T I G A ☄

155 29 35
                                    

[Follow and voment sebelum membaca karna itu berarti bagi author]






Happy Reading

.
.
.

"Arghh gue kenapa sih?!" Mengacak rambutnya frustasi, sudah sedari tadi Raka uring-uringan sendiri di taman belakang sekolah.

"Raka? Lo ngapain di sini?"

Menoleh ke arah sumber suara, Raka hanya membalas dengan tersenyum tipis.

"Tadi bukannya lo izin ke toilet ya? Kenapa gak balik lagi ke kelas?" tanyanya sembari mendudukkan diri di sebelah Raka.

"Gue bosen di kelas lagian ini jamkos. Lo sendiri?"

"Astaga iya," menepuk pelan dahinya "pasti Nathan lagi nungguin gue, ya udah Ka gue pergi dulu." Hendak bangkit namun Raka menahan lengannya.

"Kenapa? Gue harus nemuin Nathan kasian dia udah nunggu lama di rooftop."

Memang saat akan pergi ke rooftop harus melewati koridor dekat taman belakang.

"Kenapa gak di sini aja? Temenin gue." Menatap begitu dalam netra coklat itu.

"Ha? Maksud lo?"

"Lupain, gih ke rooftop kasian Nathan udah nungguin."

"Y-a udah, bye Ka."

Menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh, Raka tersenyum miris.

.
.
.

"Gue rasa, gue salah deh Bim pindah ke sini."

Bingung dengan perkataan Raka, Bima lantas memegang dahi Raka.

"Gak panas."

"Apaan sih Bim." Menepis pelan lengan Bima dari wajahnya.

"Lo yang apaan, gak jelas banget jadi orang. Dari tadi melow mulu lo kayak cewek lagi putus cinta aja," cibir Bima.

"Lo kira cuma cewek aja yang bisa melow? Laki juga bisa."

"Owhh lo laki... Gue kira bukan." Ledek Bima dengan diakhiri kekehan kecil.

"Bangke lo."

"Canda elah."

Menatap malas Bima, Raka tak berniat membalas perkataanya.

"Wihh ada yang nongki-nongki tapi gak ngajak-ngajak nih." Cetus Aiden yang baru saja menghampiri meja Bima bersama Viola.

"Ngapain juga ngajak lo, gak penting. Sini Vi duduk sebelah gue."

Hendak berjalan menghampiri Bima, namun lengan Viola ditahan Aiden.

"Gak usah Vi. Lo duduk bareng gue aja." Kata Aiden dengan menatap sinis Bima.

"Apaan sih Den. Lepas! Gue mau duduk bareng Bima aja."

"Bwahaha... Tuh dengerin Viola aja gak mau duduk bareng lo."

Melepas lengan Viola yang ia cekal, "Durhaka lo pada ama gue," ujarnya lalu duduk dengan bibir yang dimonyong-monyongkan.

Menatap wajah Aiden, Raka bergidik ngeri. Melihat di atas meja ada irisan-irisan lemon nipis, Raka mengambilnya lalu, "Bibir lo masukin, gue jijik njirr." Raka mengulek-ulek bibir Aiden dengan lemon itu.

"Emmhh." Aiden berusaha menepis lengan Raka dari bibirnya.

Sedangkan Bima dan Viola sedari tadi hanya mampu tertawa beserta siswa-siswi lain yang ada di kantin, ya walaupun ada sebagian siswi yang merasa kasihan pada Aiden siapa lagi jika bukan penggemar lelaki itu. Tapi untung saja kantin tak terlalu ramai karna hanya di isi oleh siswa-siswi yang sedang jamkos.

Berhasil menepis lengan Raka, Aiden langsung membasuh bibirnya menggunakan air mineral yang ada di atas meja. Setelahnya ia langsung melayangkan tatapan tajam pada Raka.

"Lo ya bener-bener," geram Aiden tertahan.

"Apa?" tanya Raka kelewat santai tanpa mempedulikan wajah kesal Aiden.

"Gimana entar kalo bibir gue yang seksi ini jadi jontor hah?! Lo mau tanggung jawab?!" sembari menunjuk-nunjuk bibirnya Aiden berucap dengan menggebu-gebu.

"Dih ogah banget," acuh Raka.

Sedangkan di lain tempat, Nathan dan Carisa tampak tengah bersandar pada pembatas rooftop dengan menikmati semilir angin yang menghembus ke permukaan kulit mereka.

"Dia udah ada nelfon lo lagi?"

Mata Carisa yang semula terpejam kini mulai terbuka. Ia menatap Nathan yang berada di sampingnya, ternyata lelaki itu juga tengah menatapnya.

"Belum," jawab Carisa singkat lalu kembali menatap lurus ke depan.

Nathan yang mendengar itu hanya mampu menghela napas berat. Menegakkan tubuhnya lantas ia mengajak Carisa untuk ke kantin.

Sesampainya di kantin mereka berdua langsung menuju pada meja yang di tempati oleh Viola dkk.

"Wihh dari mana aja lo berdua?" tanya Viola saat Carisa baru saja duduk.

"Rooftop," balas Carisa sedangkan Nathan tengah pergi untuk memesan makanan.

"Ngapain lo berdua di rooftop? Jangan-jangan..." Aiden menatap Carisa tak percaya sembari membekap mulutnya sendiri.

"Otak lo yaaa," sentil Carisa pada dahi Aiden.

Aiden mengaduh kesakitan karna sentilan Carisa cukup keras pada dahinya. Sedangkan Bima menatap lucu pada Raka yang tengah meneguk air mineralnya dengan tak sabaran, padahal lelaki itu telah menghabiskan dua botol air.

"Panas banget ya Ka? Ampe haus gitu," ledek Bima.

Raka yang mendengar ledekan Bima hanya acuh saja, tatapannya bergulir pada Carisa yang tengah melahap makanannya. Rambut gadis itu tiba-tiba tergerai ke bawah dan hampir mengenai kuah baksonya jika saja Nathan tak langsung sigap menyelipkan rambut Carisa.

"Lain kali pakai jepit," ujar Nathan. Carisa hanya mengangguk mengiyakan.

Melihat hal itu Raka langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah. "Shit."













Terima kasih telah membaca
You like my story?
Silahkan tinggalkan Vote and Comentnya guys:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaSa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang