Prolog

12 2 2
                                    

Perempuan itu merengkuh kedua lututnya erat-erat di pojok ruangan gelap. Suara halilintar yang memekik marah tak menyurutkan ketakutan dan amarah yang bergumul dalam batinnya. Matanya bergerak liar ketika pendengarannya menangkap suara langkah kaki di balik pintu besi berkarat. Kaki-kaki itu berjalan ke sana kemari tiada henti. Bau besi dan amis menyeruak memasuki indera penghidunya. Ia tahu jelas darimana bau ini berasal. Gambaran darah segar dari tubuh seseorang di ruang sebelah terus berputar dalam kepalanya. Ia harus menjaga kewarasannya setengah mati untuk bisa bertahan.

Suara gemericing yang familiar menyentak kesadarannya secara tiba-tiba. Ia semakin beringsut ke sudut dinding yang dingin dan lembab, menyentuh kulitnya yang kotor. Terdengar bunyi anak kunci diputar dua kali sebelum pintu terbuka lebar-lebar, menampilkan seorang pria bertubuh kekar dengan tato-tato besar terajah nyaris di setiap jengkal lengannya. Wajah yang seharusnya memikat justru membuat Si Perempuan bergidik ngeri. Pria itu melangkah masuk. Tidak ada ekspresi pada wajahnya. Di belakangnya, seorang pria lain muncul dari bayangan. Seorang yang dikenal. Seorang pria dengan bekas luka.

Selesai memasang kamera, pria itu mengangguk ke arah pria bertato. Tanpa aba-aba, Si Pria Bertato menarik perempuan itu menjauhi pojok ruangan, membuatnya meronta-ronta menuntut kebebasan. Ia memekik, berteriak lirih menyuarakan ketakutannya. Bayangan yang tak pernah terbayangan langsung memenuhi pikirannya yang kacau.

Si Pria Terluka itu meraih gagang pintu dan berhenti sejenak sebelum menutupnya. "Maaf,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEKAT [TBA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang