1. Lembaran Baru

18 3 6
                                    

Sinar matahari pagi masuk dari sela-sela jendela kayu milik Rena. Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari yang paling menyedihkan sekaligus bahagia bagi Rena. Menyedihkan karena ia harus jauh dari keluarga kecilnya, bahagia karena akhirnya apa yang diharapkannya tercapai yaitu mendapatkan beasiswa di luar Kota.

"Rena... ayo cepat angkutan umumnya sudah datang ini," panggil Ibu dan Gita dari luar.

"Iyaa sebentar," sahutku sambil mengambil tas hitam milikku.

"Kakak... Hati-hati ya di sana,jaga diri kakak,"
Suara Andi yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Iyaa, pasti itu oh iya jaga ibu baik-baik ya. Jadi adik yang penurut jangan nyusahin Ibu, terus jangan lupa belajar sama shalatnya."

"Iyaa Kak, Kakak juga yaa... Kalau liburan jangan lupa pulang ya, Andi sayang sama Kakak," kata Andi sambil memeluk Kakak kesayangannya.

"Iyaa, Kakak janji," ucap Rena sambil mengusap kepala adiknya.

"Ya udah yuk ke depan, angkutan umumnya sudah dateng nih. Berhenti dong nangisnya, ntar Kakak ikutan nangis gimana," ajak Rena kepada adiknya yang sedari tadi menangis.

Tampak sekali bahwa keluarga Rena dengan Berat hati melepaskan Rena, begitupun juga Rena. Tapi bagaimana lagi, ini semua demi impiannya.

"Ibu Rena pamit ya, Ibu baik-baik ya di sini. Jangan lupa makan, kesehatan Ibu itu yang utama. Doain Rena juga ya Buu," ucap Rena sambil memeluk dan mencium pipi ibunya.

"Kamu juga Nak hati-hati ya di sana, jaga dirimu baik-baik. Ibu pasti selalu mendoakanmu."

"Iyaa Bu, Rena bakalan jaga diri baik-baik," Balasku ke Ibu.

"Bener lo ya aku jadi bukti di sini, kalo sampe berani aneh-aneh, aku langsung cus grebek ke kost an mu." Balas Gita yang tiba-tiba di sampingku.

"Iyaa bawel,udah deh aku berangkat ya semua assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam hati-hati," Kata Ibu, Gita, dan Andi.

Lambaian tangan mereka lama-lama sudah tak terlihat oleh mataku. Tak terasa akupun menitikkan air mata, sesungguhnya akupun sedih karena harus meninggalkan mereka. Tetapi ini semua demi impianku. Lembaran baruku sudah di depan mata, bersiaplah atas apa yang ada di depanmu Ren.

"Ayo Rena, kamu pasti bisa," Kataku dalam hati.

•••••••••

Setelah sampai di terminal, akupun menuju tempat bus tujuanku berangkat. Butuh waktu sekitar 7 jam untuk sampai ke kota tujuanku, akupun memutuskan untuk beristirahat di bus.

Saat tertidur, tiba-tiba ada suara gaduh didekatku aku pun terbangun. Ternyata ada pencopet yang mengambil tasku. Astaga kenapa aku tidak merasakannya.

"Kamu kembalikan tas itu, kalau tidak
Saya laporkan ke pihak berwajib," terdengar suara pemuda yang mengancam copet itu.

Seketika copet itu turun dari Bus, tasku pun dilemparkan begitu saja, untung pemuda itu sigap mengambil tasku yang hampir saja terjatuh kalau tidak ditangkapnya. Karena keadaan Bus saat itu sedang melaju, namun copet tersebut tetap nekat turun dari Bus. Lalu setelah itu, pemuda tersebut menghampiriku yang sedari tadi melamun karena tidak menyangka bahwa akulah yang kecopetan.

"Ini tas Lo, lain kali kalau tidur jangan kayak orang mati," Kata pemuda itu dengan dingin.

"Maka..." Belum sempat aku berterima kasih bus tujuanku sudah tiba, spontan pemuda itu kembali ke tempat duduknya dan bergegas mengemasi barang bawaannya.

"Untung Nak ada pemuda itu, kalau tidak barangmu sudah dibawa oleh copet itu. Karena yang naik Bus ini rata-rata lansia, jadi tidak mampu melawan copet itu," kata Nenek yang ada di sebelahku

Akupun melihat sekitar dan memang benar yang dikatakan Nenek itu. Tak lama pun aku juga mengemasi barang bawaan ku, aku berniat untuk mentraktir pemuda yang telah menolongku tadi, sebagai ucapan terimakasih karena telah menolongku tadi. Tetapi saat ku lihat dibangkunya ia sudah tidak ada. Akupun langsung turun dari Bus dan melihat ciri-ciri pemuda itu, yakni berbadan tinggi, kurus, dan mengenakkan Hoodie berwarna abu-abu.

Tapi nihil hasilnya, aku tidak menemukannya. Tapi tiba-tiba...

"Hey gadis cantik, sendirian aja nih," kata orang yang tiba-tiba muncul disebelahku. Hampir saja aku ingin menamparnya karena kukira ia lelaki kurang ajar yang suka menggoda wanita, tetapi setelah kulihat...

"Apaan sih jang..." belum sempat aku memukulnya ternyata...

"Eh ampun-ampun, aku Mas Kafih Ren, anaknya Bibi Ella," ia ternyata saudara sepupuku, anaknya Bibi Ella yang rumahnya bakalan ku singgahi untuk sementara waktu.

"Ealah Mas Kafih, aku kira laki-laki kurang ajar yang suka godain perempuan."

"Kamu sih udah turun dari Bus, bukannya langsung ke parkiran malah clingak-clinguk di sini, nyariin apaan sih?"

"Engg... Yaitu nyari Mas Kafih udah dateng apa belom," sahutku spontan sambil kebingungan, padahal kan aslinya aku mencari pemuda itu.

"Ealah yaudah yok pulang, Bibi udah nyiapin makanan buat kamu di rumah" Kata Mas Kafih mengajakku untuk segera pulang.

"Yoklah Mas,"

Sesampainya di rumah~

"Assalamualaikum..." Ucapku saat memasuki rumah Bibi.

"Waalaikumsalam Mbak Rena. Bu Mbak Rena udah dateng nih..." Kata Ayla, sepupuku yang paling kecil, ia tampak senang atas kehadiranku.

"Mbak Rena Ayla kangen... Mbak Rena apa kabar?" Tanyanya dengan polos, sambil memelukku.

"Alhamdulillah baik. Kamu tambah gendut ya la, Mbak Rena jadi gemesh..." Kataku sambil mencubit pipinya yang chubby. Tentu saja ia menggemaskan karena umurnya yang masih 3 tahun.

"Kan emang Ayla gemeshin dari dulu. Mbak Rena juga cantik kayak Tante Irma," Ya nama ibuku Irmaningsih, biasa dipanggil " Tante Irma", Sedangkan Bibiku bernama Ellaningsih. Biasa dipanggil "Bibi Ella"

"Hayo sudah biarin Mbakmu istirahat dulu, ngobrol-ngobrolnya bisa dilanjut nanti." Kata Bibiku yang tiba-tiba muncul dari dapur.

Akupun mencium tangan Bibiku.
"Assalamualaikum Bi. Gaapa kog Bi, Ayla pasti kangen soalnya udah lama kita ga ketemu," balasku ke Bibi.

"Tapi kamu capek,sudah perjalanan jauh. Yaudah kamu mandi,makan, terus istirahat ya. Tasmu udah ditaruh Masmu di kamar Ila."

"Iya, makasih Bi. Yaudah aku ke kamar dulu."

"Nanti main sama Ayla ya Mbak Ren."

"Iya pasti itu, yaudah Mbak Rena ke kamar dulu ya."

Setelah mandi tiba-tiba Rena masih teringat oleh lelaki itu. Ia sungguh berterima kasih atas pertolongannya tadi saat di Bus, tapi kata terima kasih itu belum sempat ia katakan.

"Ya Allah... Sampaikan rasa terima kasih ku kepada pemuda itu, kalau gaada dia pasti semua berkas pentingku bakalan hilang. Andai tadi dia tidak menghilang begitu saja pasti sudah kutraktir tadi, ya hitung-hitung sebagai balas budiku kepadanya."

Setelah beres-beres barangnya yang ada di tas, Rena memutuskan untuk makan malam bersama keluarga Bibinya yang terdiri dari Paman Sudiro, Bibi Ella, Mas Kafih, Ila dan Ayla. Ia sedih karena malam ini sudah tidak bisa makan bersama dengan Ibu dan adiknya lagi.

"Ayolah Rena, ini semua demi impianmu, tolong perlahan buka Lembaran Barumu. Semangat."



Itu tadi part 1 nya semoga suka:)
Jangan lupa komen+votenya yaa💕

Rasa, Asa, BinasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang