★彡Chapter. 4彡★

73 20 4
                                    

Sudah lima jam yang lalu pemilik kedai di pinggir jalan ini melihat pria baya itu masih betah duduk. Kedua tangannya menjulur memanjang di atas meja__kepalanya bersandar di atas meja di tengah tengah kedua tangannya. Meracau tidak jelas. Emosinya kerap kali membludak saat pemilik kedai menyuruhnya pergi karena kedai akan ditutup. Sempat berteriak marah. Nyaris melemparnya dengan botol bekas yang ia minum. Untung saja ada seorang pelanggan yang mampu menghentikan aksinya.

"Bagaimana ini?" si pemilik kedai kebingungan. Bagaimana cara ia mengusir pria itu. Susah sekali dibujuk untuk pergi dari sini. Ia tidak berani. Kalau memaksanya pergi seperti tadi pasti pria itu akan mengulangi untuk mencelakainya. Apalagi tenaga seorang pria lebih kuat dibanding wanita. Sudah pasti ia yang akan celaka.

"Kenapa orang itu tidak mau pergi juga. Masa harus nunggu sampai pagi sih!" gerutunya frustrasi.

"Dasar pembawa sial! Mati saja sana! Aku tidak membutuhkanmu! Sialan!"

Pemilik kedai itu melihat pria yang sedang meracau itu. Matanya memejam. Mulutnya selalu melontarkan kata kasar. Sumpah serapah pun sudah ia ucapkan berkali kali. Mencoba mendekati lagi. Wanita setengah baya itu berhati hati saat mendekatinya. Tangannya bahkan hampir menyentuh pundak pria itu. Namun diurungkan. Wanita itu terlalu takut kalau pria itu marah karena merasa terganggu.

"Aku pulang! Bosan disini." Wanita itu menghela napas lega saat pria itu akhirnya berinisiatif sendiri untuk pergi. Tanpa perlu mengusirnya. Pria baya itu bangkit dengan tubuh sempoyongan. Ternyata dia sudah mabuk berat. Tungkainya berjalan oleng. Matanya terus mengerjap. Bibirnya menggumam tidak jelas. Lalu tertawa sinting.

Dia tidak memperhatikan jalan sampai sebuah motor menyerempet tubuhnya hingga jatuh. Si pemilik motor berhenti dan menghampiri sang korban.

"Apa anda tidak apa apa?" tanya Jungkook mencoba membantunya berdiri.

"Kau ini bagaimana sih?! Nyetir motor saja tidak benar! Aish, sialan!"

"Iya, maafkan saya. Saya tidak fokus tadi. Jadi, tidak sengaja." Jungkook mengacak rambutnya.

Pria baya itu menatapnya dengan mata yang memejam dengan senyum sinting. Tubuhnya yang sempoyongan "Sana minggir! Sialan!" mendorong bahu Jungkook.

"Dia mabuk?" gumam Jungkook. Matanya masih memperhatikan pria yang terlihat mabuk itu berjalan sempoyongan.

"Tunggu!" tapi sayangnya tidak digubris oleh pria mabuk itu___malah terus berjalan. Jungkook menyusulnya.

"Ah, maaf. Sebagai permintaan maaf saya. Bagaimana kalau saya antar anda pulang? Lagipula...anda terlihat mabuk? Ini sudah malam. Nanti anda dicari sama keluarga. Kasihan yang di rumah pasti khawatir." Jungkook masih menatapnya___menunggu pria itu berbicara.

"Tidak butuh! Kau ini siapa, hah?! Pulang sana!" pria baya itu melangkah lagi. Jungkook juga tidak berusaha menahannya lagi. Lagipula tawaran Jungkook juga ditolak. Ia tidak bisa memaksanya. Jungkook hanya bisa berdoa semoga pria itu sampai di rumah dengan selamat. Lebih baik ia pulang saja ke apartemen. Jungkook juga merasa lelah dan ingin berbaring setelah habis dari rumah Jimin.

~~~

Matanya terus melirik ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 22.13. Sohyun cemas saat tidak mendapati ayahnya kembali ke rumah. Memang biasanya ayahnya pulang larut malam. Tapi Sohyun sudah bisa menebak kalau ayahnya pasti sedang mabuk mabukan. Bisa saja terjadi sesuatu pada ayahnya.

"Apa aku harus keluar mencarinya?"

Namun rungunya dapat mendengar suara pintu terbuka dari luar kamarnya. Itu pasti ayahnya yang baru pulang. Sohyun pun bergegas keluar dari kamar.

Kind annoying guy who is kindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang