3

70 15 0
                                    

Disappear

BTS Fanfiction. Boyslove. Hurt/Comfort

Sugarcypher • 2020

!!! Warning : Harsh words, explicit content, acts of violence.

This story is purely Fan Fiction. Not related to real events. All characters belongs to their own agency !!!

.

.

.

Jimin terbangun di kamarnya dengan pakaian yang masih sama saat tadi pagi ia kenakan. Saat melirik jam yang tak jauh darinya, waktu menunjukkan pukul enam sore. Ia bangkit dari ranjang dengan memegang kepala yang terasa sakit— berdenyut-denyut tak keruan saat dipaksa untuk bergerak melangkahkan kaki. Jimin berniat untuk membasuh diri sebelum melakukan aktivitas lain. Segera ia berjalan menuju kamar mandi yang terletak di bagian belakang rumahnya dengan menuruni tangga. Lalu saat tiba di ujung tangga, ia bertemu dengan Taehyung yang sepertinya baru saja pulang dari kantor.

"Aku tadi ke kamarmu, tapi kau sedang tidur. Temui aku di beranda lantai atas pukul delapan nanti."

Jimin mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin berbincang santai denganmu setelah sekian lama. Lihat, aku membeli anggur yang belakangan ini terkenal. Kau harus mencobanya."

Lantas Jimin menatap saksama pada botol anggur mewah yang dipegang sahabatnya itu dengan senyum tertahan. "Baiklah, Tae. Tunggu aku di beranda pukul delapan."

Taehyung merespons hanya dengan senyum kotak yang mengembang sempurna. Jimin meninggalkannya di dapur dan lanjut berjalan menuju kamar mandi. Saat mengintip langit di luar rumah, pemandangan gurat kebiruan bercampur jingga terlukis indah menunggu matahari untuk terbenam tak berapa lama lagi. Refleksi potret itu memantul pada bola mata Jimin saat pria itu mendongak melalui jendela rumah. Entah kenapa ia terlihat menerawang jauh pada keindahan itu dan ingin sekali mengabadikan di pikiran untuk waktu yang lama. Namun saat tersadar tentang apa yang sebaiknya saat ini ia lakukan, Jimin hanya tersenyum tipis dan langsung berbalik menuju bagian belakang rumahnya.

.

.

.

Sebuah cermin kuno peninggalan keluarga terdahulu terpampang di sudut kamar Jimin. Ia bersolek di depan cermin dengan merapikan rambut yang masih setengah basah dan menambahkan sedikit wewangian karena Jimin sendiri menyukai jika aroma di sekitarnya tercium wangi. Malam ini ia hanya mengenakan pakaian kasual dengan kaus abu-abu lengan pendek dipadu celana bahan hitam yang biasa ia pakai bekerja. Jimin menyibakkan rambut itu untuk yang kesekian kali karena merasa bagian depannya sudah sangat panjang hingga melewati mata.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar. Jimin berjalan ke arah pintu untuk menengok siapa yang datang mengetuk kamarnya.

"Oh, Taehyung. Kukira kau menunggu di beranda." ujar Jimin saat melihat Taehyung di depan pintu kamarnya dengan pakaian rapi bukan main. Kemaja hitamnya dimasukkan ke dalam celana dan lengan itu digulung hingga siku tangan. Jimin dapat menghirup minyak wangi aroma maskulin bermerek yang tercium sampai jarak beberapa meter dari Taehyung. Ia melihat tampang sahabatnya itu yang hanya memberi senyum penuh arti.

"Hanya mengingatkan. Kupikir kau tertidur atau lupa dengan janji kita."

Jimin menahan tawanya. "Kita hanya akan mengobrol di beranda. Tidak ada yang istimewa hingga harus kau datang menjemputku, Tae."

"Bagiku ini istimewa," Taehyung memasang senyum. "Ayolah, kita sudah bertahun-tahun tak bertemu, aku hanya rindu padamu."

"Itu terdengar manis tapi aku tak berharap akan menerimanya darimu."

disappear [minyoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang