2

103 18 1
                                    

Disappear

BTS Fanfiction. Boyslove. Hurt/Comfort

Sugarcypher • 2020

!!! Warning : Harsh words, explicit content, acts of violence.

This story is purely Fan Fiction. Not related to real events. All characters belongs to their own agency !!!

.

.

.

Jimin terbangun saat suara ribut-ribut dari dapur terdengar cukup keras hingga ke kamar tempatnya tertidur. Ia melirik jam dinding yang berada tak jauh darinya— pukul setengah lima pagi. Matahari belum tampak di ufuk pun langit gelap kelabu masih menyelimuti. Udara dingin bukan main. Jimin yang saat itu bertelanjang dada langsung meraih kaus miliknya untuk dikenakan. Suara di dapur masih terdengar saat dirinya beranjak turun dari ranjang dan mulai berjalan menuju arah asal suara.

Saat ia sampai di dapur, terlihat punggung seseorang dengan celemek sedang sibuk memasak sesuatu. Aroma yang tercium mengudara ke seluruh penjuru ruangan. Seketika Jimin tersenyum lantas berjalan mengendap-endap ke arahnya.

"Jangan mengagetkanku, Jimin."

Detik itu juga Jimin menghentikan langkahnya— antara terkejut dan kesal karena bagaimana bisa Yoongi mengetahui kehadirannya. Dasar, ia sama sekali tidak berubah. Bahkan Yoongi tak berbalik badan sama sekali dan tetap fokus pada masakannya.

"Padahal aku hanya ingin memelukmu dari belakang—"

Yoongi mengeluarkan bunyi decak. "Kau sudah puas memelukku semalam."

"Aish, itu tidak cukup." Jimin memberi senyum mesra sewaktu Yoongi mulai selesai dengan masakan yang ia buat dan berjalan menuju meja makan. Wajahnya tipikal sekali; kosong dan datar. Terkadang Jimin sulit menebak tentang apa yang sebenarnya dirasakan oleh Yoongi. Ia tak mengerti bagaimana memosisikan diri jika sudah berhadapan dengan pria itu alih-alih menebak apa yang tengah ia rasakan.

"Cepat, makan ini." ujar Yoongi saat menaruh masakan itu di meja. "Tadi malam kau tidak jadi makan, 'kan?"

"Ya, itu gara-gara kau."

"Aku?" Yoongi mendengus sembari menarik kursi lantas mendudukkan diri di sana. "Kau yang membawaku ke kamar!"

Jimin tertawa keras hingga tak sadar perutnya terkena sudut meja karena jika ia sudah tertawa, rasanya seluruh tubuh itu sulit dikendalikan. Jimin mengaduh sambil memegang bagian tubuhnya yang sakit dan terduduk di kursi. Yoongi hanya memutar bola mata melihat perangai pria yang ternyata sama sekali belum berubah itu. Ia menunggu hingga Jimin berhenti mengeluarkan erangan kesakitan akibat ulahnya sendiri.

"Uh, ini sakit—"

"Tidak ada yang menyuruhmu tertawa, salah sendiri."

"Kau dingin sekali."

Yoongi tak ambil pusing dan langsung menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Jimin sudah duduk di hadapannya dan hanya bisa menyaksikan Yoongi yang cekatan menyediakan sarapan pagi itu— sebenarnya terlalu dini untuk bisa disebut sarapan karena matahari bahkan belum muncul. Yoongi terlihat hangat dengan sweter merah marun bergambar kartun kucing di bagian tengahnya, sedang Jimin masih bisa merasakan hawa dinginnya pagi sebab hanya mengenakan kaus tipis berwarna hitam lengan pendek. Pandangannya tak jemu menatap Yoongi sedari tadi.

"Cepat makan," seru Yoongi. "Aku akan pergi kerja sebentar lagi. Kau harus pulang ke rumahmu."

Baru Jimin akan mengambil sumpit, tiba-tiba ia terhenti untuk melanjutkan. "Pagi buta begini?! Kau hanya bekerja di toko kaset itu, bukan?"

disappear [minyoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang