet beli kue blueberry favorit Hin." New langsung mengambil plastik putih yang diangkat Tay, melihat isinya dengan senang.

"Makasih banyak, Te. You're the best." New memberikan senyuman lebarnya, memperlihatkan gigi putihnya dan matanya yang melengkung indah. Jangan tanya apa kabar Tay di depannya, ia mematung beberapa detik.

Ya Tuhan, manis sekali.

"Makan dulu yuk, Te! Hin mau masak makanan favorit Te." New segera menarik Tay, mengajaknya menuju dapur apartemen mereka. Yang ditarik hanya mengikutinya sambil terkekeh pelan.

Tay memang tidak sempat makan apapun hari ini selain sarapan, itu juga karena New memaksanya untuk makan sebelum berangkat ke kantor. Dari kursi counter table, Tay memandangi punggung New yang cekatan menyiapkan makanan.

Perasaan bersalah itu kembali.

[ A R C H I V E: 🇹🇭 AUs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang