Third

12 0 0
                                    

"Anak ibu over dosis obat. Dan itu termasuk jenis narkoba. Beruntung dia segera dibawa kesini, jadi kami bisa menyelamatkannya."

"Lalu yang akan terjadi padanya?"

Ibu Baekhyun menangis histeris di depan kamar IGD.

"Kami telah memberikan pertolongan pertama. Tapi akan membutuhkan banyak waktu sampai dia sadar."

"Lalu apa yang harus kami lakukan selanjutnya dok?"

"Ibu harus membawanya ke pusat rehabilitasi segera setelah kondisinya stabil."

Dunia ibu Baekhyunq seakan runtuh. Anak kesayangannya terjerat benda laknat yang seharusnya tidak pernah ada di muka bumi ini. Tubuhnya ambruk saat kakinya terasa lemas. Beruntung Chanyeol segera menangkap tubuh Ibunya Baekhyun.

"Chanyeol. Mengapa Baekhyunku jadi seperti ini?"

"Maafkan aku eomeoni. Aku tidak becus menjaganya."

Chanyeol memandang dengan sendu. Tidak kuasa melihat seorang ibu yang patah hati karena anaknya. Dia menyesalkan semua yang dilakukan Baekhyun. Dan juga menyesali dirinya sebagai seorang sahabat yang tidak menyadari semuanya. Menyesali dirinya yang memperkenalkan Baekhyun pada dunia malam yang seharusnya bukan untuk mereka.

"Ah Baekhyun. Bagaimana aku bisa menghadapi ayahmu di akhirat nanti?"

Tangis ibunya Baekhyun semakin meledak. Chanyeol hanya bisa menggenggam tangan itu dengan erat lalu memeluknya. Meksi rasa bersalah juga menyesakkan dadanya, dia harus bersikap kuat di depan ibu temannya yang sedang menangis itu.

Sehun dan Kai yang tidak sanggup melihat itu, hanya mematung di kejauhan.

"Sehun. Apa aku tidak salah dengar? Baekhyun selama ini pecandu narkoba? Bagaimana bisa selama ini kita tidak mengetahuinya?"

Sehun hanya terdiam. Dia tidak berniat menjawab pertanyaan Kai. Matanya beralih pada ruang tempat Baekhyun berbaring. Pintunya tertutup, tapi dari kaca tranparan di pintunya Sehun bisa memandang tubuh Baekhyun yang kini lebih kurus dari sebelumnya. Mengapa aku tidak menyadarinya Byun Baekhyun? Batin Sehun.

"Jawab kalau aku sedang bertanya Oh Sehun!"

Kai kesal. Karena sedari tadi Sehun tidak berbicara sepatah katapun. Bahkan tidak menjawab saat dia bertanya.

"Kai, kau bisa diam dulu tidak?"

Chanyeol menghampiri mereka berdua dan langsung menjawab semua omelan Kai.

"Ibunya Baekhyun bisa mendengar."

-oOo-

"Ahhh. Sakit sekali."

Baekhyun memukul-mukul lengannya yang terasa sakit dan panas. Merasa tidak bisa lagi menahannya, dia berpaling pada Chanyeol yang berdiri di samping ranjang.

"Chanyeol, biarkan aku pergi."

Baekhyun mengatupkan kedua tangannya di depan Chanyeol. Dia menangis menahan sakit di seluruh tubuhnya. Tapi Chanyeol tidak ingin menuruti keinginan Baekhyun kali ini. Dia menjawab Baekhyun dengan dingin.

"Kau harus menahannya. Kami akan menemanimu."

"Kalau kalian peduli padaku, biarkan aku pergi. Aku harus mendapatkan barangku."

"Justru karena kami peduli padamu. Kau harus tetap disini bersama kami."

Chanyeol meninggikan suaranya. Berharap Baekhyun mengerti apa yang diinginkannya.

"Aku kesakitan Chanyeol."

Entah sejak kapan dan bagaimana, airmata itu muncul di mata bulan sabit Baekhyun. Dia mengiba. Belum pernah Chanyeol melihatnya seperti itu. Baekhyun adalah anak yang mudah tersenyum, lembut dan kuat. Meski cenderung pendiam, Baekhyun anak yang menyenangkan.

Chanyeol menatap Baekhyun sembari menahan airmata yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak terjatuh. Dia tidak ingin menangis di depan sahabat-sahabatnya.

Ini sudah satu minggu sejak Baekhyun berada di tempat rehabilitasi, dan dia selalu seperti ini saat kesadarannya kembali. Dia kesakitan akibat penghentian obat-obat yang biasa di konsumsinya. Chanyeol, Sehun, dan Kai selalu berada disana untuk menemani Baekhyun di saat-saat seperti itu. Perasaan bersalah terus saja menghantui mereka.

Rasa sakit Baekhyun kian menjadi. Dia mulai menggaruk-garuk kedua lengannya dengan kasar. Dia juga menaikkan lengan bajunya dan menggigit tangannya.

Chanyeol yang melihat hal itu bereaksi dengan cepat. Dia memeluk Baekhyun agar sahabatnya itu berhenti menggigit tangannya.

"Hentikan Byun Bsekhyun. Aku tidak sanggup melihatmu seperti ini."

Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Baekhyun yang terus memberontak meminta untuk dilepaskan. Di balik punggung itu, dia meneteskan airmata yang tidak bisa dia tahan lagi.

"Bertahanlah Baek. Kau harus bermain lagi bersama kami."

Sehun yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara karena khawatir saat melihat Baekhyun yang menjadi agresif.

"Motorku, kau boleh menggunakannya untuk balapan lagi. Sesukamu. Tapi kau harus sembuh."

Kai juga turut menambahkan. Berharap Baekhyun bisa lebih tenang.

"Dan juga. Kau tahu betapa berharganya uang yang kukumpulkan dari hasil kerjaku di restoran? Aku akan menggunakannya untuk bertaruh padamu. Jadi pastikan kau menang saat itu."

Kai terkejut atas kata-katanya barusan. Tapi itulah kalimat-kalimat yang tiba-tiba saja muncul di benaknya.

Baekhyun mulai tenang setelah mendengar kata-kata sahabatnya. Dia tersenyum sebelum akhirnya kembali kehilangan kesadarannya karena sakit yang dirasakannya.

"Byun Baekhyun bangun!!!"

Chanyeol menangkap tubuh Baekhyun yang ambruk di pelukannya. Dia menggoyang-goyangkan tubuh itu dan berteriak-teriak untuk menyuruh Baekhyun bangun.

Tidak ada reaksi. Chanyeol langsung mengangkat tubuh Baekhyun dan membaringkannya di ranjang. Dia juga menyelimuti tubuh mungil itu.

"Aku harus mencari brengsek yang melakukan hal ini pada Baekhyun. Kalian tunggu saja disini."

"Baiklah."

Sehun dan Kai kompak mengangguk saat Chanyeol mulai melangkah keluar dari kamar Baekhyun. Saat itu Sehun mengejarnya.

"Jangan lupa hubungi kami setelah menemukannya. Jangan bertindak sendirian."

Chanyeol hanya tersenyum kecil tanpa menjawab. Dia melangkah cepat dan dengan mobilnya, menuju tempat yang tidak asing baginya. Club malam tempat dia menemukan Baekhyun dipukul.

-oOo-
Vote juseyo
-oOo-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang