Ibu-Ibu dan tukang sayur

7 0 0
                                    

Manusia berbeda-beda,maka dari itu sangat sulit untuk menyatukan beberapa kepala manusia menjadi satu pemikiran
-unkown-

.

.

.

💫SELAMAT MEMBACA💫

Kajian yang rencananya akan aku ikuti untuk pertama kalinya saat tiba di Jakarta mungkin akan kulakukan lain kali,karena aku kesiangan. Ummi sepertinya tidak tega membangunkanku karena berpikir aku kelelahan dari perjalanan Yogya-Jakarta dengan jalur kereta.

Pukul 5 pagi aku sudah keluar dari rumah dengan setelan kaos longgar berlengan panjang yang bagian bawahnya mencapai lutut kaki berwarna navy dengan celana training kebesaran warna hitam dan hijab instan panjang dengan warna coklat susu serta sepatu olahraga putih. Pagi hari aku selalu menyempatkan untuk jogging.

Sebelum berangkat,aku bermaksud mengajak bang Reyhan untuk jogging bersama,yang hasilnya tetap aku sendiri.

"Kamu joging sendiri dulu ya,Abang mau tidur sebentar. Beneran sebentar,Abang begadang semalam" serunya dengan suara khas orang mengantuk.

Sebenarnya,aku tidak mau membiarkan bang Reyhan terbiasa tidur setelah subuh,tapi aku tahu ia lelah karena mengurusi pekerjaannya di kantor.

Aisyah? Dia baru saja 5 menit yang lalu tiba di rumah,karena ada kajian di masjid kompleks dan ia sepertinya baru saja ada sedikit urusan tentang remaja masjid. Aku tak tega mengajaknya,lebih baik ia bersiap-siap ke sekolah.

Alhasil,aku sendiri yang berlari menuju taman di kompleks. Rumahku berada di blok C dan taman berada di blok E,lumayan.

Saat berlari aku dapati beberapa orang juga melakukan hal yang sama,aku pun hanya melempar senyum canggung karena tidak mengenal siapa mereka sebelumnya.

"Eh,mbak. Orang baru ya? Kok baru ngelihat ya saya". Tegur seorang bapak-bapak saat aku berjalan menuju taman.

"E-eng-Enggak pak, keluarga saya tinggal disini,tapi saya baru pindah kesini" kataku canggung pada pria paruh baya yang sedang menyiram bunganya.

Selesai jogging dan jalan-jalan sekitar taman,aku pun pulang. Saat di jalan,ada ibu-ibu dengan tukang sayur yang tampak sedang emm bergosip mungkin? Astaghfirullah,jangan suudzon.

Saat aku berusaha melewati mereka dan sedikit tersenyum kearah mereka,salah satu dari mereka menghentikanku.

"Mbak yang lagi joging, orang baru ya?" cerita seorang ibu berbadan tambun itu dengan pandangan penasaran.

"Oh,nggak Bu. Keluarga saya memang tinggal disini,tapi saya baru datang dari Yogyakarta". Terangku.

"Tinggal di blok mana?" Tanya si tukang sayur.

"Blok C" singkat ku.

"Rumah nomor?" Seru seorang ibu lagi dengan suara cempreng.

"Nomor 60" jawabku sambil meringis.

Mereka kaget.

"Anaknya pak Hisyam Ramdana?" Seru seorang ibu dengan rambut ikat cepolnya.

R A S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang