(15) Dia Benar Hocrux

3.6K 515 67
                                    

Hermione gemetar ketakutan. Apa baru saja ia membunuh sahabatnya sendiri. Bodoh!

Ia menyudahi kutukan dengan melakukan kontra mantra.

Api bergejolak dalam ruangan perlahan padam. Mata Hermione membelalak saat mendapati Harry hanya diam di dalam api sembari menyeringai. Ia bahkan tidak repot-repot mengangkat tongkatnya untuk melindungi dirinya sendiri di tengah api, karena api itu tidak membakarnya sedikitpun.

Harry melemparkan mantra ke arah gadis di depannya.

"Filia!" Mantra itu mengenai Hermione yang masih syock. Tubuh Hermione tergantung di udara sebelum jatuh ke lantai dengan keras.
Tongkat vine itu terpental jauh di kegelapan.

"Crucio!"

Hermione menjerit kesakitan.

"Sectusempra!" Hermione berhasil menghindar sedikit, tapi sedikit mantra mengenai lengannya.

"Crucio!!"

Hermione menggigit bibirnya kuat-kuat menahan rasa sakit saat mantra mendera.

Dengan gerakan perlahan Harry membuat pola kutukan yang Hermione kenal, mata coklat itu melebar ketakutan. "Avada Kedav-"

"Stupefy!"

"Exprliarmus!" Hermione menjentikan tangannya untuk melucuti tongkat Harry.

Brak!!!

Tubuh pria berkacamata itu jatuh di lantai.

《◇◇◇》

Draco meremas tangannya cemas. Si bayi sedang di urus oleh Woly. Jadi ia hanya mondar mandir gelisah.

Perasaannya tidak enak. Tapi ia tidak tahu kenapa.

Ia menatap Woly yang sedang bercanda dengan bayi di kasur.

"Woly?"

"Yes, Sir?"

"Apakah Mr. Pottet sudah datang?" Tanya Draco.

"Dia sudah datang, Woly bisa merasakan ada orang lain selain Ms. Granger di perpustakaan." Jawab Woly.

Draco mengerutkan keningnya. "Perpustakaan?"

Woly mengangguk.

Potter dan perpustakaan, buka dua kata yang cocok.

"Er, Woly. Kau di sini jaga bayiku. Jangan kemana-mana, jika ada yang mencoba membuka pintu kamar selain aku dan Hermione, kau langsung berapparate ke ruang yang aman, oke?"

Mata besar Woly menatapnya bingung. "Tapi Ms. Granger bilang anda harus di sini, Sir."

Draco meringis. "Aku hanya mengecek mereka. Perasaanku sangat tidak enak. Aku janji tidak lama. Hanya memastikan sesuatu."

Woly tersenyum dan mengangguk. "Baik, Sir."

Draco tersenyum tipis dan keluar dari kamarnya. Ia juga memberikan mantra penguncian di pintu.

Kaki panjangnya melangkah tergesa-gesa menuju perpustakaan.

Sial! Kenapa menjadi terasa sangat jauh.

DRAMIONE : DON'T HURT MY DEATH EATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang